All Chapters of Spicy, Sweet Love: Chapter 31 - Chapter 40
119 Chapters
Keinginan Kuat Wijaya
“Apa kamu memang nggak bisa memikirkan lagi?” tanya Rifat dengan nada tegasnya.“Om, jangan jadi kaya papi lah.” Jimmy menggarukkan kepalanya.Rifat menghembuskan nafas panjang “Kalian sudah aku anggap anak sendiri, jangan lupa wasiat papi kamu kalau aku bakal nikah sama mami kamu. Jim, aku hanya ingin papi kamu tenang tidak lebih. Kami berdua melakukan ini juga demi papi kamu, walaupun pada akhirnya kebablasan.”“Maunya om sama mami aja yang nggak bisa menahan nafsu.” Jimmy memutar bola matanya malas.Rifat tertawa mendengar tuduhan Jimmy “Mami kamu masih seksi, Jim. Perasaan om ke mami kamu itu sama kaya papi kamu ke mami.”“Menikah sama Siena berat, Om.” Jimmy memilih kembali membicarakan masalah dirinya.“Om tahu berat, tapi demi papi kamu.”“Kalau akhirnya berpisah gimana?” tanya Jimmy menatap Rifat penuh selidik.“Lucas sama Anggi baik-baik saja.” “Mbak Anggi cinta sama abang,
Read more
Perjanjian
Keputusan pernikahannya telah ditentukan, Jimmy belum bertemu dengan Siena membahas mengenai apa yang harus dilakukan. Perjanjian pernikahan, saat ini hanya itu yang ada didalam kepalanya tapi tidak tahu harus bagaimana berbicara dengan Siena.“Fokus.” Ruli menepuk lengan Jimmy “Tiga minggu itu cepat loh, lagian kenapa kamu harus melakukan perjanjian? Memang mau bertahan sebentar?” “Mungkin, kamu tahu bagaimana perasaanku sama Febby.”Ruli memutar bola matanya malas “Jim, kalian memang sudah lama bersama. Pernikahan itu tahap paling sakral dalam hubungan, lagian bukannya kalian sudah memutuskan untuk berpisah? Sekarang mau balikkan? Kira-kira Febby mau kalau kamu jadi janda? Ok...anggap Febby terima bagaimana sama bapaknya? Hubungan sama keluarga kamu nggak baik loh.”“Aku tahu kalau sakral, semua yang kamu katakan juga aku pikirkan.” “Kamu mau buat perjanjian? Perjanjian seperti apa? Kamu pikir cuman kamu yang sulit? Kamu ngg
Read more
Sah
Waktu mereka tidak banyak, kondisi kesehatan Wijaya tidak bisa dipastikan. Jimmy tahu jika dirinya harus segera menikah, persiapan pernikahan mereka berjalan cepat dan tidak bisa berbohong jika uang adalah segalanya dan bisa membuat semuanya berjalan dengan sangat cepat. Tawaran Siena tidak pernah dipikirkan Jimmy, walaupun menggoda tapi tetap saja tidak pernah ada dalam bayangannya. Satu hal pernikahan bukan hal untuk bermain-main, Jimmy tidak pernah diajari itu semua oleh kedua orang tuanya. “Menikah disini? Memang Siena tidak masalah?” tanya Jimmy saat mendapati ruangan Wijaya diubah menjadi tempat pernikahan. “Siena setuju.” Rifat menenangkan Jimmy. Segala persiapan memang sudah disiapkan, mengambil libur tidak terlalu lama dengan memberikan alasan kondisi ayahnya. Jimmy duduk dengan ekspresi tegang, sesuatu yang nantinya akan mengubah masa depannya. Kehidupannya setelah ini tidak akan sama lagi, tinggal bersama dengan Siena dan Jeno.
Read more
Satu Atap
“Tidak masalah kita tinggal di apartemen?” tanya Jimmy saat mereka perjalanan pulang.“Bukan masalah besar, tempat itu dekat sama kamu kerja.”“Jeno bagaimana?” “Aku nanti yang akan antar jemput dia, kamu nggak usah khawatir dan merasa terbebani dengan keberadaan kami berdua. Masalah kamar? Aku bisa....”“Kita tetap satu kamar, aku nggak mau Jeno berpikir macam-macam.” Jimmy langsung memotong perkataan Siena.Memikirkan kembali tempat tinggal mereka yang menjadi solusi terbaik, letak apartemennya sangat jauh dengan rumah sakit, tapi kalau mereka tinggal di apartemen yang kesulitan adalah Siena dan Jeno.“Aku yang bawa Jeno, kamu buka saja pintunya.”Siena melakukan apa yang Jimmy katakan, memasukkan mobilnya kedalam rumah dan tidak lupa mengangkat Jeno masuk kedalam. Siena memberi petunjuk dimana legal kamar Jeno, meletakkannya pelan dan menutupinya dengan selimut. Jimmy melihat kamar Jeno, baru pertama ka
Read more
Rutinitas Baru
“Aku antar.” Jimmy membuka suaranya membuat Siena menatap kearahnya.“Aku bisa antar sendiri lagian sama rumah sakit jaraknya jauh.” Jimmy menggelengkan kepalanya “Praktekku jam sembilan, masih ada waktu.”“Papa mau antar Jeno?” Jimmy menganggukkan kepalanya “Asyik...aku bisa pamer sama teman-teman kalau punya papa sekarang.” Saling menatap satu sama lain, mereka berbicara melalui tatapan. Jimmy membelai rambut Jeno pelan, perasaan bersalah menghampirinya ketika mendengar kata-kata Jeno. Perasaan bersalah itu yang mendominasi, andaikan tidak melakukan taruhan pasti tidak akan terjadi ini semua.“Jim, benar nggak papa aku antar Jeno.”Tatapan tajam diberikan Jimmy membuat Siena terdiam, memilih diam dan menikmati sarapan mereka berdua. Semalam mereka berhasil melakukan malam pertama, suatu hal berbeda ketika Jimmy melakukannya dengan Siena, miliknya seakan mendapatkan kepuasan berbeda saat melakukan dengan Febby. Jim
Read more
Berusaha Lagi
“JIMMY!”Menghentikan langkah saat mendengar teriakan seseorang, membalikkan badan dan mendapati Febby berjalan kearahnya tanpa menggunakan pakaian dokter, bisa dipastikan jika sudah akan pulang. Langkahnya semakin dekat, beberapa saat kemudian sudah dihadapannya, mereka saat ini berada di tempat parkir.“Pulang? Kita bicara bisa? Apartemen tempat biasa.” “Aku nggak bisa, aku harus pulang.” Jimmy langsung menolak karena teringat janjinya dengan Jeno.“Sebentar.” Febby tetap dengan keinginannya.“Maaf, mungkin next time.”Jimmy meninggalkan Febby, berjalan kearah mobilnya. Pernikahannya dengan Siena baru terjadi beberapa hari lalu, kesibukannya kemarin membuat Jimmy tidak bisa mengantar Jeno. Sekarang dirinya pulang setelah semua selesai, jam empat pagi dan tidak tahu bagaimana ceritanya bertemu dengan Febby.“Kenapa?” tanya Jimmy ketika kacanya diketuk Febby.“Siang?” Febby meminta dengan tatapa
Read more
Tidak Ingin Berakhir
“Aku memang gila, sudah tergila-gila sama kamu sampai melakukan hal ini. Aku lelah. Sangat lelah!” Febby mengusap wajahnya kasar “Aku nggak fokus sama sekali karena memikirkan hubungan kita.”Tidak tahu harus bereaksi apa, bertindak seperti apa atas apa kata-kata yang keluar dari bibir Febby. Tubuhnya sudah sangat lelah dan membutuhkan ranjang saat ini, mengusir Febby pastinya tidak bisa dilakukannya. Keadaan Febby sangat tidak mungkin untuk diusir yang semakin membuat Jimmy menatap lelah, menghembuskan nafasnya berkali-kali“Kamu lelah? Kalau gitu aku pulang dan datang lagi agar bisa membahas dengan kepala dingin.” Jimmy berdiri membuat Febby langsung memegang tangannya “Memang kenapa? Ada yang mau dibicarakan?”“Memulai hubungan kita lagi, apa bisa dilakukan?” “Jangan mengemis cinta sama aku, Feb. Kita sudah memutuskan apa yang sudah kita sepakati, masih banyak pria lain yang lebih baik dari aku, Feb.”“Kamu kenapa berubah? B
Read more
Terbuka Sekaligus
“Sebenarnya aku sedikit penasaran tentang latar belakang kamu.” Albert membuka suaranya setelah mereka diam dalam beberapa waktu.Jimmy dipanggil Albert membicarakan tentang pasien mereka, sebagai asisten Albert artinya siap dengan apa yang terjadi termasuk mengambil keputusan atas nama Albert. Asisten harusnya Jimmy tidak mengambil libur atau mengganti jadwal seenaknya, semua itu karena kondisi papinya yang tidak bisa diprediksi.“Latar belakang saya yang bagaimana, Dok?” tanya Jimmy penasaran menutupi ketakutannya.“Hadinata? Apa kamu ada hubungan dengan pengusaha besar Hadinata?” Albert memberikan pertanyaan kembali dengan tatapan penuh selidik.“Ya,” jawab Jimmy akhirnya karena tidak mungkin membantah kembali.Albert menghembuskan nafas panjangnya “Aku sudah menebak, tapi tidak menyangka semua benar terjadi. Kenapa kamu malah disini bukan di rumah sakit itu?”“Aku mau memulai dari nol, kalau disana yang ada mereka
Read more
Kenyataan Pahit
Tangannya hampir melempar ponsel saat melihat apa yang ada di layar, tatapan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, menggelengkan kepalanya berkali-kali dengan harapan semua yang dilihat hanya mimpi. Jimmy tidak tahu pria itu, bukan dokter atau pegawai yang bekerja di rumah sakit ini. “Bagaimana bisa dia melakukan ini semua?” Jimmy mengatakan sambil menggelengkan kepalanya, tepukan ringan di bahu membuat Jimmy terkejut “Ngapain lo kesini?” menatap tajam Danu yang menepuk bahunya dan langsung mematikan ponselnya.“Lo konsen lihat ponsel mulu, udah aku periksa jadwalnya dan memang pas banget gitu waktunya jadi kita bisa gantian.” Danu menjawab dan meminta Jimmy keluar.Paham dengan bahasa kode yang Danu berikan, Jimmy memutuskan keluar dengan melepaskan pakaian putihnya. Melangkah keluar dengan membicarakan masalah pasien, Jimmy tidak terlalu tahu banyak tentang pasien Danu begitu juga sebaliknya, mendengarkan cerita sedikit paham tentang keadaan p
Read more
Keadaan Semakin Buruk
Kabar buruk terjadi lagi, langkah Jimmy semakin lebar untuk segera sampai di tempat Wijaya. Harapan, tidak ingin berharap lebih tapi pastinya akan tetap selalu ada. Membuka pintu berharap apa yang berada dalam pikirannya tidak benar-benar terjadi, menahan nafasnya saat melihat pemandangan dihadapannya.“Bagaimana dengan papi?” Jimmy mendekati Tania dengan mencium pipinya singkat.“Siena baru saja datang sama Naila. Papi baru saja tidur setelah tadi bicara masalah kerjaan sama mereka berdua.” “Masih aja bicara pekerjaan.” Jimmy menggelengkan kepalanya “Om Rifat?”“Lucas minta kamu buat menjadikan satu usahamu dan Fransiska, Leo sudah setuju terus kamu gimana?” “Aku belum bicara sama Siena, Mi. Aku harus bicara dulu sama dia, bagaimanapun Siena sudah menjadi istri.”Tania mencibir kata-kata yang keluar dari bibir Jimmy “Kemarin nggak mau, tapi sekarang?” Jimmy memutar bola matanya malas “Kenapa sekarang perhatian sama
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status