Semua Bab Tertipu Duda Tampan : Bab 61 - Bab 70
120 Bab
61. Kacau
Dina heran melihat anaknya tiba-tiba menangis, dia jadi serba salah. Ingin mengorek informasi, tapi masih tidak tega jika langsung to the point saja. "Apa perkataan Ibu ada yang salah? Maafkan Ibu kalau ada kalimat yang menyakiti hatimu." Dina memeluk erat tubuh sang anak, lalu tangan kanannya memegang kepala untuk mengelus rambut panjangnya."Bukan, Bu. Enggak," sahut Yuliani sesenggukan. Dia bingung mau bercerita dari mana dulu. Terlalu banyak masalah yang sedang dipikulnya, hingga pikiran wanita itu semakin kacau. Dia ingin mencurahkan isi hatinya agar lebih tenang, tapi di lain sisi takut ibunya marah atau syok."Coba kamu tenangkan diri dulu, setelah itu ceritakan apa yang terjadi. Ibu akan mendengarkan kamu, tapi kalau memang kamu belum siap. Ibu akan menunggu sampai kamu siap." Dina tidak mungkin memaksa sang Anak untuk menceritakan semuanya di saat dadanya terasa sesak. Sebagai seorang wanita, Dina tahu kalau putrinya sedang menyimpan banyak masalah yang mungkin belum bisa di
Baca selengkapnya
62. Pingsan
Yuliani mulai panik, lalu wanita yang tengah hamil itu berteriak histeris sembari meminta tolong. Hingga membuat sang Ayah datang dan bertanya, "Ada apa, Yuliani? Ibumu kenapa?" tanya Mark penasaran, sebab tidak biasanya sang Istri pingsan. "Gak tahu, Ayah. Tiba-tiba saja Ibu pingsan," sahut Yuliani tidak berani jujur tentang curhatan pada Dina."Apa dia sakit?" tanya Mark sembari memegang kepala Dina, tapi suhu tubuhnya normal. Pria itu langsung menggendong sang Istri ke tempat tidur Yuliani. Lalu, meminta putrinya untuk mengambil minyak kayu putih. "Semoga saja ibu segera siuman," gumam Yuliani dengan langkah kaki terburu-buru. Dia menyesal karena ucapannya tadi. Seharusnya wanita itu tidak gegabah mengatakan semuanya pada Dina saat itu juga. Dia mulai mencari minyak kayu putih yang ditaruh entah di mana, sebab selama pergi dari rumah kedua orang tuanya, penataan ruangan sudah sedikit berubah."Cepat, Yuliani!" teriak Mark yang tidak sabar untuk membangunkan Dina yang masih tidak
Baca selengkapnya
63. Nafsu Belaka!
Yuliani menggelengkan kepala. "Tidak mungkin aku menceraikannya secepat ini, Bu. Aku tidak ingin anak dalam kandunganku ini lahir tanpa adanya sosok ayah." Dia masih tetap dalam pendiriannya, meski sudah tahu semua keburukan suaminya. "Apa yang ingin kamu pertahankan dan perjuangkan dari pria seperti dia? Gak ada baik-baiknya sama sekali. Apa kamu mau selamanya seperti ini? Dibohongi, dihianati dan cuma makan hati. Kalau Ibu jadi kamu, pasti Ibu tak kerah gelem, Yul! Gebei apa mak apolong bik reng lakek gun modal genteng melolo engak Anton." Dina terlalu kesal, hingga bahasa khas Madura yang dimiliki keluar begitu saja yang artinya. "Pasti ibu gak mungkin mau, Yul! Buat apa bersama sama seorang pria yang cuma bermodalkan ganteng saja seperti Anton." "Aku masih cinta sama dia, Bu." Yuliani kembali meneteskan air mata. Seperti yang sudah Dina katakan kalau cinta yang dialami saat ini terlalu sakit dan melukai hatinya sendiri."Cinta itu membahagiakan, Yul. Kalau cuma bisa bikin derita
Baca selengkapnya
64. Mengorek Informasi
Sebuah surat yang ditulis oleh Yuliani, berisikan tentang permintaan maaf dan juga terima kasih kepada Mark juga Dina."Di mana dia sekarang, Ayah? Cari dia sekarang juga!" pinta Dina tidak ingin Yuliani pergi dari rumah, terlebih malam sudah semakin larut.Mark langsung mencari ke setiap sudut rumah, siapa tahu saja putrinya masih di sana. Mengingat wanita yang tengah hamil tidak membawa apa pun bahkan ponselnya ditinggalkan di kamarnya."Ayah sudah mencari ke setiap ruangan yang ada di rumah ini, tapi dia tidak ada, Bu. Kemungkinan dia sudah pergi," kata Mark setelah selesai berkeliling."Coba Ayah cari keluar rumah, siapa tahu saja masih ada di jalan dekat rumah kita," perintah Dina masih berharap Yuliani ditemukan.Dina diminta untuk menggunakan di rumah, sedangkan Mark mencari seorang diri hingga ke jalan raya. Dia menelusuri jalanan yang mungkin dilewati oleh putrinya."Ternyata dia sudah tidak ada. Ke mana perginya?" pikir Mark, lalu kembali menemui Dina yang masih ada di teras
Baca selengkapnya
65. Penipu Ulung
Jelas saja perkataan Dina membuat Mark naik pitam. Dia tidak pernah menyangka kalau Anton telah berbuat sejauh ini."Dari awal memang Ayah tidak pernah setuju Yuliani menikah dengannya, dan sekarang lihat! Dia sudah berbuat kelewatan seperti ini. Apa maksudnya mengaku seorang duda kepada anakku. Memang dia itu penipu ulung!" hardik Mark dengan wajah memerah."Sudah, Ayah. Jangan tersulut emosi begitu, lagi pula dia tidak ada di rumah ini." Dina berusaha menenangkan hati suaminya, cukup wanita itu pusing dengan keadaan Yuliani. Jangan sampai ditambah dengan hal lain lagi. "Maaf, Bu. Ayah cuma tidak terima putri kesayangan kita diperlakukan tidak baik seperti ini. Aku akan memberikan perhitungan andai nanti bisa bertemu dengannya." Mark tidak akan melepaskan Anton begitu saja. Dia pasti akan membuat suami putrinya menyesal telah berurusan dengannya."Iya, Ayah. Sekarang kita harus mencari Yuliani, Ibu khawatir dengan keadaannya. Terlebih saat ini dia sedang hamil." Dina tidak akan bisa
Baca selengkapnya
66. Mimpi Buruk
"Bagaimana, Ayah?" tanya Dina ketika melihat Mark kembali."Gak bisa, Bu. Kita kembali besok pagi saja, kemungkinan seluruh keluarganya juga sudah tidur. Jadi, kita tidak boleh masuk ke rumah Karin." Mark tidak punya pilihan lain, tidak mungkin pria itu memaksa untuk masuk hanya karena kepentingan pribadinya.Sang istri cuma bisa menurut permintaan suaminya. Mereka akhirnya pulang dan melanjutkan pencarian besok pagi. "Ibu sebaiknya istirahat agar tidak kecapean, bagaimanapun ... kita harus menjaga kesehatan kita." Mark menasihati Dina yang masih duduk di sofa dalam keadaan termenung."Iya, Ayah. Tapi Ibu memang tidak ngantuk dan belum tenang sebelum Yuliani ditemukan, mengingat dia pergi juga karena aku. Coba saja Ibu tidak berbicara sembarangan, mungkin dia akan tetap di rumah ini." Dina mengaku salah serta menyesal."Sudah, Bu. Gak ada yang perlu disesali, semua sudah terjadi. Anggap saja sebagai pelajaran untuk kita nanti, tapi sebagai orang tua. Ayah juga menyetujui keputusan ya
Baca selengkapnya
67. Hancur
Bukan Anton namanya kalau gak cari masalah, pria itu justru datang ke rumah orang tua Yuliani untuk mencari sang Istri yang berhasil kabur dari tahanannya."Mau apa lagi pria itu! Belum puas apa, sudah menyakiti hati anakku. Bahkan berhasil membuat hati Yuliani hancur!" pekik Mark terlihat kesal melihat kedatangan menantu tidak tahu diri itu. "Sudah, Ayah. Tenangkan diri dulu, jangan mengedepankan amarah. Malu juga dilihat oleh tetangga," kata Dina menahan Mark untuk menghampiri Anton dalam keadaan emosi. Dia pun membantu sang Suami agar bisa menenangkan diri dengan menarik napas panjang, lalu mengeluarkan secara perlahan. Setelah merasa tenang, Mark akhirnya berjalan ke arah Anton didampingi oleh istrinya."Mau apalagi kamu datang ke rumah ini?" tanya Mark ketus."Buka pintu pagarnya, Ayah. Aku ingin bertemu dengan Yuliani, Ayah. Dia pasti ada di dalam rumah ini 'kan?" tanya Anton tanpa tahu malu. Posisinya masih ada di luar pagar rumah karena Mark enggan membukakan pagar. "Yuliani
Baca selengkapnya
68. Memfitnah
Hadi langsung mengumumkan kepada semua orang yang ada di halaman rumah Mark bahwa Anton telah menuduh keluarga yang tidak bersalah."Lebih baik usir saja pria tidak tahu diri ini dari sini! Jangan sampai dia terus berbuat kegaduhan dan berbicara dusta! Di dalam Yuliani tidak ada, seharusnya sebagai suami pria ini lebih bertanggung jawab atas istrinya!" Hadi berbicara dengan tegas."Aku yakin, kamu pasti sekongkol dengan kedua mertuaku untuk menyembunyikan istriku!" Anton tidak mau mengalah, dia masih tetap menuduh kedua orang tua Yuliani."Udah! Gak usah dikasih ampun pria seperti ini! Dari pada bikin resah warga sekitar!" Salah satu ibu rumah tangga mulai geram dengan kelakuan Anton yang tidak memiliki attitude.Semua ikutan kesal karena Anton sudah berani berbuat durhaka kepada mertuanya. Bahkan berani memfitnah kedua pasangan suami istri yang tidak tahu apa-apa. Tetangga yang hadir mulai demo dan mengusir pria itu agar pergi dari rumah Mark. Anton jelas kesal, tapi tidak bisa berb
Baca selengkapnya
69. Mengancam
"Yuliani! Akhirnya kamu pulang, Nak. Ibu sudah menunggumu dari tadi!" cetus Dina dengan cepat membuka pintu pagar rumah."Bu! Kendalikan dirimu, itu bukan Yuliani anak kita!" kata Mark ketika melihat yang ada di hadapannya bukan Yuliani anaknya. Dari kejauhan, memang terlihat seperti Yuliani. Namun, saat wajahnya terlihat wanita itu bukan puteri Mark dan Dina yang saat ini sedang dicari. "Siapa kamu? Mau apa ke sini?" tanya Mark ketika melihat wajah wanita asing baginya."Perkenalkan, aku Berlian. Lebih tepatnya istri mas Anton. Kedatanganku ke sini cuma ingin memastikan bahwa Yuliani tidak akan pernah datang lagi ke rumah mas Anton dan merusak rumah tanggaku yang lagi harmonis. Kalau kalian tetap membiarkan Yuliani pulang ke rumah suamiku, kalian lihat saja! Aku bisa melakukan apa pun kepadanya!" ancam Berlian dengan wajah memerah. Istri siri Anton memang mengikuti suaminya pergi, hingga sampai di rumah madunya. Sebuah kesempatan bagi Berlian untuk mengancam keluarganya agar mereka
Baca selengkapnya
70. Fatamorgana
Seseorang itu pergi, sebab wanita tersebut tidak mau membuka mata. Sebenarnya dia sudah terbangun, cuma berusaha untuk berpura-pura tak sadarkan diri. "Aku ada di mana?" pikir Yuliani saat seseorang itu sudah menutup pintu kamar. Teringat seseorang yang ada di sampingnya tadi, dia pun bertekad untuk pergi."Aku tidak boleh lama-lama di rumahnya, aku harus pergi." Yuliani bangun untuk pergi, tapi kepalanya terasa pening. Wanita yang tengah hamil merintih kesakitan. Kakinya terasa sakit karena tadi malam sempat terkilir. Dia tidak berhati-hati saat berjalan. Dengan perlahan, Yuliani turun dari tempat tidur untuk mencari jalan keluar. "Jangan sampai dia tahu kalau aku pergi dari sini." Yuliani kembali ke tempat tidur dengan perlahan, lalu bantal guling ditutupi selimut agar dikira dirinya. Tiba-tiba saja perutnya berkonser ria, dia lupa kalau dari semalam belum makan. Sebelum pergi wanita itu pun mengindap keluar untuk memastikan bahwa keadaan sedang aman. Lalu mencari makanan di dapu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status