Penyesalan memang selalu datang diakhir. Saat semua sudah terjadi, Yuliani tengah hamil oleh pria yang mengaku duda dan kaya raya bernama Anton. Padahal, Berlian -- istri sirih pria itu selalu menunggu Anton di rumah. Tak hanya itu, Anton juga menolak bertanggung jawab! Dengan menyembunyikan kehamilan dari orang tua, Yuliani terus berusaha untuk mendapat pertanggungjawaban demi anaknya. Lantas, bagaimana kisah Yuliani? Akankah dia berhasil atau pada akhirnya dia harus melepas Anton yang tak sebaik dia kira?
View More"Katakan, Yuliani! Siapa orang yang sudah merenggut mahkotamu? Merenggut kesucian yang selama ini dijaga dengan baik-baik?" cecar Mark. Wajahnya memerah karena amarah yang tidak bisa diredam. Puteri yang selama ini dibanggakan sudah mengecewakannya.
Yuliani tidak berani menjawab, bahkan sekedar mengangkat kepala juga enggan. Dia takut pada Mark karena menyadari semua adalah salahnya."Ayo jawab, Yuliani? Kenapa kamu diam saja! Siapa yang sudah menodai kamu? Hah?" hardik Mark.Pria itu kehilangan kesabaran karena harus dipermalukan oleh puteri semata wayangnya. Mulai berteriak untuk menghilangkan pikiran yang mulai stres. Kemudian melempar vas bunga ke tembok. Yuliani kaget karena tidak pernah sang Ayah semarah itu padanya."Ayah, tenang. Kendalikan amarahnya," kata Dina lembut. Dari tadi sang Ibu hanya diam, tidak tahu harus berbicara apa. Wanita itu juga ikutan syok dengan apa yang menimpa keluarganya. Bagaimana tidak? Yuliani belum menikah, tapi sudah ditemukan test pack di dalam kamarnya yang menunjukkan hasil positif."Oke! Kalau kamu memang tidak mau memberitahu Ayah, bawa ke sini laki-laki itu!" seru Mark dengan wajah yang masih emosi.Mark membanting pintu kamar Yuliani serta berlalu pergi. Dina terkejut, lalu melihat ke arah sang Anak yang masih duduk di sisi tempat tidur.Dina mendekati Yuliani dan memeluknya dengan erat."Ceritakan pada Ibu, Yuliani? Siapa yang melakukannya?" tanya Dina mengangkat dagu sang Anak yang tengah menunduk.Yuliani hanya bisa menangis sesenggukan sembari memeluk tubuh Dina, dia tidak tahu harus menceritakan semua dari mana. Dia sadar, semua terjadi karena tidak bisa menjaga diri sendiri dengan baik."Ibu akan tetap menunggu sampai kamu siap menceritakan semuanya, lebih baik kamu sekarang istirahat." Dina melepaskan pelukan, lalu menghapus air mata Yuliani yang sudah membasahi pipi.Setelah dipastikan Yuliani lebih tenang, Dina sengaja meninggalkan sendiri di dalam kamar. Mendengar suara pintu ditutup, wanita yang hamil di luar nikah itu pun langsung mengambil handphone untuk menghubungi seseorang. Dia berkali-kali menekan tombol panggilan pada nomor yang sama, tapi tidak ada jawaban. Wanita cantik berpakaian piyama itu pun mengirimkan pesan ke nomor tersebut."Harusnya aku tidak teledor, menaruh benda itu di atas meja rias." Yuliani menggerutu seorang diri.Andai saja dia tidak ke kamar mandi waktu Mark masuk ke kamarnya, mungkin benda tes kehamilan itu bisa disembunyikan. Namun, semua sudah terjadi. Yuliani tidak bisa menutupi lagi tentang kehamilan yang sudah seminggu ini ditutupi dari keluarganya. Sekarang, wanita itu cuma bisa meratapi semuanya sendiri.Sedangkan di ruang keluarga, Mark terlihat tengah menonton televisi. Raganya memang berada di sana, tapi pikirannya melayang entah kemana. Dina menghampiri sang Suami dengan segelas kopi di nampan yang saat ini ada dalam genggamannya."Diminum dulu, Ayah." Dina menaruh secangkir kopi tersebut di atas meja, tepat di depan Mark."Apakah Ibu sudah tahu ini dari awal?" tanya Mark tanpa basa-basi.Dina terdiam sejenak, lalu berkata, "Ibu baru tahu saat Ayah memarahi Yuliani di kamarnya."Mark menghela napas panjang, lalu menghembuskan secara perlahan."Sudah kuduga, bagaimana mungkin Ibu tidak tahu? Sebagai seorang wanita, harusnya kamu tahu kalau dia sedang hamil. Paling tidak bisa dilihat dari perubahan sehari-hari," ujar Mark menahan amarah yang belum redam."Maafkan Ibu, Ayah. Akhir-akhir ini sibuk kerja, jadi tidak begitu memperhatikan Yuliani," dusta Dina agar Mark tidak semakin marah pada Yuliani.Sudah lima hari ini Dina bertanya pada sang Anak, tapi Yuliani selalu menutupi. Ketika mual, wanita itu hanya mengatakan kalau sekedar masuk angin saja. Dina curiga, tapi berusaha menepis pikiran buruk tentang putri kesayangannya."Sebagai suami, aku kecewa padamu. Ngurus anak satu saja gak becus," kata Mark melirik tajam. Selama menikah, baru kali ini Mark berkata hal yang menyakitkan hati bagi Dina."Seharusnya Ayah tidak hanya menyalahkan aku saja. Kita sebagai kedua orang tua, wajib mengurus anak kita bersama-sama. Jangan hanya Ibu saja yang mengurusnya," keluh Dina. Ingin rasanya semua keluhan yang ada dalam hati ditumpahkan saat ini juga."Dimana-mana anak itu tergantung Ibunya, tugasku hanya mencari nafkah!" elak Mark tidak mau kalah."Bukan begitu konsepnya, Ayah. Ibu bekerja juga karena Ayah gak pernah mau jujur tentang penghasilan Ayah. Sedangkan kebutuhan dapur selalu saja kurang, makanya aku bantu mencari nafkah untuk keluarga ini. Jangan egois seperti ini!" pekik Dina dengan nada suara sedikit tinggi.Mark mengembuskan napas secara kasar, lalu menyeduh kopi yang sudah disediakan sang Istri. Pikirannya benar-benar kacau sekarang, tidak tahu harus berbuat apa pada anak semata wayangnya itu."Aku tak pernah memintamu untuk bekerja, jelas semua kesalahan ada padamu. Kamu itu ibunya! Kamu yang punya kewajiban lebih besar menjaganya dari pada aku. Apakah Ibu tahu siapa yang melakukan semua ini pada kita?" tanya Mark dengan emosi yang masih sama.Dina menggelengkan kepala, sebab Yuliani juga enggan untuk bercerita siapa yang sudah menodainya.Mark semakin marah dengan jawaban yang diterima, lalu pria itu berdiri hendak berjalan ke kamar Yuliani."Ayah mau ke mana?" tanya Dina merasakan firasat yang tidak enak."Aku akan menanyakan sendiri pada Yuliani, siapa pria yang berani menodainya!" sahut Mark. Terlihat sekali dari raut wajahnya kalau emosi kembali dan tidak bisa ditahan lagi."Biarkan Ibu yang menanyakan padanya, Ayah." Dina berusaha untuk mencegah Mark pergi ke kamar Yuliani."Aku tadi sudah memberikan kesempatan padamu, tapi kamu tidak juga mengetahui pria itu! Mungkin, jika aku yang bertanya, dia akan memberitahu," kata Mark melangkahkan kaki. Tidak peduli dengan Dina yang berdiri di hadapannya."Yuliani sudah tidur, Ayah. Percuma juga Ayah ke kamarnya," kata Dina. Mungkin saja Mark tidak meneruskan langkah kaki. Akan tetapi, justru sang Suami semakin mempercepat jalannya.Dina spontan menyusul Mark, tidak ingin sesuatu terjadi pada Yuliani. Kalau dilihat dari sorot mata pria itu, emosinya saat ini lebih menakutkan."Biarkan saja Yuliani istirahat, Ayah. Jangan ganggu dulu, nanti kita bicarakan lagi kalau pikirannya tenang," kata Dina menarik tangan Mark."Kali ini jangan halangi aku lagi, Bu. Sudah cukup, aku tidak ingin nama baik keluarga ini tercoreng hanya gara-gara dia. Aku tidak ingin orang lain tahu kalau dia hamil, sementara dia belum menikah. Aku harus tahu pria itu sekarang juga, mereka harus menikah sebelum perutnya semakin membesar!" hardik Mark dengan sorot mata memerah."Tenangkan dulu hatimu, Ayah. Biarkan Ibu yang tanya padanya. Ibu berjanji akan beritahu Ayah siapa orangnya." Dina bersikeras untuk menahan Mark agar tidak bertemu Yuliani.Pria yang kini memakai kemeja warna hitam itu tidak bisa mengendalikan amarahnya. Dia melampiaskan pada Dina."Terserah Ibu saja, urus saja anak kesayanganmu itu!" hardik Mark setelah berhasil melayangkan tangan ke pipi sebelah kanan Dina.Semakin hari Kevan serta Anton semakin dekat saja, bahkan pria itu menggunakan putranya sebagai alat agar bisa menerima pria itu lagi. Namun, orang tua Yuliani sudah tidak menyetujui. Mereka tidak yakin kalau pria tampan akan benar-benar berubah. Pun Yuliani juga merasa bahwa mantan suaminya tidak akan pernah berubah. Jadi, dia dilema dengan semua yang terjadi dalam hidupnya."Ayah menyarankan kamu untuk menikah dengan Reza agar tidak dikejar terus oleh Anton. Lagi pula, sampai detik ini Reza masih mencintaimu dan berharap kamu membalas cintanya, Yul." Mark memberikan nasihat."Dari mana Ayah tahu semuanya? Padahal sudah lama dia tidak pernah ke sini lagi sejak aku memintanya untuk tidak menganggu kehidupanku lagi." Yuliani heran pada Mark yang masih tetap pada pendiriannya. "Sebenarnya, dari awal Ayah bekerja dengannya, Yul. Maaf, karena sampai detik ini Ayah tidak pernah mengatakan pada kalian," aku Mark menundukkan kepala merasa bersalah.Dina terkejut mendengar pengakuan suaminya,
Anton kembali datang ke rumah Yuliani, hingga membuat Reza salah paham. Pria itu pamit pergi setelah meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengganggu wanita itu lagi."Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Yuliani ketus. Wanita itu sampai gak menghiraukan Reza yang sudah pergi dan menghilang dari hadapannya."Aku mau minta maaf, Yul. Aku juga ingin melihat anakku," sahut Anton dengan netra berkaca-kaca."Aku sudah memaafkanmu," ucap Yuliani tanpa rasa iba. Dia tidak akan membiarkan Anton bertemu dengan Kevan. "Aku ingin bertemu Kevan," ucap Anton lirih."Dia sudah tidur, lebih baik kamu pergi sekarang juga!" usir Yuliani pelan. Dia tidak ingin ada keributan, jadi berbicara begitu pelan."Aku memang salah, tapi apa aku gak berhak melihat anakku?" tanya Anton mengharapkan iba."Ini sudah malam, dia sudah tidur. Lebih baik kamu pergi, jangan sampai istirahatnya berkurang karena hadirmu." Yuliani berusaha untuk memberikan pengertian."Besok pagi aku akan kembali ke rumah ini untuk bertemu Ke
Obrolan Reza hanya sebatas itu saja, sebab pria itu juga belum siap untuk ditolak lagi oleh wanita yang dicintainya. "Aku pamit pulang dulu, ya." Reza pamit karena tidak nyaman terlalu lama berada di samping Yuliani."Kenapa buru-buru?" tanya Yuliani basa-basi."Iya, soalnya sudah malam." Reza tidak memiliki alasan. Sebenarnya dia masih betah dan ingin berlama-lama, tapi pria itu tahu diri juga.Yuliani meninggalkan Reza sendiri untuk memanggil kedua orang tuanya. "Kenapa gak menginap saja di sini?" tanya Mark, tapi lengannya justru disenggol oleh Dina."Mungkin lain kali, Om." Reza malah menanggapi. Wanita yang sedang menggendong Kevan itu pun merasa tidak enak hati. Dia terlihat malu karena kelakuan ayahnya.Mark mengantarkan Reza hingga ke depan rumah, mereka berdua juga tidak lupa untuk mengobrol perihal perasaan. "Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah kamu berusaha mencoba sekali lagi?" tanya Mark penasaran akan obrolan putrinya dengan Reza."Aku belum memiliki nyali, Om. Sebel
Seluruh keluarga disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Mark bekerja di bengkel milik teman Reza, sedangkan Yuliani masih setia berpartner dengan ibunya. Kevan yang masih kecil juga bisa diajak bekerja sama. Bisnis mereka saat ini adalah dekorasi pelaminan, mereka mendapatkan modal dari meminjam ke bank. Mereka nekat melakukan semua demi sebuah kesuksesan yang mereka yakini akan datang. Awalnya Dina ragu, tapi semua sirna saat Yuliani meyakinkannya. "Jatuh bangun dalam usaha itu pasti, Bu. Tapi kita harus bangkit, bukan menyerah dan meratapi sebuah keadaan. Yuliani sudah banyak belajar dari kejadian di masa lalu, Bu. Bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha." Yuliani menasihati panjang lebar. Dia berpikir, mungkin saja ibunya sedang kehilangan pegangan. Maka sudah menjadi tugasnya untuk mengingatkan. *** Tiga tahun segera berlalu, usaha mereka terbilang cukup sukses karena hutang pada bank berhasil dilunasi. Dekorasi yang mereka miliki juga banyak yan
Hari mulai sore, tapi Mark belum juga mendapatkan pekerjaan. "Aku harus tetap berusaha agar bisa mendapatkan pekerjaan." Mark bergumam. Dia sudah berkeliling, bahkan ke beberapa bengkel untuk menawarkan diri agar bisa bekerja. Namun, tdiak ada satu pun yang mau menerima. Hingga pria itu bertemu dengan Reza yang sedang membeli buah di pinggir jalan."Om!" panggil Reza ketika melihat Mark."Reza!" Mark membalas sapaan."Om mau ke mana? Biar aku antar," tanya Reza menawari."Om lagi cari pekerjaan, Reza. Namun, sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan juga. Sulit sekali mencari pekerjaan sekarang ini," sahut Mark lirih. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau pria itu terlihat kelelahan. "Usaha kuenya bagaimana, Om? Bukannya lagi berkembang pesat ya?" cecar Reza. Pria itu memang akhir-akhir ini tidak terlalu mengetahui detail apa yang terjadi pada keluarga wanita yang masih dicintainya."Sudah gak ada yang percaya untuk memesan kue keluarga kami, Reza." Mark menghela nafas panjan
Setelah perceraian itu, Yuliani kini fokus menjalani hari-harinya untuk Kevan. Dia juga membantu usaha Dina untuk membuat kue, satu-satunya cara untuk mereka bertahan hidup dan bisa membeli makan. Akan tetapi, ada saja ujian dan cobaan yang harus mereka hadapi ketika mereka mau menuju sukses. Pria tampan yang diceraikan tujuh bulan yang lalu tidak terima, jadi hadir untuk membalaskan dendam."Apa yang kamu inginkan, Anton? Kenapa kamu masih tetap menganggu hidupku? Semua urusan kita sudah selesai, lantas kenapa kamu harus datang lagi dan merusak semuanya?" cecar Yuliani menghampiri Anton yang masih tetap tinggal di rumah yang lama."Aku masih sakit hati padamu, Sayang. Tidakkah kamu mengerti? Aku juga tidak ingin melihatmu dan seluruh keluargamu bahagia serta sukses. Makanya aku fitnah kalian agar pelanggan kue yang kalian jual kabur semua!" papar Anton tanpa merasa bersalah. Pria itu sudah tidak memiliki hati, sebab hatinya sudah diselimuti oleh perasaan benci."Aku tidak menyangka k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments