All Chapters of Nasi Bungkus untuk Laila: Chapter 51 - Chapter 60
68 Chapters
Jangan Berhenti Tersenyum
Pagi ini sangat istimewa bagi Laila, pagi yang penuh cahaya kebahagiaan. Penantian, kesabaran dan perjuangannya menghafal Al-Qur'an mencapai titik penghujung. Ia telah selesai merampungkan 30 juz secara mutqin. Walau merangkak setapak demi setapak, di tengah guncangan badai dan penderitaan, ia pantang menyerah, tetap berjuang menghafal huruf demi huruf dan ayat demi ayat, penuh kesungguhan dan disiplin. Keyakinannya pada keajaiban do'a dan kesungguhan, akhirnya menuai keberhasilan. Kucuran air mata mengiringi prosesi sakral khataman, di masjid Al-Hidayah. Laila dengan percaya diri mengikuti pengukuhan sebagai seorang hafidzah, pertanyaan demi pertanyaan ia jawab dengan lancar, rasa syukur ia panjatkan karena telah diberi rizqi dan diamanahi menyimpan firman-firman Allah dalam jiwanya. Pelukan haru dari para ustadzah yang membimbingnya, membuat air mata Laila mengucur semakin deras. Kenikmatan paling besar di dunia ini adalah iman, sebanyak apapun harta jika tak beriman maka sia-sia
Read more
Memilih Pergi
Assalamualaikum ... Mas. Apa kamu percaya akan takdir? Terkadang apa yang kita inginkan tak sesuai kenyataan.Terkadang kenyataan memaksa kita mengalahkan keinginan Saat ini aku terperangkap dalam takdir ini, ingin memaksa memeluk gunung namun apalah daya, tangan tak sampai. Jika boleh, aku tak akan melihat apa pun untuk bisa bersamamu, aku takkan peduli pada duri yang melintang, pada tebing yang menjulang terjal, pada jurang dalam yang curam, asal aku bisa bersamamu. Tapi rupanya, semesta belumlah mendukung, lagi-lagi takdir belum berpihak padaku, aku harus pergi meninggalkanmu. Ma'afkan aku, kelak kamu akan mengerti, mengapa aku melakukan ini. Menikahlah dengan Heralin, ajak ia berhijrah bersamamu, aku yakin kalian akan bahagia.
Read more
Abizar dan Zahra
"Abi, undangan sudah siap semuanya?" tanya ustadzah Mutia pada Abizar yang sedang mendata nama teman-temannya. "Kalau teman Abi belum semua, Mi. Ini mau ngasih juga buat teman di masjid Al-Hidayah dan beberapa jama'ah.” "Sekalian nanti tamu undangan Umi ya, tolong kasih daftar namanya ke percetakan." "Siap, Bos! Beres." "Saat sedang mengingat-ingat beberapa teman di Al-Hidayah, satu nama terlintas, Arsen. Jama'ah yang lumayan dekat dengannya. ‘Laila? Abizar bingung, apa harus mengundangnya? Tapi dimana dia, sekarang?’ "Ck ... kenapa malah nama dia yang melintas, sih!" sungut Abizar kesal. "Kenapa sih, Bang. Malah ngomel?" Adzkia sang adik mengomentari sikap Abizar yang aneh. Ngomong sendiri, ngomel sendiri. Abizar nyengir, ia mengusap kepala adik kecilnya itu dengan sayang. "Gapa
Read more
Mencari Laila
"Kamu kemana, sih!" Arsen menghenyakkan tubuhnya ke atas kasur berukuran king size, hatinya tampak tak tenang, memikirkan Laila yang tak bisa dihubungi. Ia tak menyadari jika nomornya telah diblokir Laila. Arsen berada di sebuah hotel mewah, Marina Bay Sands. Kamar presidential suite yang ia tempati tak membuatnya merasa nyaman, pikirannya menjelajah ke tempat dimana Laila berada. Selain memikirkan Laila, tekanan bisnis yang sedang ia hadapi sekarang, menguras sebagian besar pikirannya. Ternyata selama ini Arsen pergi ke Singapura untuk mengurus perusahaannya sendiri yang ia dirikan secara diam-diam dan bermitra dengan pengusaha dari negeri Singa itu. Untuk membuat tubuhnya rileks ia berendam dalam jacuzzi, ia berharap air hangat dapat membuat otot-ototnya sedikit longgar. Arsen memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan air hangat dalam jazzuci, aerator yang menghasilkan gelembung-gelembung juga
Read more
Rosma Hamil
"Saya tak tahu lagi harus bilang apa. Hanya ucapan terima kasih yang bisa saya katakan. Alhamdulillah Allah menolong saya lewat tangan ustadz Hisyam," ucap Laila seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Jangan panggil ustadz, ah. Panggil Hisyam aja," ucap Hisyam. "kamu gak perlu sungkan sama saya, kalau butuh apa-apa bilang saja, insya Allah saya di Tasik akan lama, karena merawat bapak saya yang lagi sakit," tambahnya lagi. "Alhamdulillah ... jazakallah, ustadz." Laila mengucapkan terima kasih. "Laa syukro Lil wajib," jawab ustadz Hisyam. [Tak perlu berterima kasih untuk sebuah kewajiban] Hisyam berpamitan, mobil berwarna merah produksi Jepang itu melaju kencang, membelah jalan raya Tasikmalaya yang ramai dan padat. Kepak sayap burung menghiasi langit biru, sebagian bertengger diatas pepohonan, menyambar remahan makanan dari atas rumput yang ditin
Read more
Ketahuan
"Neng, nasi udukna lima bungkus, nya," kata seorang ibu setengah baya pada Laila. "Muhun, Bi. Mangga antosan sakedap," kata Laila dengan bahasa Sunda yang lumayan lancar. Karena sering diajak bicara bapaknya dulu semasa masih hidup. Ia meminta pembelinya itu menunggu sebentar. Tangannya cekatan memasukan nasi berbumbu santan yang gurih itu beserta lauknya berupa irisan telur, perkedel, sambel goreng tempe dan irisan timun. "Tilu puluh rebu, Bi sadayana." Laila menyodorkan plastik berisi nasi uduk tadi. "Neng, aslina teh, urang mana?" tanya si ibu yang diketahui bernama Jojoh. "Bapak asli Garut, Bi. Upami ibu asli Jawa Tengah," jawab Laila "Kirain teh urang Jakarta, soalna si Eneng geulis pisan jiga urang kota." Bi Jojoh terus saja berceloteh. "Sanes, Bi. Tapi kamari kantos cicing di Tangerang." Laila menyangkal, kalau dirinya bukan orang
Read more
Salah Paham
"Mi, Abi pamit, ya." Abizar mencium tangan ustadzah Mutia. Pagi ini ia berangkat ke Tangerang, untuk membagikan undangan pernikahannya.   "Hati-hati di jalan, jangan ngebut bawa mobilnya." Ustadzah Mutia memberi wejangan lagi pada anak laki-laki kesayangannya itu.   "Insya Allah, Mi. Assalamualaikum ..." pamit Abizar mencium takzim tangan ibu terkasihnya.   Kuda besi beroda empat itu meluncur dengan kecepatan sedang, alunan suara Syeikh Misary Rasyid menemani perjalanannya, ia ditemani ustadz Yusuf.   Rumah-rumah, pohon, pertokoan dan persawahan dengan cepat tertinggal di belakang mobil, berkejaran seakan berlomba lari, padahal semua benda itu berdiam pada tempatnya.   "Gimana rasanya, Tadz, bentar lagi nikah," tanya ustadz Yusuf mengusir sunyi.   "Hhmm ... ya gitu Tadz, banyak cobaannya, capek juga, kurang istirahat. Tapi ya, Alhamdulillah ... seneng, menika
Read more
Mencintai Adalah Mengikhlaskan
Arsen menatap bangunan indah berbentuk kubus di hadapannya, bangunan itu ditutupi kain berwarna hitam bernama kiswah, kain kiswah itu berhiaskan kaligrafi bersulam benang emas yang disulam oleh para pengrajin berpengalaman dengan menggunakan tangan. Penutup Ka'bah ini akan diganti setahun sekali pada tanggal 9 Dzulhijjah atau saat jama'ah haji sedang wukuf di Arafah, seperti yang biasa dilakukan oleh Sayyidina Ibrahim alaihis salam. Ka'bah adalah bangunan suci pertama di bumi. Bangunan yang sekarang menjadi kiblat milyaran umat Islam di dunia ini, dibangun malaikat atas perintah Allah. Hal ini sesuai dengan ayat: "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. ( Q.S Ali Imran : 96) Unsur-unsur Ka'bah berasal dari surga yang berfungsi menjemput anak manusia di bumi penderitaan untuk kembali ke surga
Read more
Aib yang Dilakukan Soraya
"Apa! Hamil?" Dirman melotot seolah tak percaya, anak yang ia harapkan akan mengangkat derajat keluarganya malah mencorengkan arang di muka. "Ma'afkan, Aya Pak, " ucap Soraya penuh penyesalan. Karir yang ia bangun selama ini harus berakhir begitu saja. Bukan tak mencoba menggugurkan kandungannya, tapi selalu berakhir dengan kegagalan, butiran obat peluruh janin, nanas muda, durian dan beberapa mitos yang katanya bisa menggugurkan bayinya sudah ia lakukan, terakhir ia hampir kehilangan nyawa karena meminum ramuan jamu-jamuan yang diberikan oleh seorang dukun pijat. Rodiah meraung histeris dan memukuli kepalanya. Vino yang tak tahan melihat drama ini berlangsung, menampar adik yang kelakuannya sangat memalukan itu. "Kita harus menikahkan mereka secepatnya, Pak," kata Vino. "Ya sudah, suruh laki-laki yang menghamilimu datang kemari!" putus Dirman pada akhirnya. 
Read more
Kejatuhan Dirman
Dunia ini penuh keindahan, gemerlap kenikmatan dijanjikan tersaji dalam balutan nafsu dan syahwat. Sebagian manusia terlena dan jatuh melesak dalam tipu dayanya. Terkadang lupa, jika masa kejayaan tak pernah ada yang abadi, dunia ini pun fana. Kesombongan, kezaliman, kelicikan, harta yang berlimpah, jasad yang sehat dan prima, wajah yang rupawan, isi kepala yang cemerlang semuanya akan berganti dan sirna. Tubuh yang dulu sehat, bisa jadi kini terbaring lemah dan sakit, wajah yang rupawan, tubuh yang perkasa kini keriput dan layu dimakan usia. Dulu, kejayaan membuat anak Adam merasa pongah dan jumawa, kini harus runtuh dan porak poranda. Semuanya tak bersisa oleh bilangan waktu, tinggalah buku-buku jari membilang detik kepunahannya, saatnya Tuhan memanggil. Pulanglah, waktumu telah usai. Atau berhentilah, kezaliman sudah mencapai titik batasnya, rasakanlah balasan yang setimpal untuk setiap kezaliman yang pernah kamu lakukan. 
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status