All Chapters of Kembali bersama Putri yang Kau Buang: Chapter 41 - Chapter 50
193 Chapters
BAB 41: Penyerangan
“Siapa kalian, kenapa masuk rumah ini seenaknya?” tanya Morgan pada ketiga pria asing yang berdiri di hadapannya. “Bung, dimanapun kami berada, itu bukan urusanmu,” jawab Scott memperingatkan dengan senyuman sombongnya. “Dimana pemilik rumah ini?” tanya William tanpa basa-basi. “Ada urusan apa? Jika ada urusan, kalian bisa mengatakannya kepadaku,” jawab Morgan terlampau tenang. Myles berdecih kesal, pria itu saling melempar pandang dengan William untuk memutuskan apa yang harus mereka lakukan sekarang karena orang yang mereka cari tidak ada di tempat. William segera menarik keluar kapaknya untuk memperingatkan Morgan agar tidak banyak bicara, begitu pula dengan Scott yang mengeluarkan pisaunya. William mendekati Morgan, dengan berani dia menunjuk dada Morgan dengan ujung kapak di tangannya, kilatan tajam di matanya menyiratka sebuah tanda bahaya jika Morgan berani macam-macam. “Sekarang kau beritahu saja, di mana wanita pemilik rumah ini, bekerjasamalah dengan baik atau kau aka
Read more
BAB 42: Perjuangan Olivia
Jam di dinding sudah menunjukan pukul tiga dinihari. Wony menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, melepas lelahnya setelah menemui teman William dan kembali melakukan transaksi. Malam ini Wony bisa tidur dengan tenang karena dia sudah mengirim lebih banyak orang untuk menghabisi Olivia dan anaknya. Sudut bibir Wony terangkat, wanita itu menyeringai puas menantikan besok pagi yang mungkin akan membuat dirinya sibuk karena Petri meninggal. Terbayang dalam pikiran Wony setelah Petri tiada, mungkin Darrel akan terjebak dalam kesedihan, dan pada saat itu Wony akan memanfaatkan kesedihan Darrel agar bisa mendapatkan perhatiannya. “Aku akan menyiapkan pemakaman terbaik untuk anak jalang itu,” bisik Wony dengan tawa senangnya. “ Senyuman Wony kian lebar, mengingat jika selesai sudah masalahnya malam ini, Wony tinggal tertidur dengan pulas dengan penuh ketenangan. Perlahan Wony menarik selimut dan memejamkan matanya, wanita itu tertidur pulas. *** Hujan yang turun membuat langkah tertatih Oli
Read more
BAB 43: Membunuh Wony
Belum sempat Olivia kembali berdiri, bayangan pergerakan orang datang kembali membuat Olivia waspada dan bergeser mundur agar orang yang datang tidak menyadari keberadaannya. Tenaga Olivia sudah sangat terkuras habis, dia tidak boleh gegabah dan harus melakukan tindakan yang lebih tepat jika ingin melumpuhkannya. Dibawah kegelapan malam yang dingin, Olivia terus memperhatikan pergerakan orang asing yang datang menyusul. Pupil mata Olivia melebar begitu dia tersadar akan sesuatu hanya dengan melihat siluet wajah orang asing yang datang itu. Rambutnya yang berwarna perak, dan bayangan wajahnya yang terlihat dari sisi langsung bisa dikenali Olivia jika orang asing yang menyusul datang itu bukanlah lawannya. Olivia mundur secara perlahan begitu pria asing itu pergi menuju kamar Wony, bukan ke kamar Petri. Pergerakan pria misterius itu terlihat seperti angin, dia bergerak cepat dan tenang, dia membuka jendela kamar Wony dengan bantuan pisau. Begitu jendela kamar Wony terbuka, dia mele
Read more
BAB 44: Tawaran yang Memberatkan
Dua buah mobil jeep bergerak cepat pergi ke sebuah kediaman seseorang dengan pengawalan yang ketat. Olivia dibawa pergi untuk menemui seseorang yang sudah cukup lama tidak dia temui lagi sejak setengah tahun yang lalu. Begitu turun dari mobil, Meysan tetap mengawal diikuti oleh beberapa orang lainnya yang berjalan di belakang. Olivia berjalan tertatih-tatih dengan kruk menahan sakit dari kakinya yang kini sudah tidak mengenakan kaki palsu lagi, wajah wanita itu terlihat pucat pasi karena kedinginan dan lelah yang berlebihan setelah sepanjang waktu tidak beristirahat. Meysan membawa Olivia ke dalam sebuah ruangan tamu yang nyaman dan hangat, di sana Olivia akhirnya kembali berhadapan dengan Oxfo, peminpin kelompok pasukan khusus swasta yang selama ini mempekerjakan Olivia. “Lama tidak bertemu, Alice,” sapa Oxfo memanggil nama asli Olivia yang sebenarnya. Olivia tidak menjawab wanita itu mendekat tertatih-tatih dengan tongkatnya dan memilih duduk di sebrang, memperhatikan Oxfo yang
Read more
BAB 45: Pengorbanan Olivia
Oxfo mengedikan bahunya. “Jika kau menolak, sampai kapanpun, kau akan berada dalam buruan dan aku akan tetap memisahkanmu dari keluargamu sampai kau mau buka suara,” jawab Oxfo tanpa keraguan. “Ingat Olivia, yang memburumu, bukan hanya aku, jika kau membuka suara kepadaku, dan jika setelahnya ada seseorang yang membunuhmu, setidaknya kau sudah mengambil keputusan yang terbaik untuk anakmu. Rahasia besar yang kau miliki tidak ada bedanya dengan sebuah masalah. Sekarang pilihanmu hanya dua, mati meninggalkan masalah untuk putrimu, atau kau mati dengan masalah yang kau bawa.” Olivia kembali dibuat bungkam terjebak dalam penawaran dan keadaan yang pahit. Jika Olivia menolak tawaran Oxfo, dia takut akan meninggal tanpa berhasil mengembalikan semua assetnya dan membuat Leary menanggung masalah yang dibuat Olivia. Di sisi lain, jika Olivia menerima tawaran Oxfo, dia tidak memiliki ruang lagi untuk bisa bertemu dengan keluarganya, Olivia juga harus mengorbankan satu kakinya lagi. Tidak ad
Read more
BAB 46: Kesedihan di Pagi Hari
“Aku harus pergi, kau tidak perlu takut lagi karena kini tidak akan ada orang asing yang datang untuk mengganggu dan menyakitimu lagi,” kata Morgan. “Paman akan pergi ke mana?” “Aku harus pergi untuk urusan yang lain, nanti aku akan kembali lagi untuk bertemu dengan ibumu.” Seperti itulah kata-kata berpamitan Morgan sebelum dia dan anak buahnya pergi, jauh sebelum fajar muncul. Wilayah London, Bristol hingga Liverpool dikuasai oleh kelompok mafia klan Benvolio. Morgan, sebagai bagian dari kelompok mafia Hemilton, meski dia memiliki kekuasaan di negaranya sendiri, Morgan tidak bisa masuk ke dalam wilayah mereka seenaknya begitu saja, terlebih lagi klan Hemilton dan Benvolio tidak memiliki hubungan yang baik dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Morgan harus pergi setelah memastikan jika Leary berada dalam keadaan yang baik-baik saja. Cuaca di pagi hari itu terlihat cerah ketika Leary terbangun, ketakutan yang membumbung di hatinya semalam sirna begitu saja. Leary merasa seperti
Read more
BAB 47: Kematian Wony
Leary sudah mandi dan juga sarapan, kini anak itu duduk di ayunan kursi, merasakan hangat sinar matahari pagi dengan mata setengah terpejam karena masih mengantuk kekurangan tidur sejak semalam. Dengan tatapan sayu dan kepala bersandar pada tali ayunan, sesekali Leary melihat ke jalanan, menantikan kepulangan Olivia yang sudah pergi dua hari lebih. “Apa hari ibu tidak pulang juga?” bisik Leary bertanya pada dirinya sendiri. “Aku rindu ibu,” ucap Leary lagi sebelum memejamkan matanya dan merasakan tubuhnya terayun nyaman tergerakan oleh angin yang berhembus, kaki kecilnya yang menjuntai agar tidak sampai ke pasir. Leary memilih kembali tidur diwaktu paginya karena dia tidak tahu dengan apa yang harus dilakukan. Tidak ada orang yang bisa Leary ajak bermain, Jach satu-satunya orang yang selama ini selalu baik kepadnya tidak terlihat sejak kemarin. *** Suasana kediaman keluarga McCwin selalu terlihat sibuk di pagi hari, tidak ada yang berubah. Para pelayan bekerja di dapur, dan seb
Read more
BAB 48: Bertemu Jach
Leary berjalan menyusuri jalanan setapak, rasa kesepian yang menjeratnya membuat dia pergi meninggalkan rumah. Mungkin tidak ada orang yang bisa dia ajak bicara dan bermain, namun cukup dengan melihat mereka berinteraksi dari kejauhan saja itu sudah cukup bagi Leary. Sudah dua hari lebih ibunya pergi, masih belum ada kabar kapan Olivia akan pulang. Stok makanan di rumah sudah habis, Leary takut kelaparan, uang yang Olivia berikan kepadanya juga menghilang karena di ambil oleh William. Kaki kecil Leary terus bergerak melewati rumput-rumput liar yang tumbuh dengan baik, Leary sempat diam berdiri melihat dari kejauhan sekelompok anak yang tengah bermain menikmati waktu akhir pekan mereka. Leary tersenyum terlihat senang meski harus melihat dari kejauhan dan tidak terlibat bermain. Setelah cukup lama melihat anak-anak seusianya bermain, Leary kembali berjalan cukup jauh, dia memutuskan duduk di atas batu pinggiran sungai, menantikan Jach satu-satunya orang menjadi teman Leary. Tida
Read more
BAB 49: Sepenggal Percakapan
“Terima kasih Jach.” Leary tersenyum lebar menikmati segelas air dengan roti kasar yang di olesi slai anggur. Leary duduk di depan rumah beralaskan sebuah papan, sementara Jach duduk di atas karpet kecil, membungkus beberapa kotak arang dengan sebuah kertas dan memasukannya ke dalam karung. Seharusnya hari ini Jach masih berkabung, namun karena Ogze tidak memiliki sanak keluarga, dan Jach tinggal sendirian, anak itu segera memilih kembali bekerja. Sejenak Jach memperhatikan Leary yang kini makan dengan lahap, mulut kecilnya terlihat penuh dan dia kesusahan untung menggigit karena roti yang keras. “Ibumu ke mana?” tanya Jach. “Ibuku pergi bekerja beberapa hari yang lalu.” “Apa pekerjaan ibumu sebenarnya? Kenapa kau ditinggal sendirian?” Tanya Jach dengan tangan yang masih sibuk merapikan arang di dalam kotak. Leary menelan rotinya perlahan. “Ibu pergi memburu hantu dan monster, karena itu sering pergi lama.” Jach langsung berdecih geli, jawaban Leary layaknya sebait kecil buku
Read more
BAB 50: Pemakaman
Kematian Wony yang tidak terduga berhasil membuat semua orang terkejut dan menimbulkan kegaduhan karena selama ini Wony selalu sehat bugar tidak menunjukan tanda apapun. Dokter yang memeriksa kematiannya mengatakan jika Wony meninggal karena overdosis, beberapa pelayan yang ditugaskan mencari obat yang diduga menjadi penyebab kematian Wony langsung menemukan keberadaan obat itu di laci. Bukti overdosisi Wony karena obat semakin diperkuat dengan catatan dirinya yang beberapa kali pernah datang ke psikiater karena mengalami gangguan kesulitan tidur. Dari semua bukti yang ada, orang-orang menyimpulkan jika Wony kembali kesulitan tidur dan overdosis obat. Tidak ada tindakan lanjut yang di ambil atas kematian Wony, Darrel lebih memilih segera memakamkannya dengan cara yang sederhana dan tertutup, Darrel hanya mengizinkan beberapa orang yang boleh mengikuti prosesi pemakamannya. Kepergian Wony membuat orang-orang terdekat di kediaman McCwin merasa kehilangan dia, terutama Ellis putri
Read more
PREV
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status