Lahat ng Kabanata ng Dendam Anak Tiri: Kabanata 71 - Kabanata 80
318 Kabanata
70. Rencana Baru (2)
Alena masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Wajah gadis itu sedikit basah karena sudah dibasuh dengan air. Dia tinggal mengganti bajunya saja. Namun, Alena tak langsung mengganti pakaiannya. Pandangannya langsung mengarah pada foto-foto yang tertempel pada dinding samping cerminnya. Tak lain adalah foto Bagas, Rista dan Alyssa yang telah diconteng dengan spidol. Membuatnya kembali ingat dengan misinya. Dia menatap tajam foto-foto itu dari jarak dekat. Awalnya rencana pembalasan dendamnya sudah matang dan dia yakin dengan rencananya itu. Namun, semenjak bertemu Alyssa dan melihat sikap baik gadis itu terhadapnya, terlebih dia bertemu ayahnya lagi. Melihat wajah dan mengenang budi baik pria itu membuatnya serba salah. Hingga dia pun mulai terlena dan hampir melupakan rencana pembalasan dendamnya. Akan tetapi, tiap mengingat sikap Rista terhadapnya membuatnya sedih sekaligus benci, membuatnya jadi ingin menghancurkan wanita itu. "Kamu kenapa lancang ajak dia ke sini, Alyssa!" "Dan ken
Magbasa pa
71. Kilas Balik Masa Lalu Alena dan Andrio
Tak seperti biasanya, hari itu Andrio jenuh memahami pelajaran di kelasnya. Seorang guru yang berkoar-koar di depan sana menjelaskan rumus Matematika yang sudah dia pahami, tak dia hiraukan. Seolah bosan memahami pelajaran yang itu-itu saja, Andrio malah lebih tertarik menulis kunci gitar di bukunya. Dia terlalu asyik menunduk menulisi bukunya hingga tiba-tiba saja bukunya dirampas dari atas meja dan membuatnya terkejut. Andrio menatap Pak Suryo yang sudah membaca isi bukunya. Awalnya Andrio takut dan tegang. Namun, sepersekian detik kemudian dia pasrah dan mengalihkan pandangannya ke meja. "Apa ini, Andrio?" tanya guru berkacamata itu. "Itu kunci gitar, Pak," jawab Andrio santai. "Kamu tidak mendengarkan penjelasan saya di depan?!" Pak Suryo menatapnya tajam. Bukannya gentar, Andrio hanya menghela napas pasrah sambil memandangi meja. "Coba kamu jelaskan kembali apa yang sudah saya jelaskan tadi?!" pinta guru itu. Andrio mengedar pandang ke papan tulis yang penuh coretan spidol
Magbasa pa
72. Kilas Balik Masa Lalu Alena dan Andrio (2)
Rupanya Andrio membawa Alena ke kelas gadis itu, XI IPS 4. Aksi Andrio itu menginterupsi kegiatan belajar-mengajar di kelas tersebut. Seluruh pasang mata di kelas itu menatap ke arahnya, tak terkecuali guru yang mengajar di kelas itu membuat Alena menunduk malu. "Kenapa kalian?" Guru yang tengah menulis di papan tulis itu pun menghampiri Andrio dan Alena di depan pintu. "Ibu yang udah hukum Alena suruh lari-lari di lapangan?" tanya Andrio. "Iya, kenapa kamu?" "Kok Ibu tega, sih, Bu, suruh Alena lari-lari di lapangan gitu. Memangnya nggak ada hukuman lain apa?" Andrio protes. "Dia sudah melanggar peraturan di kelas saya. Sebagai guru saya berhak memberi hukuman apa saja pada murid saya. Kamu kenapa ikut campur? Kamu pacarnya?" Guru itu sedikit emosi. Mendengar itu, Alena tertegun. Sontak Alena melepaskan genggaman Andrio dari pergelangan tangannya. Sementara Andrio malah terlihat santai. "Mana ada Bu, hukuman kayak gitu. Saya bukan pacarnya, tapi saya peduli. Saya nggak tega liha
Magbasa pa
73. Bertemu Dengan Sahabat
Alyssa keluar dari ruangan komputer dengan perasaan lega. Beban yang tadi seolah menumpuki bahunya serasa hilang. Wajah suntuk gadis itu berubah semringah kala mendapati pacarnya ada di keramaian koridor itu. "Hai?" Andrio balas tersenyum dan mendekati Alyssa. "Gimana ujiannya? Gampang?" tanya Andrio basa-basi seiring dengan langkah mereka menyusuri koridor. Alyssa menghela napas dan memutar bola matanya. "Lumayan, sih. Oh iya kak kemarin 'kan aku rencananya mau ngajakin Alena sama kamu ngumpul di rumah." Alyssa membicarakan topik lain. "Hmm hmm?" "Tapi nggak jadi deh. Kita nggak ngumpul dulu hari ini." "Sibuk, ya?" tanya Andrio pengertian. "Iya, Kak." Alyssa tampak memelas. "Nanti malam mau belajar, tugasku juga banyak belum dikerjain. Udah mulai sibuk nih aku." "Oke, deh. Kakak sebenarnya juga sibuk. Semangat terus, ya?" Andrio mengacak rambut sang pacar, pelan. Alyssa tersenyum simpul. Mereka terus melanjutkan langkah menuju kantin kampus. Alyssa tak menyangka, sebagai maha
Magbasa pa
74. Bertemu Dengan Sahabat (2)
"Lo masih ingat Andrio 'kan?" Sebelum bercerita, Alena melempar pertanyaan pada Farah. "Andrio teman kita waktu SMA? Yang dulu naksir lo?" tanggap Farah memastikan. Alena mengangguk. "Iya." "Gue masih ingat. Emang kenapa?" "Ternyata Andrio sekarang pacaran sama Alyssa, adik tiri gue." Sebelumnya, Alena sudah mengisahkan ke Farah tentang perjumpaannya dengan keluarga ayahnya itu, termasuk kedekatannya dengan Alyssa akhir-akhir ini. Namun, dia belum menceritakan hubungan Alyssa dan Andrio. Farah sedikit membelalak. "Andrio sama adik tiri lo? Serius?" "Iya, Far." "Gimana ceritanya? Kok bisa?" Alena pun mengisahkan perjumpaan dirinya dan Andrio pertama kali di rumah Alyssa. "Lo sendiri gimana, Al?" tanya Farah akhirnya setelah Alena selesai bercerita. "Lo udah move on dari Andrio 'kan? Lo nggak sakit hati 'kan?" Farah terlihat cemas. Alena terdiam. Tentu dia tak ingin sahabatnya itu tahu bahwa dirinya masih mencintai Andrio. Hingga akhirnya Alena hanya menggeleng. "Yakin?" Far
Magbasa pa
75. Keinginan Alena
Alena baru saja habis mandi. Rambut basah gadis itu di gulung dengan handuk hingga kepalanya terlihat sedikit tinggi. Sore-sore begini setelah selesai membersihkan diri, Alena duduk-duduk di sofa ruang televisi. Gadis itu termenung memikirkan nasibnya. Perkataan Farah tadi mengganggu pikirannya. Terutama tentang keinginannya untuk kuliah dan tentang masa depannya. Untuk saat ini mungkin dia bisa tinggal di sini, Mbah Nani juga memperlakukannya sangat baik. Namun, mau sampai kapan dia tinggal di sini? Dia tak mungkin terus-terusan merepotkan Mbah Nani meskipun orang tua itu baik. Biar bagaimana pun Mbah Nani adalah orang lain. "Alena." Suara Mbah Nani membuyarkan lamunannya dan membuatnya menoleh ke sumber suara. Mbah Nani duduk di sampingnya. "Eh, Mbah." Alena tersenyum. "Mbah nggak jaga warteg? Emm maaf Mbah aku nggak bisa bantuin--" "Mbah baru saja tutup." Mbah tersenyum tenang. "Kenapa, Mbah? Tumben tutup awal?" "Alhamdulillah, hari ini jualan Mbah lebih laris dari biasanya.
Magbasa pa
76. Saling Bercerita
"Ayo, dong, Alena nambah lagi, habisin aja spaghettinya," suruh Alyssa saat dilihatnya spaghetti di mangkok Alena tinggal sedikit. Alena yang tengah sibuk makan, menggeleng. "Kenyang gue." Seperti biasa, kedua gadis itu makan spaghetti buatan Alyssa di teras samping. Setelah beberapa hari disibukkan dengan tugas, Alyssa baru dapat mengajak Alena main ke rumahnya lagi sekarang, tapi dia tak mengajak Andrio. Dan Alena sendiri mensyukuri hal itu. Jujur, dia merasa tidak nyaman jika harus bertemu lelaki itu di sini. Dan dia juga tidak jadi mengajak Farah seperti rencana sebelumnya karena waktunya bentrok dengan kesibukan sahabatnya itu. "Dikit-dikit kenyang, gimana, sih? Pantasan aja badan lo kurus," celetuk Alyssa. Sebenarnya Alena tidak begitu kurus. Hanya saja jika dibanding Alyssa, Alena tampak kurus. "Gue juga nggak terlalu suka spaghetti," "Oh iya? Pantasan. Lo nggak pernah makan spaghetti?" Alyssa menatap Alena tak percaya. Alena menggeleng. "Biasanya lo makan apa aja?" "Sel
Magbasa pa
77. Patah
Alena berusaha tenang, lalu tersenyum menenangkan. "Nggak kok, Alyssa. Gue nggak ada perasaan apa-apa ke Andrio. Gue cuman anggap dia teman jadi lo tenang aja, ya?" Lagi Alena tersenyum lebar menenangkan. Dia tentu paham maksud dari pertanyaan Alyssa. Gadis itu takut dirinya mempunyai perasaan terhadap Andrio dan merebut Andrio. "Serius?" "Iya, Alyssa," jawab Alena penuh penekanan. "Percaya sama gue. Lo takut, ya, gue rebut Andrio dari lo. Nggak kok. Nggak akan." Alena menggeleng. "Jadi lo tenang, ya?" Alyssa lalu tersenyum tak nyaman. "Maaf, ya, Alena, gue nggak bermaksud nuduh lo. Gue cuman--" "Iya, nggak pa-pa. Maklum, kok." Alyssa jadi merasa bersalah. Dia jadi menyesali keputusannya menanyakan hal itu pada Alena. Seharusnya dia tak perlu mencurigai Alena seperti itu. "Sekali lagi maaf, ya?" Alena hanya tersenyum menatap Alyssa. Sepersekian detik kemudian, dia mengalihkan pandangannya pada sosok bayangan di belakang Alyssa yang tetiba muncul. Raut wajah Alena pun berubah mel
Magbasa pa
78. Praduga
"Udah ke toiletnya?" tanya Alyssa ketika Alena kembali dan duduk di hadapannya. Ditinggal sendiri sejak tadi, Alyssa menghibur dirinya dengan bermain ponsel. Alena hanya mengangguk. "Kak Andrio tadi katanya juga mau ke toilet, ketemu sama lo nggak di sana?" Alena hanya menggeleng. Dia tidak mau Alyssa mencurigai kedekatannya dengan Andrio walau hanya sedikit saja. Dan sikap Andrio barusan membuatnya tidak nyaman. Dia takut kalau Andrio mendekatinya lagi dan nekat memeluknya, jadi dia putuskan untuk pulang saja sekarang. "Hmm Alyssa," panggil Alena lagi ketika Alyssa kembali fokus dengan ponselnya. "Iya?" Alyssa kembali menatap Alena. "Gue pulang sekarang, ya, makasih makanannya." Raut wajah Alyssa berubah. "Kok cepat banget, sih? Tiba-tiba gitu." "Iya, tadi pas di toilet gue diteleponin sama Mbah Nani suruh pulang. Gue pulang sekarang, ya?" Alena beralasan. "Hmm iya, deh." Alyssa sedikit manyun, dan tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Oh iya gue titip salam sama Mbah Nani itu, ya?
Magbasa pa
79. Masa Lalu Kelam
Bagas dan Rista sudah menjalin hubungan selama kurang lebih dua tahun dan mereka akan melanjutkan ke jenjang pernikahan. Mereka sudah menyiapkan rumah untuk mereka menikah kelak. Rumah itu dibeli dari hasil tabungan keduanya atas nama Rista. Sesekali mereka datang ke rumah itu untuk membersihkannya. Kadang Rista datang sendiri, kadang juga Bagas datang sendiri. Rumah itu juga sudah ada perabotannya. Beberapa barang Rista sudah di simpan di sana seperti baju yang tak terpakai, foto-foto mereka yang tergantung di dinding dan beberapa peralatan makan. Ya, persiapan mereka sudah sejauh itu. Malam itu hujan turun deras saat Bagas datang ke rumah itu seorang diri tanpa memberitahu Rista karena dia merasa hal itu tidak terlalu penting. Tujuan Bagas malam itu karena ingin menenangkan diri sendiri di sana--sekadar berbaring di kamar sambil beberes--di rumah yang jauh dari hiruk-pikuk karena rumah itu terletak jauh di dalam komplek yang sedikit penghuninya. Waktu itu dia sedang membersihkan l
Magbasa pa
PREV
1
...
678910
...
32
DMCA.com Protection Status