All Chapters of Terjerat Permainan Cinta Sang CEO Dingin: Chapter 1 - Chapter 5
5 Chapters
Menjual Harga Diri
“Rebahkan tubuhmu,” ucap Hans memberi perintah kepadaku.“Aku mohon jangan lakukan itu,” pintaku.“Cepat tidak perlu negosiasi. Ingat keluargamu punya hutang, dan kamu harus melunasinya,” tutur Hans.Hans melepaskan pakaiannya satu persatu, aku mengingat dengan jelas bagaimana keluargaku menjual diriku sebagai pelunasan hutang kepada Hans, aku memang mencintainya, tetapi menikahi seseorang yang sudah memiliki seorang istri. Statusku sebagai seorang istri hanya menjadi alat melahirkan anak untuk meneruskan tahta keluarga Hans.“Tunggu apa lagi?” tanya Hans dengan penuh emosi.Aku tidak melakukan apa yang ia perintahkan, tanpa berpikir panjang, Hans menarik tubuhku dan meleparkan ke tempat tidur. Aku tidak pernah menyangka Hans berubah kepadaku. Tidak pernah aku temui dirinya yang arogan seperti saat ini, dulu.“Tolong jangan lakukan itu kepadaku,” pintaku.Aku memberikan tubuhku kepada laki-laki yang sangat aku cintai. Dengan keterpaksaan dan rasa ingin segera mengakhiri malam ini.
Read more
Perhatian Kepada Sang Mantan
“Silahkan masuk Tuan,” ucap asisten rumah tangga mempersilahkan Hans untuk masuk ke dalam. “Bi, saya takut,” ucapku kepada salah satu asisten rumah tangga, sebut saja namanya Bi Uti.“Sabar ya nyonya, tapi kalau nyonya tidak keluar, Tuan pasti akan lebih marah lagi,” ucap Bi Uti.“Panggilkan Kiara, cepat!” ucap Hans kepada seorang penjaga. Penjaga itu menghampiri diriku di dapur, ia melihat aku yang sedang ketakutan. Seisi villa itu mengerti apa yang aku rasakan, mereka tahu alasan kenapa aku ada di villa itu. Mereka sangat bersimpati kepada diriku, tapi di sisi lain, mereka hanya menjalankan tugasnya saja.“Nyonya, Tuan sudah memanggil,” ucap penjaga itu. Dengan keterpaksaan aku melangkahkan kakiku. Dengan langkah penuh keraguan dan ketakutan aku mendekatinya. Hans menjadi seperti monster di hadapanku saat itu. Dulu, dia adalah tempatku menceritakan segalanya, siapa sangka bahwa saat ini dia adalah orang yang sangat aku takuti.“Apa lagi yang akan ia lakukan
Read more
Masih Mencintai
“Usap air matamu,” ucapnya.“Anda siapa ya?” tanyaku.“Lex,” jawabnya singkat.Tidak lama dari ia memberitahu namanya, ia langsung pergi kembali ke villanya. Sepertinya ia sedang menerima telepon dari seseorang. Aku tidak tahu ada apa, tetapi aku merasa dia baik dan sangat berwibawa.“Terima kasih, Tuan,” teriakku.Ia menolehkan kepalanya kepadaku dan tersenyum seraya melangkahkan kakinya meninggalkan pekarangan villaku. Aku bisa merasakan ketulusannya. Tidak lama dari itu aku kembali ke dalam dan tidak sengaja melihat Bi Uti sedang membuat masakan di dapur. Aku terkejut pada sebuah capsul pengantar tidur di dekatnya.“Bi? Ini?” tanyaku seraya mengangkat dan menunjukkan capsul itu.Dengan wajah panic, Bi Uti menjawab, “Maaf nyonya, maaf. Saya sengaja mencampurkan capsul itu ke minuman Tuan, sekali lagi saya minta maaf nyonya,”Aku yakin Bi Uti tidak akan melakukan hal seperti ini tanpa adanya alasan, benar saja. Ketika aku bertanya mengapa ia mencampurkan capsul itu, ia hanya tidka
Read more
Tipu Muslihat Sang CEO
Ternyata saat itu, Hans datang lagi ke villa dalam keadaan mabok. Wajar saja, jika Bi Uti memanggilku dengan suara ketakutan. Aku yang terkejut melihat kondisi Hans, langsung membawanya ke kamar. Aku dan Bi Uti membantunya mengganti pakaian. Tercium sangat menyengat sekali alcohol dari mulutnya.Hans mencengkram pergelangan tanganku dengan kuat. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan dirinya sampai meminum alcohol terlalu banyak. Setahuku, dia bukan pemabok dulu, mungkin pergaulannya sudah merubah kebiasaannya.“Sebentar, aku bantu melepaskan sepatumu dulu,” ucapku kepada Hans yang setengah tidak sadarkan diri.Dia membual beberapa kalimat yang tidak aku mengerti apa yang sedang ia ucapkan. mendnegar bualannya itu, aku dan Bi Uti terus membantunya untuk berganti pakaian. Melepaskan sepatu dan kaos kakinya, kemudian membantunya untuk mengganti kemeja dan jasnya dengan kaus biasa.“Bi, minta tolong ambilkan air putih hangat saja?” pintaku.Bi Uti langsung mengambil air putih hangat
Read more
Pendarahan
Aku berusaha untuk tidak memikirkan hal itu.Hans membawaku ke sebuat hotel megah di sekitar usat kota yang ramai. Ada banyak gedung-gedung pencakar langit yang tinggi, kendaraan berlalulalang dengan sangat leluasa. Aku hanya menatapanya dari ketinggian kamar hotel. Di kamar hotel itu, hanya ada aku dan Hans. Dia menjadi lebih pendiam dan tenang.“Baik, saya akan segera ke tempat tujuan,” ucap Hans pada seseorang dalam panggilan.Aku hanya menjadi pendengar, tidak bertanya apapaun tentang kegiatan yang akaan kami lakukan di kota ini. Jika sebelum berangkat ia mengatakan ingin menghabiskan waktu berdua bersama denganku, mungkin itu hanya tipu muslihatnya saja, ia sebenarnya hanya berniat agar aku dapat menemaninya melakukan perjalanan ini.Aku merapikan semua barang-barang bawaan kami ke dalam lemari yang telah disediakan, seraya membayangkan seandainya saja di kamar hotel ini aku dan Hans adalah seorang suami sitri yang sah, aku sangat bahagia sekali bisa menghabiskan waktu be
Read more
DMCA.com Protection Status