Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu

Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu

By:  Dwi Nella Mustika  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
199Chapters
81.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Istri mana yang bisa akur bila seatap dengan mertua? Yang jelas bukan aku! Di mata mertuaku, apa pun yang kulakukan selalu salah. Suamiku, Mas Bram, bahkan ikut mencaci karena termakan hasutan ibunya. Segala perbuatan keji mereka selama ini kutahan kuat-kuat. Sampai puncaknya ketika Mas Bram berniat menikah lagi hanya karena penampilanku yang kumal semenjak menjadi ibu rumah tangga, tak secantik saat masih gadis. Penolakanku justru membuat mereka tega memisahkanku dari anakku, juga membuatku menjadi janda paling malang. Cukup sudah kalian menginjak-injakku! Kini saatnya aku tunjukkan pada kalian siapa diriku yang sebenarnya.

View More
Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Dinara L.A
ceritanya rekomendasi bgt. bisa aduk aduk emosi. keren ...
2022-12-30 15:24:30
2
user avatar
VIGIANI NURIKE
Cerita yang membuat perasaan kita campur aduk... kerennnn authornya... penggambarannya seolah-olah kita ada dalam cerita itu sendiri
2022-11-21 21:27:50
3
199 Chapters
Part 1. Bukan Makan Siang Biasa
"Ratna!" Kamu bisa nyapu nggak, sih? Gitu aja nggak becus!" Suara cempreng yang kuyakin berasal dari mertuaku menggema di seluruh penjuru rumah.Kuhentikan aktivitas tersebut dan menoleh padanya. Perempuan yang sudah berumur 55 tahun itu berjalan mendekat ke arahku yang berdiri dekat sofa single di ruang tamu."Maaf, Ma." Ada rasa ngilu di sanubari ini saat mama mertua tak pernah berujar dengan lembut padaku."Nyapu itu jangan lembek, gemulai-gemulai nggak jelas, tuh lihat nggak bersih jadinya!" protesnya diiringi dengan nada bicara yang meninggi. Bukan mulutnya saja yang berbicara, telunjuknya pun ikut bermain sembari berkacak pinggang."Iya, Ma. Aku akan terus belajar biar menyapunya semakin bersih," jawabku pasrah."Jangan iya-iya aja. Masa pekerjaan gampang begini masih juga diajarkan!" umpatnya sembari menyentak kasar tangkai sapu dalam genggamanku."Tuh. Begitu! Ngerti nggak? Kalau diajarin itu nyimpen dikit kek ke otak, jangan asal angguk-angguk aja!" bentaknya lagi. Perempuan b
Read more
Part 2. Menyerah Bukan Berarti Kalah
“Apa?” Aku terperangah, membeku di tempat dengan wajah yang mungkin terlihat sangat konyol. “Apa maksud kamu, Mas?!” tanyaku sambil menahan air mata agar tak jatuh."Kamu budek, Rat? Aku bilang dia calon madumu. Artinya, Laura akan jadi istriku selanjutnya!" ucapnya angkuh sambil meraih bahu j*lang di sampingnya agar semakin menempel ke pelukannya.Bagai tersambar petir, aku tak bisa lagi membendung sesak di dada saat mendengar jawaban sekaligus menyaksikan tindakan Mas Bram yang tanpa malu itu."Aku udah berusaha jadi istri yang baik selama ini. Aku urus rumah, aku rawat anak kita, siapin semua keperluan kamu, bahkan mama juga. Kenapa, Mas?" Aku tak bisa lagi membendung sesak di dada."Itu aja nggak cukup, Rat! Suami juga perlu dimanja istri. Coba lihat penampilan kamu sekarang!” Mata Mas Bram kini bak menelanjangiku dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.“Ck, kamu bahkan lebih mirip tukang sayur daripada istri seorang manager!” ejeknya seraya tertawa sinis. Sementara aku yang menjad
Read more
Part 3. Talak? Awal Kemerdekaan Diri
Seluruh tubuh ini terasa bergetar dengan hebat. Dadaku naik-turun dengan cepat setelah mendesak Mas Bram untuk mengucapkan talak. “Yakin?” tantangnya, lengkap dengan senyum mengejek. “Sekali aku mengabulkan, tidak akan aku ubah lagi sekalipun kau sujud di kakiku!” “Seumur-umur menjadi istrimu, baru kali ini aku meminta sesuatu padamu dan tidak pernah aku seyakin ini, Mas.” Mataku nyalang menatap Mas Bram. Lalu kulangkahkan kaki menuju kamar, muak melihat wajahnya yang tanpa rasa bersalah itu. "Baiklah jika itu maumu," teriaknya tak mau kalah saat aku berlari masuk ke kamar. Brak! Tubuh ini terasa tak bertulang saat aku baru saja menutup dan mengunci pintu. Terduduk. Air mata yang sejak tadi aku tahan, kini tak terbendung lagi, tumpah ruah bagai air terjun. Bayangan saat ijab kabul delapan tahun lalu kembali terbesit di kepalaku. Sungguh tak kusangka, Mas Bram akan menyuguhkan sakit luar biasa dalam pernikahan ini. Aku malah sangat percaya diri kala itu, dicintai dengan lebih, dir
Read more
Part 4. Pemiliknya Julid
"Jangan sampai ada yang salah." Mataku terlihat dingin seiring kukatakan kalimat berikutnya, "Pastikan semua berjalan lancar atau kalian akan tahu akibatnya!" Kuanggukkan kepala, refleks menjawab ucapan dari sisi seberang. "Terima kasih."Klik. Kuputuskan sambungan telepon dengan cepat.Helaan napas berat kuembuskan, merasa sangat lelah. Kuangkat pandangan ke atas, menatap langit yang sudah berganti warna. Aku tidak bisa berdiam lebih lama lagi di sini."Aku ... harus cari tempat tinggal," gumamku seraya bangkit dari duduk saat melihat sebuah angkot menepi ke halte, telah kutentukan daerah tujuanku berikutnya.Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam menggunakan angkot, aku pun turun di sebuah gang komplek perumahan. Meski asing dan jarang lewat tempat ini, tapi sering kudengar daerah tersebut merupakan tempat nyaman yang menyediakan banyak rumah kost atau kontrakan dengan harga murah.Berjalan sekitar 100 meter dari gang, mataku tertuju pada tulisan di sebuah pagar, 'Teri
Read more
Part 5. Sementara, Tak Apa Sederhana
‘Lumayan juga,’ batinku kala memandang ruangan yang berukuran tak seberapa itu.Setelah mendapatkan kunci dan diberikan rentetan wejangan dari Bu Soimah, istri Pak Juki, terkait jam kunci gerbang dan sebagainya, aku telah tiba di kamarku yang berada di lantai dua. Ruangan kecil dengan satu tempat tidur dan lemari itu memang sederhana, tapi paling tidak cukup untuk diriku seorang.Baru saja kurebahkan tubuh setelah berbenah dan membersihkan diri, aku pun langsung terlelap tanpa sadar. Detik berikutnya kubuka mata, cahaya terang telah menembus jendela. Saking lelahnya kemarin, aku pun tak sadar hari baru sudah menyapa. Ternyata seperti ini rasanya tertidur pulas bahkan tak kenal waktu saat terjaga.‘Kalau di rumah dulu, mana bisa?’ ujarku dalam hati sembari tertawa pahit.Aku melihat jam di layar ponsel menunjukkan waktu pukul delapan pagi. Namun, pandanganku malah terpaku pada foto Devina yang kujadikan wallpaper di layar ponsel."Devina, Ibu rindu," gumamku seraya menyusuri foto putri
Read more
Part 6. Berpakaian Rapi untuk Awal Kemenangan
Sudah satu minggu berlalu sejak kuterima panggilan dari pengadilan negeri. Hari ini hari persidangan kedua perceraianku dengan Mas Bram digelar. Aku harus bergegas. Selepas mandi, aku mematut diri di depan cermin yang menempel di dinding dekat jendela. "Devina, mama pastikan sebentar lagi kita akan kembali bersama," gumamku pada sosok di dalam cermin. Demi terlihat rapi datang ke pengadilan, aku sengaja membeli satu setel baju, memakai baju kemeja berwarna cream dipadukan dengan rok span di bawah lutut, dilengkapi flat shoes berwarna hitam. Rambut sengaja aku gerai diberi bando hitam bermata kupu-kupu. Polesan lipstik warna peach cukup menjadi perona agar tidak terlihat pucat. "Ya ampun, tumben banget pagi-pagi udah rapi. Nggak lagi janji sama lelaki buaya 'kan?" Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara melengking di belakangku. Aku pun menoleh setelah mengunci pintu kamar. Lagi-lagi Bu Soimah. "Pamit ya, Bu," balasku tanpa menanggapi apa yang dia katakan. "Waduh, kalau ga bisa jawab
Read more
Part 7. Gelar Janda pun Disandang
“Para hadirin sekalian.” Seluruh perhatian peserta sidang kini berpusat pada ketua hakim. “Dikarenakan sidang pertama dengan agenda perdamaian dan mediasi tidak menemukan titik temu, juga setelah menimbang proses pembuktian dari pihak penggugat maupun tergugat yang telah dipaparkan, maka dengan ini saya nyatakan saudara Ratna Wulandari dengan saudara Bramantio Triandra resmi dinyatakan bercerai.”Kusatukan kedua tanganku di wajah kala mendengar suara tiga ketukan palu menggema.‘Semua telah berakhir,’ batinku bersyukur.Kutolehkan pandanganku ke samping, memberikan senyum kemenangan pada pria yang kini resmi menyandang status sebagai mantan suamiku. Namun, Mas Bram langsung membuang muka sambil mengepalkan kedua tangannya.“Lagakmu angkuh sekali, Ratna!” Tiba-tiba Paman Toni bangkit dari kursinya dan langsung mencelaku begitu melihat wajah keponakan kesayangannya itu merengut. “Aku akan jadi orang pertama yang menertawai kamu saat kamu ngemis minta balikan sama Bram!” lanjutnya.Menden
Read more
Part 8. Dia ... Orang Asing dalam Pandangan
Aku tersentak kaget mendengar seruan itu. Semua mata tertuju pada dua orang lelaki yang masih berdiri di dekat pintu masuk. Salah satu pria itu adalah Pak Adi, saksi yang kuajukan, tapi siapa pria jenjang di sebelahnya?Terdengar decit kursi bergeser. "Bapak Arjuna?!" Kulihat Mas Bram berdiri, terlihat kaget saat menatap pria yang berada di sebelah Pak Adi.Aku pun mengulangi nama yang Mas Bram ajukan dalam hati, 'Arjuna?' Spontan kukembalikan pandanganku pada sosok tinggi idealis bak pria luar negeri di samping Pak Adi, merasa familier dengan nama tersebut.Tak kuduga, kala kudaratkan pandanganku pada pria bernama Arjuna itu, netra kami beradu pandang. Kami saling menatap untuk sesaat, tapi pria itu dengan cepat mengalihkan pandangannya dariku, membuatku merasa sedikit bingung dengan sikap dinginnya."Mohon izin, Yang Mulia. Saksi yang ditunggu sudah datang," ucap Bang Firman."Baik, hadirin sekalian, mohon tenang, " titah ketua hakim sembari mengetukkan palu beberapa kali. "Saksi yan
Read more
Part 9. Janggal, Ah ...
Keningku seketika mengerut mendengar apa yang diucapkan Bapak Arjuna. Terasa ada yang janggal dari yang dia ucapkan. 'Apa ini hanya perasaanku saja?' Tanpa disadari mataku menatap ke arah Pak Adi, seolah paham dengan tatapanku dia pun mengangkat bahunya."Maksud saya, sudah selayaknya saya membantu, Ibu," sahutnya dengan senyum kaku. Dia memperbaiki posisi berdiri, kemudian salah satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana. "Anggap saja ini tanda terima kasih saya pada ibu, karena sudah menjadi salah satu investor terbesar di PT Podoromo," tambahnya lagi."Oh …." Aku tersenyum manis dan mengangguk paham."Bu Ratna, kalau begitu, saya pamit dulu. Jika ada yang diperlukan, silakan kontak saya," Tiba-tiba Bang Firman berceletuk, menyadarkanku jika ia sedang berusaha menghilangkan kekakuan yang tercipta, begitu yang kubaca dari gurat wajahnya."Baik, Bang. Terima kasih sebelumnya," sahutku sembari menjabat tangan yang diulurkan Bang Firman. Pengacaraku pun undur diri selepas berpamitan den
Read more
Part 10. Niatnya Mempermalukan, Eh ... Ternyata ...
Bukan hanya kami bertiga, orang-orang yang ada di sekitar sekolah juga ikut mencari sumber teriakan itu. Kuhela napas berat begitu melihat siapa dalangnya. Suara yang baru beberapa minggu belum kudengar lagi—juga tidak kurindukan."Mau kamu bawa ke mana cucu saya, hah?" Terlihat mama mertuaku mengacungkan jari telunjuknya ke arahku, seakan menuding seorang pencuri.Di sampingku, kulihat Pak Arjuna mengerutkan kening, menampakkan wajah tak suka atas tingkah nenek-nenek yang baru saja memanggilku. Namun, dia masih terdiam untuk membaca keadaan, jelas saja karena orang seperti Pak Arjuna pasti bukan pribadi yang gegabah."Yang jelas bukan ke rumah Mama." Jawabanku justru membuat mama mertua, ah maksudku mantan mama mertuaku, mendelik.Dia berjalan mendekatiku, matanya yang terbilang tajam beberapa kali melempar pandangan pada Bapak Arjuna yang sudah berdiri di sisi pintu kemudi."Kamu tidak ada hak atas Devina!" Gigi palsunya hampir tanggal karena terlalu semangat mencercaku. Aku kelepasa
Read more
DMCA.com Protection Status