All Chapters of Nabrak Jodoh: Chapter 21 - Chapter 30
114 Chapters
21. Sebuah Kepercayaan
“Woy ngelamun aja. Emang kamu ngelamunin apa? Ngayal jadi orang kaya?” tegur Topan, tetangga sekaligus teman sejak kecilnya.Ridwan langsung menoleh dan memasang senyum dengan terpaksa. Tanpa basa basi, Topan yang melihat bungkus rokok terbuka pun langsung mengambil satu batang dan menyulutnya, “Join bro! Ngapain ngelamun malem-malem?” tegur Topan tiba-tiba.“Nggak ada apa-apa. Kamu sendiri ngapain? Besok masuk sore?” tanya Ridwan.“Hmm besok off, nih juga lagi cari angin bosen di rumah, emak ngomel mulu!”Ridwan hanya membalas dengan senyum yang tereksan dipaksakan. Kemudian pemuda ini pun menyisir rambut dengan tangan dan kembali menghisap rokoknya.“Eh gimana sama si cewek temen kerjamu itu?” tanya Topan membuka pembicaraan.Ridwan mengibaskan tangannya dan mengatakan, “Lupain aja. Dia ternyata sama dengan Vina, bahkan mungkin lebih parah. Heran, gimana aku bisa tertarik dengan perempuan panggilan seperti dia!”“Hah perempuan panggilan? Kamu jangan nagco!” balas Topan.Ridwan mengg
Read more
22. Keputusan Ibu
Sudah cukup lama Kinan berada di rumah ini dan menemani Ibu. Bayi yang dulu dibawa masih dalam keadaan merah dan kurang gizi sudah mulai berisi. Bahkan Kinan sudah bisa menyangga lehernya sendiri.Setiap pagi Kinanlah yang selalu menemani ibu berjemur. Walau dalam gendongan seorang ART, Ibulah yang memperkenalkan Kinan akan dunia luar. Ibu memberitahunya mana kupu-kupu, mana bunga dan lainnya.Sekarang ibu kandung anak itu sudah muncul dan bertemu dengan Radit, apa artinya anak itu akan dibawa pergi. Sejak ada Kinan ibu tak lagi kesepian, ia seperti kembali pada masa mudanya dulu. Walaupun repot, tapi ada kesenangan tersendiri baginya. Bu Wuri merasa dirinya begitu bersemangat.“Syukurlah kalau ibunya sekarang sehat-sehat dan sudah mulai bekerja,” ucap Bu Wuri kemudian terdiam lagi dan kembali raut wajahnya tampak tidak bahagia seperti sedia kala. Mata wanita ini tampak berkaca-kaca dan perlahan mencoba untuk mendongak perlahan. “Apa artinya Kinan akan dibawa pergi?”Radit tahu kalau
Read more
23. Kegundahan Mila
Hari sudah sangat gelap, dan kos Mila mulai terlihat sepi. Hanya terdengar beberapa langkah kaki dari penghuni yang baru pulang kerja shift kedua. Sementara Mila masih saja terjaga, di kepalanya masih banyak hal yang ia pikirkan. Esok ia harus tiba di SPBU jam enam pagi seperti biasa. Seharusnya saat ini ia sudah terlelap di alam mimpi, bukan termenung seperti sekarang. Sudah tiga hari seperti ini, tidur larut, setelah merenung sambil duduk bersandar dan melipat kaki. Semuanya terasa kosong baginya sekarang. Berulang kali Mila meratapi nasibnya dan menyesal dengan apa yang dialami sekarang. Namun apa itu berguna untuknya? Nasi sudah menjadi bubur. Saat bekerja pun ia seringkali melamun. Seolah banyak hal yang ada dalam pikirannya. Tak banyak bersenda gurau dengan rekan kerja saat istirahat tiba, seolah kehadirannya memang untuk dilupakan. Tak henti ia mengingat pertemuannya dengan Raditya. Terutama tentang tawaran menggiurkan untuknya. Ada perasaan iba saat mendengar penuturan Pak
Read more
24. Sebuah Hadiah
Seorang wanita muda datang sambil membawa sekantong tas belanja dari sebuah departemen store dan menyerahkannya pada Radit. “Pak, ini pesanan yang Bapak minta,” ucap Novia sambil meletakkan tas di atas meja kerja Radit. Sejak Radit mendapatkan panggilan dari rumah sakit, ia memang seringkali berinteraksi dengan Novia untuk mengurus bayi itu. Novia juga yang banyak membantunya untuk membelikan perlengkapan dan susu bayi. Wanita itu kemudian mengeluarkan dompetnya dan mengambil kertas putih yang membungkus lembaran uang rupiah dan menyerahkannya pada Radit, “Pak ini sisa uang dan nota belanjanya. Bapak bisa cek jumlah dan harga barangnya, tag masih terpasang kok!” “Nggak usah Nov, saya percaya sama kamu. Ini kembaliannya buat kamu aja, hitung-hitung gantiin bensin suamimu!” balas Radit sambil menyodorkan uang 128.000 yang terbungkus nota belanja. “Pak, nggak usah repot, saya iklas untuk bantu bapak. Saya maklum kalau Bapak tidak tahu selera ibu-ibu muda, suami saya juga ngerti
Read more
25. Emosi Mulai Memuncak
Radit kembali melirik jam di pergelangan tangannya. Hidangan yang dibawa olehnya telah disusun kembali ke dalam tas platik. Mila berencana untuk membaginya dengan ibu kos dan para penghuni yang sejak tadi mengintip dari depan kamar mereka. “Mil, ini sudah malam. Saya pulang dulu ya, nggak enak sama ibu kos kamu!” pamit Radit padahal sekarang masih jam sembilan malam lebih sedikit. Mila mengangkat wajahnya perlahan dan sedikit terkejut. Sepertinya ia terlalu senang dengan apa yang diterimanya kali ini.Apa yang diterimanya hari ini sedikit banyak memberinya kebahagiaan lebih. “Iya Pak, makasih ya sudah membawakan ini semua untuk saya. Tapi ini bukan berarti sogokan agar saya mau menerima tawaran Bapak kan?” tanya Mila kembali ketus seperti biasa. Dalam hati Mila berkata kalau ia harus bisa membentengi dirinya sendiri. Apapun yang terjadi, sebaik apapun seorang lelaki, ia tidak boleh dengan mudahnya terhanyut. Tidak ada kesempatan untuk membuat kesalahan yang sama. Radit tertawa mel
Read more
26. Jangan Dekat-Dekat dia!
Tersadar Ridwan pun mengejar Mila kembali ke rumah kosnya. Tepat di saat ia tiba, Mila sudah mulai menutup pintu pagar. Ridwan pun menocba untuk menahan, “Mil, tunggu dulu, kita harus bicara!” Mila pun melengos dan berkata dengan ketus, “Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi, sekarang udah malam!” Namun Ridwan tampak berusaha untuk mendorong pintu pagar Mila. Dengan sekuat tenaga tangan Mila pun balas mendorong agar Ridwan pergi dan membatalkan niat untuk datang ke tempatnya. “Apa kamu nggak punya aturan? Jam segini waktunya istirahat!” Saat ini Ridwan melepaskan tangan dan berkacak pinggang, “Oh, kalau aku yang bertamu kamu bilang udah malam. Sedangkan kalau dia yang bertamu kamu terima? Mentang-mentang dia orang kaya dan memiliki mobil bagus, maka kamu dengan semena-mena membedakan antara aku dan dia?” “Kamu salah Ridwan. Ini sudah malam, lagipula Pak Radit sudah pulang dari tadi, dan kamu jam segini masih saja berada di depan pagar. Bukankah ini semakin malam?” balas Mila. “Ka
Read more
27. Dilema
Mila menghembuskan napas panjang, kemudian mengangkat wajahnya dan menatap Ridwan. Ia tidak mau mendengar apapun lagi dari laki-laki itu. Meskipun sebenarnya ia menebak kalau Ridwan memiliki perasaan terhadapnya, tapi itu tak ada gunanya. “Lebih baik kamu pulang dulu! Aku nggak enak sama yang lainnya!” “Mil,” panggil Ridwan. “Pulanglah Rid!”pinta Mila sekali lagi. Tanpa menunggu persetujuan Ridwan Mila langsung menutup pintu pagar dan berbalik meninggalkannya pergi. Mila masih bisa mendengar bagaimana Ridwan meneriaki namanya untuk meminta maaf. Namun sekali lagi, Mila tidak mau menoleh sedikitpun ke arah Ridwan. Ia malah berpura-pura untuk tidak mendengarkan apapun. Mila pun langsung menuju kamar tidurnya dan meletakkan hadiah yang diberikan oleh Radit. Setelah itu, ia pun menuju dapur dan segera mengurus makanan dari Radit. Mila pun membagi makanan yang diberikan Radit kepada ibu kos dan juga teman-teman sesama penghuni kos. Walaupun dia tidak akrab dengan mereka, tapi tak
Read more
28. Sebuah Pernyataan
“Mila … Mila tunggu dulu!” seru Ridwan begitu melihat Mila sudah mengenakan jaket hoodienya dan bersiap meninggalkan area SPBU.“Mil, kamu mau kemana? Ayo ikut!” ajaknya setengah memaksa begitu mendapati Mila. Kali ini ia bahkan lebih berani dan meraih tangan Mila, tak peduli kalau mereka saat ini masih berada di tempat umum.Mila ternganga melihat apa yang dilakukan oleh Ridwan. Berani sekali dia meraih tangannya diam-diam. Sedetik kemudian Mila tersenyum dan melepaskan tangannya secara perlahan, “Ini masih di tempat kerja,” tolaknya secara halus.“Oh, iya Mil, aku sampai lupa dengan hal ini,” jawab Ridwan malu-malu.Mila hanya menanggapi dengan senyum kemudian berpamitan untuk pulang ke kos karena ia harus mengerjakan sesuatu. Namun baru selangkah ia sudah ditahan oleh Ridwan, Mil tunggu dulu. Aku mau bicara.”“Kamua mau ngomong apa?”“Kita nggak bisa omongin di sini!”Mia mengerutkan alis, “Kenapa?”“Ini soal semalam. Maksudku kita harus membicarakan masalah kemarin. Mmm kemarin ad
Read more
29. Kinan Demam
Kali ini Ridwan langsung merebahkan dirinya di atas kasur tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu. Ia mengingat-ingat kembali pertemuan dan upayanya untuk mendekati Mila. “Huft! Kenapa aku nggak dengarkan kata hati dari kemarin,” gumamnya sendirian sambil menatap langit-langit kamar tidurnya yang warnanya mulai menguning. Saat ini ia sangat menyesal telah menyukai Mila dan mempertahankan dirinya. Menganggap perempuan itu adalah sosok yang berbeda. Harusnya ia tahu kalau perempuan seperti Mila bukan gadis yang akan memilihnya sebagai pendamping hidup. Dia dikaruniai wajah yang cantik, dengan kulit yang putih bersih seperti batu pualam. Rambutnya panjang sebahu dan hitam legam. Ditambah lagi tubuhnya yang ramping dan memiliki lekuk tubuh sempurna. Dari segi usia juga terlihat masih sangat muda, mungkin lebih muda darinya yang masih 23 tahun. Saat melihatnya tak akan ada yang percaya kalau dia adalah seorang ibu dari satu anak perempuan. Fisiknya sama sekali tidak menunjukkan dia
Read more
30. Suami yang Bodoh
Radit mengemudikan mobil SUV nya menuju rumah kos Mila dengan penuh kepanikan. Sejak bertemu dengan ibu kandung Kinan ia selalu merasa dirinya harus berbagi tentang keadaan anak itu pada Mila. Meskipun Mila sengaja untuk memberikan anak itu kepadanya untuk diasuh. Namun sebagai seorang ibu, dia sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa sayangnya sebagai seorang ibu. Wajah Radit terlihat ditekuk sambil menggenggam kemudi. Berulang kali ia harus menghembuskan napas panjang untuk bisa bersabar. “Lagi panik, tapi jalanan tidak bisa diajak kompromi,” keluhnya sambil memperhatikan jalan. Saat ini Radit tampak tidak sabar untuk tiba di kos ibunya Kinan. Sayangnya situasi jalanan yang harus dilewati tidak sesuai dengan harapannya. Jalan menuju ke tempat Mila sedang ada perbaikan tiba-tiba sehingga ruas jalan pun menyempit. “Huft!” keluh Radit kemudian menyisir rambutnya ke belakang, hingga akhirnya ia pun terpaksa berbelok ke kiri untuk mencari jalur alternatif agar cepat sampai pada tuj
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status