All Chapters of Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap): Chapter 31 - Chapter 40
73 Chapters
Part 30 | Final Purpose
Jeremy menghentikan mobilnya di salah satu taman yang tidak jauh dari cantinetta ristorante & bar. Sejak meninggalkan restoran tersebut, tidak ada obrolan di antara mereka, Jeremy hanya melihat Alle yang terlihat begitu pucat dengan raut wajah yang lagi-lagi terluka. Ingin menanyakan apa yang terjadi namun ia ingin memberikan waktu untuk Alle dan akan menunggu hingga wanita itu yang menceritakannya sendiri.Begitu tiba di taman, Alla langsung bergegas keluar saat mual itu kembali ia rasakan, hingga akhirnya dia kembali muntah dengan pening yang semakin menyiksa. Jeremy langsung bergegas dan membantu wanita itu, memijit tengkuk Alle tanpa merasa jijik sama sekali. Lalu setelahnya memapah wanita itu untuk duduk di salah satu kursi taman.“Aku cari minum sebentar ya, tunggu di sini, okay?” Jeremy mengusap kening Alle yang berkeringat, Alle hanya mengangguk merasa sangat lemas.Wanita itu menarik napasnya panjang dan berusaha untuk menghirup oksigen sebank-banyaknya. Menatap ke sekeliling
Read more
Part 31 | Mission Approved
Alle tengah menyiapkan makan malam untuknya dan Earl, juga sembari memikirkan hal-hal yang harus ia lakukan untuk mengikat dan memonopoli Earl dan berusaha untuk menemui Edward. Hingga sebuah suara yang membuatnya bahagia juga terluka dalam waktu bersamaan membuat Alle tersenyum tipis. Melihat Earl yang memasuki dapur dengan tatapan yang tidak bisa dia terjemahkan.Pria itu langsung duduk di stool dan menggigit apel dengan wajah masam. Membuat Alle mengernyitkan keningnya bingung.“Baru pulang Earl? Tea or coffee?” Tanya Alle membuat Earl mendecak kesal dan menggenggam tangan wanita itu yang kini ikut duduk di stool berhadapan dengannya.“Kau pergi ke mana dengan Jeremy tadi?” Tanya Earl entah mengapa membuat Alle tersenyum senang, melihat ketidaksukaan Earl, bolehkah dia dengan pemikiran gilanya beranggapan Earl sedang cemburu. Apapun itu asal membuatnya senang.“Aku merasa tidak enak badan dan timing-nya sangat pas saat Jeremy datang. Aku tidak mungkin memintamu mengantarku menginga
Read more
Part 32 | The Signal
“Bagaimana bisa kau mengatakan hal menggelikan itu dengan entengnya? Anak? Kau gila?! Kau melukai perasaanku, Earl!” Vale yang terus merajuk dengan kesalnya mengingat bagaimana tadi Earl dan Alle memainkan perannya dengan begitu apik tentang rencana untuk memiliki anak.“Sayang, itu bukan sesuatu yang harus kau ributkan, kau tau sendiri bagaimana kita harus bersikap dan terlihat meyakinkan di depan Mommy dan Daddy kan? Semakin terlihat bahagia pernikahanku dan Alle, maka hubungan kita akan semakin aman.” Earl merangkulnya dan mengecup sayang puncak kepala Vale, selagi mendorong troli belanjanya.“Aku sengaja meninggalkan dompet, agar kita bisa bersama dan aku bisa berbicara denganmu, kau tau itu kan? Aku akan selalu menggunakan kesempatan untuk bisa memiliki waktu denganmu, sayang. Kau tidak perlu meragukan itu. Kau juga harus tau, apapun sandiwara yang kulakukan dengan Alle, tidak pernah ada perasaan di dalamnya. Jadi jangan khwatir ya.” Sekali lagi Earl berbicara dengan nada lembutn
Read more
Part 33 | The Rules
Jeremy datang ke kediaman Addison tepat jam sembilan malam setelah Edward menghubunginya untuk segera datang. Pria tua itu mengatakan ingin membicarakan sesuatu terkiat project human charity yang sedang di lakukan Addison Group.Dalam perjalanannya dia teringat dengan percakapan pria tua itu setelah kepulangannya dari Shanghai.Sebuah fakta lain tentang permintaan Jeslyn pada Edward, padahal kenyataan tentang hubungan Vale dan Earl saja sudah sangat mengejutkan untuknya. Saat itu, dia bingung harus bereaksi seperti apa, mengetahui jika nyatanya Earl dan Vale tidak ada hubungan darah sama sekali.“Lalu? Sejak kapan kau mengetahui hubungan terlarang anak-anakmu, sekali pun mereka bukanlah saudara?” “Tidak lama sejak Earl meminta Alle menikah dengannya.” “Kenapa? Kenapa kau harus melakukan ini? Jika kau mengetahui mereka bukanlah saudara kandung dan saling mencintai, kenapa harus melibatkan Alle yang tidak bersalah sejauh ini? Aku benar-benar tidak mengerti.” “Jeslyn yang memintaku, w
Read more
Part 34 | Bad News
Pagi ini Vale yang baru saja akan berangkat ke kantor, namun telepon dari Jeremy yang membuat mood-nya turun drastis. Ini ketiga kalinya dia mengabaikan panggilan Jeremy hingga akhirnya dia memilih untuk mengangkatnya.“Aku mengirimmu email semalam. Itu penting, aku akan menjemputmu tiga puluh menit lagi.” Hanya itu yang diucapkan Jeremy lalu menutup panggilannya sepihak, membuat kekesalan Vale semakin menjadi, namun wanita itu tetap membuka email dan cukup terkejut dengan point yang tertera di badan email.“What the hell!!” Mata Vale berkaca-kaca membacanya, lalu membuka proposal lengkap yang dilampirkan di sana. Membacanya dengan cermat dan seketika emosinya semakin meradang dengan kegilaan ini. Dia lalu beranjak keluar dari kamarnya untuk mencari jawaban dari Edward akan semua ini.“Daddy!!” Teriak Vale begitu memasuki ruang makan dan melihat Edward juga Jennie tengah mengobrol santai di sana dengan Jennie yang tengah menyiapkan sarapan. “Apa maksud Daddy mengirimku ke Afrika?! Ba
Read more
Part 35 | Hello and See You
Vale kembali menggeram saat untuk ketiga kalinya panggilannya diabaikan oleh Earl. Air matanya jatuh dengan emosi yang semakin menjadi. Dia benar-benar terluka dengan semua keputusan Edward, namun Earl sama sekali tidak ada di sana untuk membantunya, jangankan membantunya, mengangkat teleponnya saja tidak.Pintu yang terbuka membuat Vale langsung mendongak dan melihat Jeremy yang datang, tatapannya berubah nyalang. Namun Jeremy hanya menatapnya datar dengan menautkan kedua alisnya.“Kita harus pergi sekarang. Tidak ada gunanya kau menangis, Edward tidak akan pernah mengubah keputusannya. Jadi mari kita nikmati untuk sebulan ke depan.” Jeremy menyeringai penuh arti, membuat Vale langsung berteriak dengan tatapan nyalang dan air mata yang semakin banyak membasahi wajahnya.“Sialan!! Ini semua pasti ulahmu dan Alle, kan?! Jawab, brengsek!!” Vale berdiri dan melempar Jeremy menggunakan heels-nya, beruntung Jeremy langsung menghindar. Mendengar ucapan Vale, Jeremy hanya bisa tersenyum sini
Read more
Part 36 | Hope of Happines
Di ruang kerjanya, Alle sedang memikirkan waktu dua bulan yang akan ia habiskan tanpa ada Vale di antara mereka, mungkin hanya satu bulan, satu bulan setelahnya Alle tidak bisa menjamin. Tapi dia tidak ingin memikirkan itu, dalam satu bulan ke depan dia sudah menyusun acara kencannya dengan Earl. Dan dia akan memaksimalkan semua moment itu. Kencan setiap minggu dengan berbagai tema yang sudah disusunnya membuat Alle tersenyum dan memeluk notebook-nya dengan perasaan berbunga-bunga. Berharap jika semua berjalan sesuai harapannya.Dia tau tidak akan pernah bisa memaksakan perasaannya pada Earl, maka yang akan ia lakukan adalah memanfaatkan waktu sebanyak yang ia bisa untuk mengukir banyak kenangan indah bersama pria itu. Selamat datang untuk indahnya kehidupan pernikahan miliknya dalam dua bulan ke depan dan sampai jumpa untuk luka yang sejak lama bersemayam di hatinya walaupun hanya untuk sementara.Dirinya baru saja menyelesaikan dua rancangan terbaru untuk koleksi fashion week-nya, l
Read more
Part 37 | Dating Plans
“Hai,” sapa Earl yang muncul di pintu dapur, membuat Alle yang tengah sibuk membuat makan malam langsung berbalik dan tersenyum sumringah.“Hai, Earl. Baru tiba?” Tanya Alle membuat Earl langsung mengangguk dan berjalan menuju stool.“Ya, tadi aku ke boutique-mu, ternyata kau sudah pulang.” Balas Earl yang memang tadi menyempatkan mampir ke boutique Alle terlebih dahulu, kebodohannya adalah tidak menanyakan jam berapa Alle pulang atau jam berapa boutique itu tutup. Tapi hal itu membuat Earl tersadar sesuatu, nyatanya dia tidak mengetahui apapun tentang kegiatan istrinya itu.“Ah, aku menyesal mendengarnya. Jika kau mau menjemputku aku akan dengan senang hati menunggu, Earl.”“Yeah, my bad.” Balas Earl tersenyum kecil.“Masih ada besok, aku akan dengan senang hati menunggumu jika kau berkenan menjemputku.”“Jam berapa biasanya kau selesai?” Tanya Earl lalu mengambil air mineral dingin di kulkas, terus memperhatikan dan menebak menu apa yang dibuat Alle untuk makan malam mereka.“Tergan
Read more
Part 38 | Vale and Her New Life
Vale terbangun dengan pening yang menyerang kepalanya. Memang sejak semalam dia sudah merasa tidak enak badan. Tinggal di pedalaman yang semuanya serba minim membuatnya merasakan perubahan drastic dan tubuhnya tidak siap beradaptasi. Bahkan ponselnya teronggok begitu saja karena buruknya sinyal yang mereka miliki di sana. Dia juga hanya tidur di flat yang tidak jauh dari lokasi pembangunan, flat yang sangat sederhana dan membuat Vale benar-benar tersiksa tidur setiap malamnya.Pintu kamarnya yang terbuka membuat Vale mendecak kesal melihat Jeremy yang datang dengan tatapan dataranya. Selama seminggu di sini, Vale benar-benar merasa Jeremy memang telah berubah. Pria itu terlihat dingin dan datar, mereka hanya bertemu di lapangan dan di kantor untuk membicarakan pekerjaan. Setelahnya pria itu bahkan enggan mengajaknya makan malam, jangankan mengajaknya makan malam, menanyakannya saja tidak.“Kau sakit?” Tanya Jeremy masih dengan nada datarnya, berusaha mengecek kening Vale namun wanita
Read more
Part 39 | Get Drunk With You
“Xa, ini tempat kencan ini yang kau inginkan?” Tanya Earl dengan tatapan setengah tak percaya, membuat Alle tersenyum lebar dan langsung mengagguk, menarik Earl tanpa peduli dengan protes pria itu lagi, Alle terus menariknya untuk menuju pub di depannya itu.“Aku sudah lama tidak bersenang-senang di sini, Earl. Lets dance and enjoy the night.” Alle lalu menarik Earl untuk menuju ke salah satu meja bar dengan tatapan berbinar menuju ke lantai dansa.“Ayolah, Earl. Nikmati saja, aku ingin tequila.” Pada bartender di depannya, Earl yang melihatnya langsung mendecak kesal. Dan berusaha menarik Alle untuk keluar dari sana. Namun Alle menggeleng keras dan menatapnya tajam, wanita itu sudah menenggak satu sloki tequila yang diberikan sang bartender.“Kau tidak boleh menolak, Earl. Ini hariku dan kau harus mengikutinya. Minumlah.” Alle langsung menyerahkan satu sloki yang lain pada Earl, membuat pria itu mengambilnya dan ikut menenggaknya.“Ck! Pilihan tempat kencanmu sangat payah. Sudah tau
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status