All Chapters of Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu: Chapter 51 - Chapter 60
199 Chapters
Part 51. Memacu Kecepatan
Bram memacu kecepatan mobilnya menuju rumah Ratna. Dia tidak ingin telat walau sedetik."Pagi, Rat." Bram menyapa ketika baru saja keluar dari mobilnya. Berpapasan saat Ratna berdiri di balik pagar, menunggu taksi online yang akan menjemputnya."Papa.""Kamu masuk mobil ya! Biar papa anterin pagi ini ke sekolah," ucap Bram.Devina nurut lalu masuk ke dalam mobil."Nggak usah, Mas. Devina sama aku aja. Lagian taksinya udah jalan ke sini.""Yaudah kamu ikut aku aja, bareng-bareng kita antar Devinanya ke sekolah.""Nggak, biar aku aja antar sendiri. Lagian kamu tumben nganterin Devina. Seumur-umur dia sekolah, bisa dihitung pake jari kamu nganterinnya.Ratna tampak hendak membuka pintu bagian Devina duduk. Tapi, tangannya ditahan Bram."Rat, please. Beri aku kesempatan memperbaiki semuanya. Ini demi Devina. Aku sadar, aku salah, dan sangat bodoh."Ayuk, Pa. Kita berangkat, nanti Nana telat!" ucap Devina yang sekejap membuka kaca mobil."Ma, boleh ya. Sekali ini aja Nana diantar sama Papa
Read more
Part 52. Kerjasama dan Perkenalan
"Mbak Diana, makasih yah udah ngasih saya tumpangan.""Nggak masalah, Mbak. Lelaki kalau menyesal ya begitu, suka lupa diri dan nggak pandang bulu. Aku sempat mikir jangan sampai kalau balikan lagi.""Nggak kok. Oh iya, Mbak. Saya turun di sana aja, ya!" pinta Ratna seraya menunjuk posisi dimana dia ingin diturunkan."Lho, kok nggak sampai rumah aja, Mbak? Saya nggak papa kok, bisa nganterin."Padahal tadi Ratna memang ingin diantar sampai rumahnya. Namun, setelah dia pikir-pikir lagi, Ratna memilih untuk mengurungkannya."Saya ada urusan ke supermarket, Mbak. Baru ingat barusan ada yang kudu dibeli." Ratna beralasan."Oh oke. Di sini 'kan turunnya?" Bu Diana memastikan seraya menurunkan kecepatan kemudinya."Makasih banyak atas tumpangan dan pertolongannya, Mbak.""Sama-sama, Mbak."Mobil Diana melaju pelan meninggalkan Ratna yang langsung merogoh ponsel dari tas selempang yang dia pakai untuk memesan taksi online."Halo, ya, Mbak Diana. Ada apa?" tanya Ratna saat telepon tersambung.
Read more
Part 53. Bapak Mau Ikut?
Bram dan Joddy terdiam saat Arjuna berhenti di hadapan mereka yang tak merasa bersalah."Kenapa kalian masih di sini? Apa harus diliat klien dulu baru masuk?" tanya Arjuna dengan suara tegas."Maaf, Pak," sahut Joddy yang seketika langsung berdiri dan masuk ke ruangan meeting. Disusul Bram kemudian, setelah dia menatap Arjuna tanpa kedipan."Lihat saja apa yang akan kulakukan setelah ini." Bram berdiri seraya menatap tajam pada Arjuna."Masalah pribadi jangan kamu bawa-bawa ke kantor!" ucap Arjuna saat Bram lewat di depannya.Bram bungkam, tak ada respon dari mulut tak bermoralnya itu.***Meeting usai setelah dua jam berlalu. Bosan dan tak ada semangatnya begitu yang dirasakan Bram. Apalagi selama dua jam dia harus menatap lelaki yang dibencinya itu. Padahal, jika menoleh ke belakang, Arjuna adalah salah satu orang yang paling diajak sharing oleh Bram dalam membahas perkembangan perusahaan. Namun, semuanya berubah tiga ratus enam puluh derajat, semenjak waktu itu."Oh iya, Bram. Kenap
Read more
Part 54. Jadi Gimana?
Setelah makan siang Bram mencoba menghubungi Ratna lewat panggilan telepon. "Apa ini sudah waktunya ya?" gumam Ratna menatap layar ponselnya saat nama Bram terpampang."Nanti saja, perjuangannya masih belum patut," tambahnya kemudian."Usahamu masih kurang, Mas!" tambah Ratna lagi.Keberuntungan belum berpihak pada Bram karena Ratna memilih untuk tidak mengangkat telepon yang masuk tersebut. Tidak menyerah begitu saja, Bram pun mengirim pesan pada mantan istrinya itu. [Rat, kok nggak kamu angkat teleponnya?][Aku cuma mau bilang, nggak bisa jemput Devina][Aku lupa kalau ada jadwal meeting. Jadi bentrok, nggak papa kan kamu jemput Devina sendirian?[Oh iya, nanti kalau udah kerjaan sudah selesai baru aku ke rumah ya.][Soalnya ada yang mau aku sampaikan ke kamu.]Ratna tidak langsung membuka pesan yang dikirim mantan suaminya itu. Namun, dia tahu apa saja isi chatnya."Baguslah, daripada dia bikin malu lagi di sekolah Devina," ucap Ratna sambil tersenyum lega.Ratna tiba-tiba kepiki
Read more
Part 55 Dia Menggoda Duluan
Malam hari di kediaman Ratna, tampak Bram dan Wati duduk di ruang tamu. Tak ada Devina di sana karena Ratna meminta anak semata wayangnya itu untuk masuk ke kamar setelah Wati meminta izin ingin ngomong serius dengan Ratna.***Pesan Bram yang tak kunjung dibaca Ratna hingga sore hari. Memutuskan dirinya untuk meminta pertolongan pada Wati. Bram beranggapan, semua akan sama seperti kunjungan sebelumnya jika dia datang ke rumah Ratna sendirian. Apalagi jika ada orang dia benci itu, ikut berkunjung juga."Ma, abis Magrib aku jemput ya! Mama udah siap nanti."Wati tersentak kaget saat baru saja menerima panggilan masuk dari Bram."Siap-siap kemana, Bram? Kamu tuh ya, bikin mama jantungan.""Aku mau ajak mama ke rumahnya Ratna. Aku yakin kalau lewat mama pasti semua akan berjalan sesuai rencana kita.""Oh, gitu. Lain kali kasih kode dulu kek dari siang atau apa gitu, Bram. Jadi mama bisa mikir skenarionya biar makin matang. Nih kamu malah ngajakin mendadak.""Ya gimana lagi, Ma. Namanya ju
Read more
Part 56. Katanya Khilaf
Ratna mengangguk seolah paham. Ada gurat senyum tak lepas dia suguhkan."Tapi bukannya mama pernah bilang aku nggak pernah becus ngurusin rumah?" Nada bicara Ratna penuh penekanan di setiap kata yang terucap.Wati yang tadinya begitu lega, bahkan di dalam hatinya sudah begitu yakin kalau Ratna bakalan nurut, akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Dia bagaikan ketimpuk bola yang pernah dia lempar sendiri. Salah tingkah dan wajahnya pucat pasi."Wa-waktu itu, Ma-mama ….""Mama memang pernah salah juga sama kamu, Rat. Mungkin namanya orang tua ya. Tapi aku yakin, mama nggak akan begitu lagi," potong Bram saat melihat mamanya kehilangan kata-kata. "Ya 'kan, Ma?" tambah Bram, tambah lelaki itu mengedipkan kedua matanya saat Wati menatap Bram."I-iya, Rat. Mama khilaf. Maafin mama ya?" pinta Wati dengan memasang wajah penuh belas kasihan."Gimana, Rat? Kami sudah menjelaskan panjang lebar dan juga sudah meminta maaf sama kamu, apa kamu belum percaya juga kalau aku serius sama kamu? Kasih
Read more
Part 57. Healing? Bali?
"Sudahlah, Bram. Kamu jangan kayak anak kecil."Arjuna mengibas angin tepat di depan wajah Bram."Kamu bikin malu aku aja, Mas!" ketus Ratna yang ikut menyusul langkah Arjuna dari belakang. Tampak juga dia menggandeng tangan putri tercintanya."Da … da …, Papa!" seru Devina sembari melambaikan tangan mungilnya saat lewat di depan Bram.Tak ada balasan atas lambaian tangan anaknya itu. Malah, Bram menatap tajam penuh emosi melihat Arjuna menang kali ini."Saya nggak akan kasih kelonggaran lagi. Lihat saja lepas ini!" ucap Bram geram sembari mengepal kedua tangannya.***Arjuna mengajak Ratna dan Devina makan di sebuah restoran Jepang atas permintaan Devina, meski satu sisi Ratna merasa malu ulah tingkah anaknya."Bram masih maksa kamu, Rat?""Kurang lebih begitu lah, Mas. Biarkan saja sampai mana dia tahan," sahut Ratna santai sembari menyantap hidangan."Kamunya makin cantik, aku rasa Bram nggak mungkin gampang mundurnya.""Sebenarnya aku udah cantik dulu, Mas. Cuma ketiban sial aja hi
Read more
Part 58. Kecepatan Tidak Stabil
Bram mengendarai mobil dengan kecepatan tidak stabil membuat Laura takut setengah mati. Dia tampak memegang kuat-kuat tali safety bell yang terpaksa."Maaaaassss … sttoooppp ….." Sekuat tenaga Laura berteriak. Semakin gila pula Bram mengemudikan mobil sedannya. Jalanan yang lumayan ramai semakin memacu adrenalin duda anak satu ini. Mata Laura tak berhenti berkedip, hembusan napasnya terjeda-jeda beberapa detik."Stop, Mas!""Aku belum mau mati!""Mas Bram!"Teriak Laura sekuat tenaga."Kamu masih mau bermain-main denganku, Laura!" ancam Bram dengan suara yang menggelegar. "Kamu pikir aku takut dengan ancaman murahanmu itu. Ingat, dirimu saja murahan. Apalagi ancamanmu itu, sedikitpun nggak akan membuatku takut."Bram mengambil kesempatan untuk mematikan mental Laura. Menyerah, itu yang diharapkan Bram, karena bagi Bram, Laura bukanlah pesaing, malahan hanya butiran debu. Namun, tidak dengan Arjuna, sosok saingan terberat dalam hidupnya saat ini."Mas … o-oke … oke … aku ny-nyerah … sto
Read more
Part 59. Mau Ngomong Sesuatu
Ratna dengan cepat memacu langkahnya menuju kerumunan warga."Mbak Hani, ada apa?" tanya Ratna pada seorang perempuan berjilbab."Eh, Mbak, Rat. Nggak, itu ada maling tadi!""Hah? Maling? Ketangkep?"Arjuna yang berdiri di belakang Ratna hanya diam sambil menyimak."Iya, Mbak. Belum sempat ngambil sih."Kurang lebih setengah jam berbaur dengan kerumunan warga. Tak lama kemudian, kerumunan itu pun bubar, Ratna juga pamit pada Hani. Namun, saat berbalik badan …"Mbak Ratna, tunggu!" cegatnya."Ya, Mbak. Ada apa?" Ratna menghentikan langkahnya, dan berbalik arah.Sebuah lirikan Hani pada Arjuna membuat Ratna paham."Hmm … Mas, kamu ke mobil aja dulu ya. Temenin Devina!" pinta Ratna.Arjuna hanya membalas dengan anggukan meski dalam hatinya penuh segudang tanda tanya.Hani pun menarik Ratna menjauh agak ke tempat yang sepi. Sikap Hani yang agak aneh, membuat jantung Ratna berdegup tak beraturan."Ada apa, Mbak?" tanya Ratna penasaran."Maaf, ya, Mbak Ratna saya cuma mau sampein pesan bebe
Read more
Part 60. Jaga Jarak
Ratna tak banyak bicara setelah kejadian itu."Berat banget masalahnya ya, Rat? Sampai-sampai salah seorang dari tetanggamu tadi terkesan kasar begitu."Arjuna membuka percakapan saat Ratna menyuruh Devina masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Keduanya masih berdiri di teras rumah. Kejanggalan yang terasa, membuat Arjuna memancing percakapan agar Ratna mau menceritakan tentang apa yang terjadi selepas Arjuna balik ke mobil tadi."Mas, sebaiknya kamu langsung pulang saja. Aku mau istirahat soalnya."Merasa terpatahkan tanpa ada penjelasan terlebih dahulu, Arjuna lebih memilih untuk pamit."Oh, oke. No problem. Hati-hati di rumah, periksa dulu semuanya sebelum tidur," petuah Arjuna sebelum wajahnya berganti dengan punggung yang perlahan menghilang dalam pandangan Ratna.Juga tak seperti biasanya, yang selalu mengantar Arjuna hingga berdiri tak jauh dari mobil Arjuna terparkir, kali ini Ratna hanya menatap kepergian Arjuna di ambang pintu utama."Maaf, Mas. Tidak bermaksud mengusi
Read more
PREV
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status