All Chapters of Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap): Chapter 41 - Chapter 50
73 Chapters
Part 40 | Her Childish Side
Alle terjaga saat perutnya bergejolak sekali lagi dan dia langsung bangun dari tidurnya dengan pening yang langsung menyerang kepalanya. Dia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semuanya.Merasakan tubuhnya begitu lemas dan mengingat jika memang dia semalam minum begitu banyak. Perutnya yang berbunyi membuat Alle tertatih untuk berdiri dan keluar dari kamar mandi, namun begitu menyadari penampilannya dari cermin di kamar mandi membuatnya meringis, dia bahkan benar-benar lupa kejadian semalam saat mabuk. Kebiasaannya. Tapi dia yakin dia pasti muntah dan mungkin Earl yang melepaskan bajunya hingga menyisakan yang terakhir di tubuhnya.Lalu Alle mencari piyamanya, dengan sedikit sempoyongan menuju ke dapur untuk membuat teh hijau dan mencari sesuatu yang bisa dimakan. Dia melirik ke jam dinding yang sudah menujukkan pukul setengah empat pagi dan melihat Earl yang terlelap begitu pulas.Tidak lama setelah Alle keluar, Earl terjaga saat merasakan sisi sebelahnya kosong, matanya langsung
Read more
Part 41 | Another Signal
Kedua manusia yang masih terlelap dengan tubuh saling memeluk itu terlihat begitu tenang dan damai. Mungkin jika orang asing melihatnya mereka adalah pasangan yang saling mencintai. Nyatanya dibalik kemesraan mereka pagi ini, banyak luka yang tak terucap di antara mereka.Alle terlihat menggeliat dan paginya sama seperti pagi-pagi sebelumnya, di mana dia terbangun dalam pelukan Earl, lalu keduanya saling melempar senyum dengan morning kiss yang indah untuk mengawali hari.Hari ini adalah weekend ke tiga sejak perjanjian dua bulan itu, banyak yang berubah dan Alle lebih merasakan kebahagiaan itu walaupun dia tau semuanya hanya semu. Dia berhasil membuat Earl mengimbangi permainannya. Pria itu berhasil memerankan perannya dengan baik, menjadi suami yang mencintainya, memberikan pelukan juga ciuman layaknya mereka adalah pasangan yang saling mencintai.Minggu kedua kencan mereka kemarin berakhir dengan indah, Alle memintanya menginap di villa dekat pantai milik Earl. Mereka menghabiskan
Read more
Part 42 | Getting Closer to You
Pintu ruang kerjanya yang terbuka membuat Alle yang tengah fokus menyelesaikan salah satu design-nya langsung mendongak. Senyumnya merekah saat melihat Earl yang sudah berdiri di depan pintu dengan tangan bersidekap menatapnya dengan tatapan merajuk.“Lihatkan, kau belum bersiap-siap padahal aku sangat excited untuk menonton bersamamu malam ini.” Earl mendecak kesal lalu berjalan mendekati meja Alle, mendengar itu membuat senyum Alle semakin lebar, lalu dirinya beranjak dari duduknya dan menghampiri Earl yang juga menghampirinya, lalu tanpa ragu mengalungkan lengannya di leher pria itu dan menatapnya begitu lekat dan jarak mereka sangat dekat.“Maaf mengecewakanmu, Earl. Aku akan bersiap sekarang. Hari ini aku sangat sibuk. Padahal kita memiliki kencan malam ini. Aku membeli macaron tadi, aku ambilkan dulu dan kau bisa menikmatinya selagi aku bersiap. Aku janji tidak akan lama.” Alle memberikan tanda swear-nya dengan nada manja, membuat Earl tertawa dan mengacak gemas rambut Alle dan
Read more
Part 43 | Our First Time
Alle yang berusaha untuk membantu membaringkan tubuh pria itu justru terkejut saat tubuhnya didorong hingga berbaring di ranjang, dengan tatapan Earl yang tidak fokus namun senyuman pria itu benar-benar mengerikan. Membuat Alle hanya bisa tersenyum kesal dan berusaha untuk bangun, namun Earl justru jatuh tepat di atas tubuhnya, menggunakan sikunya sebagai tumpuan berat badannya, lalu mengendus wangi Alle yang semakin memabukkan untuknya.Kecupan yang berubah menjadi lumatan di lehernya itu membuat Alle memejamkan matanya, berusaha untuk menahan tangan Earl, namun Earl dengan mudah mengunci gerakannya, tubuhnya memanas saat melihat belahan dada Alle yang cukup rendah karena kancing kemejanya telah lepas entah kemana saat memapah Earl.“Earl, jangan gila.” Lirih Alle semakin memejamkan matanya saat Earl justru semakin gila dan mengecup setiap inchi kulit Alle.‘Bukankah ini yang kau inginkan, Xa? Kau bilang ingin memiliki Earl sepenuhnya juga anak dari pria itu, bukankah ini jalan dari
Read more
Part 44 | The Heart Is Playing Now
Akhirnya Valeria bisa menghirup kebebasannya sebentar lagi. Satu bulan yang sangat menyiksanya, entah berapa kali dia mengalami diare dan demam karena makanan juga suhu yang tidak bersahabat. Dia akan pulang minggu depan dan itu membuatnya sangat bahagia. Dia tidak sabar bertemu Earl, dan menghabiskan waktu sepuasnya bersama Earl.‘Lihat saja balasan apa yang kau dapatkan dengan melakukan ini, Allexa. Kau pikir aku tidak tau ini semua bagian dari rencanamu. Cinta? Ah, benar. Kau mencintai, Earl. Sangat mencintai Earl, kan? Aku akan menghancurkanmu dengan itu!’ Valeria membatin dengan emosi yang berapi-api, tangannya mengepal kuat menandakan seberapa emosinya dia dan mengepalkan tangannya dengan tatapan yang nyalang.Semua penderitaannya selama satu bulan di tempatnya berada kini, yang sangat tidak layak dan jauh dari kemewahan, makanan yang tidak higenis dan membuatnya harus mengalami masalah pencernaan yang cukup serius, air yang tidak bersih dan membuatnya gatal-gatal. Hari-hari ya
Read more
Part 45 | Our Precious Dating
Alle tau Earl selalu berusaha untuk menghindarinya sejak hari itu. Hubungan keduanya terasa dingin, Earl akan berangkat sangat pagi dan pulang sangat larut. Setelah ucapan menyakitkannya pagi itu, rasanya dirinya dan Earl tidak lagi pernah memiliki hubungan.Nanti malam seharusnya adalah kencan ke empat mereka, sesuai kesepakatan jika Earl yang akan mengaturnya malam ini.Pagi ini Alle akan mengakhiri keadaan ini, dia sengaja bangun sangat tadi, sudah menyiapkan coffee dan waffle untuk mereka sarapan, tepat pukul enam pagi.Benar saja, Earl turun tidak lama kemudian, Alle bisa melihat bagaimana wajah terkejut pria itu sekilas, namun secepat itu pula berubah, dan tersenyum kaku menuju ruang makan.Alle menatapnya dalam, tidak ada senyuman, ekspresinya membuat perasaan Earl campur aduk. Alle mendekat dan berdiri sangat dekat dengan Earl, mendongak untuk berbicara serius pada Earl. Earl yang merasakan jaraknya dan Alle begitu dekat langsung menghindar, namun Alle dengan cepat menggenggam
Read more
Part 46 | The Cold Night
Dalam perjalanan pulang keduanya lebih banyak diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Alle tau malam ini Vale dan Jeremy akan tiba di Jerman, ada ketakutan dan perasaan sesak yang ia dapatkan. Bagaimana jika Earl akan mengingkari semua janjinya demi Vale. Bagaimana jika waktu sebulan yang masih dia miliki harus hancur karena wanita itu.Sedangkan Earl juga terdiam dengan terus melirik arloji di tangan kirinya, Vale akan tiba dua jam lagi, perasaannya sangat bahagia, jantungnya berdetak keras dengan perasaan yang tidak bisa ia deskripsikan, dia sangat merindukan wanita itu, satu bulan yang menyiksa karena harus terpisah jarak ribuan mil membuatnya akhirnya bisa bernapas lega, dia bisa menemui Vale dalam hitungan mundur tidak lama lagi.Tidak ada percakapan bahkan saat keduanya tiba di kamar, hanya genggaman tangan Earl yang begitu hangat menuntun Alle menuju kamar mereka, membuat Alle kembali merasakan nyaman dan gamang dalam waktu bersamaan.“Kau mau mandi dulu? Atau aku?” Tanya Ear
Read more
Part 47 | She is Back
Keduanya tiba di coffee shop dua puluh empat jam, Jeremy memesan espresso sedangkan Alle americano. Keduanya saling bertatapan namun tidak ada kata yang terungkapkan. Seolah ingin menyusul dari mana mereka akan memulai. Jeremy menatap Alle dengan sejuta makna, tatapanya sendu dan penuh tanya. “Bagaimana kabarmu?” Tanya Alle membuat Jeremy tertawa lalu mendengus setelahnya. “Tak akan pernah kulupakan.” Ungkapan itu membuat Alle mengangguk dengan senyum tipis. “Benar. Semua hal yang terjadi di sana, seolah menjadi titik balik hidupku. Membuatku yakin akan keputusan yang aku ambil. Melepaskan Valeria dari hidupku dan memulai hidupku yang baru, tentu dengan harapan-harapan yang lebih indah. Kuharap aku juga mendengar hal yang sama darimu, Allexa.” Jeremy menatapnya lekat, membuat Alle tersenyum getir dengan anggukan samar. “Aku juga berharap begitu, tapi aku masih memiliki sesuatu yang ingin kulakukan dalam satu bulan ke depan. Setelahnya tergantung pada keadaan.” Alle lalu menyesap
Read more
Part 48 | You Let Me Down, Again
Alle masih terjaga hingga pukul tiga pagi, setelah Jeremy mengantarnya yang dia lakukan hanya duduk di tengah ranjang dengan memeluk lututnya, mendengarkan dentang jarum jam yang berbunyi sangat nyaring di malam yang pekat dan dingin itu. Dalam hati terus mengharapkan akan kedatangan Earl, terus berharap jika Earl hanya menjemput dan mengantar Valeria ke apartemen lalu pria itu akan kembali dan tidur di sampingnya, mendekapnya dalam pelukan hangat hingga pagi menjelang sesuai permintaannya. Namun nyatanya harapan hanya tinggal harapan, hingga jam empat pagi Alle akhirnya menyerah, meringkuk di tengah ranjang dengan memeluk dirinya sendiri, dengan air mata yang kembali membasahi wajahnya. Nyatanya perasaan pria itu untuk Valeria tidak bisa dikalahkan oleh apapun. Wanita itu lalu terlelap dalam tangisnya, tidak untuk waktu yang lama, karena Alle akhirnya bangun dua jam kemudian, tepat pukul enam pagi. Terlalu banyak menangis dan terjaga hingga pagi membuatnya langsung merasakan pening
Read more
Part 49 | The Battle
“Hallo, Dr. Nic.” “Ya, bisa kau memeriksa istriku? Dia memiliki headache karena begadang tadi malam.” “ Ya. Aku akan mengirim alamatnya padaku, bukan… bukan di rumah.” “Earl!” Alle mendecak kesal begitu Earl mematikan sambungan teleponnya, memutar bola matanya malas dan membuang muka. Membuat Earl tersenyum tipis dan menggenggam tangan wanita itu. “Aku harus memastikan keadaanmu, Xa. Aku takut, sangat takut. Tolong mengerti, Allexa.” Earl menatapnya putus asa, membuat Alle hanya menghela napas dan mengalihkan tatapannya dari Earl. Begitu keduanya tiba di boutique seorang pria sudah berdiri di sana seolah menunggu kedatangannya. Earl langsung menggenggam tangan Alle dan tersenyum pada Nic, dokter pribadinya. Lalu pria itu meminta Nic untuk mengikutinya ke ruang kerja Alle. Alle terus memberikan tatapan kesalnya pada Earl, namun pria itu seolah acuh. Earl sedikit memaksa Alle untuk membaringkan dirinya di sofa bed ruang kerjanya. Pria itu lalu menggeser tubuhnya dan mempersilahk
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status