All Chapters of Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami: Chapter 41 - Chapter 50

260 Chapters

41. Telepon dari Cristy

Luisa dan Levi duduk berdua di halaman belakang, setelah Pak Darmono membolehkan keduanya berbicara serius. Tentu saja Levi yang dengan begitu sopannya meminta ijin kepada beliau. Pak Darmono juga merasa bahwa putrinya dan Levi perlu bicara empat mata. Luisa butuh teman untuk melupakan isi hati tentang perasaannya setelah ditinggal oleh Edmun. "Bagaimana, apa masih berat memikirkan kepergian Ed?" tanya Levi membuka percakapan. Malam sangat sepi, yang terdengar hanya suara jangkrik yang saling sahut di rerumputan. Luisa menoleh, lalu menggeleng. "Sudah biasa saja. Mungkin dengan begitu banyak masalah yang ia tinggalkan, membuat perasaan saya hambar." Luisa menatap langit malam. Tatapan Levi terlalu tajam. Ia khawatir semakin lemah jika berani menatap matanya yang seperti memiliki magnet untuk menundukkan lawat bicara. "Saya paham. Lalu sekarang, mmm.... " Levi menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang mendengar percakapan mereka. Setelah dirasa aman dan sepi, Levi kembali mena
Read more

42. Rumah Sakit

Luisa dilarikan ke rumah sakit karena wanita itu pendarahan. Nisa yang pertama kali melihatnya. Ibu sambung Luisa itu mendobrak kamar Luisa saat Luisa tak kunjung keluar. Dengan bantuan mobil tetangga sebelah, Luisa dibawa ke rumah sakit terdekat. Luisa sadar, tetapi ia seperti sedang mengantuk. "Nisa, basah," ujar Luisa lirih. Rumah sakit masih beberapa ratus meter lagi, tetapi sepertinya Luisa sudah sangat lemas. "Iya, sabar, ya. Di depan rumah sakitnya. Kamu yang kuat dan sabar." Luisa tidak menjawab. Ia hanya terus mengerjapkan matanya karena terasa sangat mengantuk. Mobil berhenti tepat di lobi IGD. Sopir yang bernama Hasan itu yang turun lebih dahulu, lalu berbicara pada satpam rumah saksi t. Tidak lama kemudian, Hasan mendekati pintu penumpang belakang. Brangkar panjang sudah ikut menyusul di belakang Hasan. "Ayo, harus segera dibawa ke ruang tindakan!""Iya, Pak, terima kasih." Nisa mengangguk. Kakinya terseret-seret mengikuti satpam dan juga Hasan yang setengah berlari m
Read more

43. Permintaan Levi

Dua minggu sudah berlalu, sejak Luisa keluar dari rumah sakit. Kesedihan masih menyelimuti keluarga Pak Darmono, khususnya Luisa. Meskipun ia sempat ragu siapa ayah bayi yang dikandungnya, tetapi ia sudah terlanjur jatuh cinta pada setiap momen saat ia merasakan mual dan muntah. Ngidam membuatnya bisa sangat dimanja sang Papa dan dituruti oleh ibu sambungnya.Hidup harus terus berjalan. Ia akan belajar melupakan kenangan bersama Edmun dan juga kenangan bahwa ia sempat diberikan kesempatan mengandung bayi. Itu tandanya ia tidak mandul, seperti yang pernah dituduhkan oleh ibu mertuanya waktu itu. "Eh, Papa sudah pulang." Luisa bangun dari duduknya. Ia menyambut kepulangan papanya dari kantor. Namun ada yang berbeda dari biasanya, wajah papanya nampak begitu lelah."Papa mau teh atau kopi? Papa kenapa? sakit?" tanya Luisa khawatir. Pak Darmono menghela napas, lalu ia duduk di sofa tanpa semangat. Luisa pun akhirnya ikut duduk di samping papanya. Menatap wajah tua itu yang terlihat begit
Read more

44. Kejutan di Hari Pernikahan

"Papa becanda,kan? Ini gak lucu, Pa! Gak mungkin secepat ini saya sudah menikah lagi. Papa yakin Pak Levi meminta hal ini, bukan karena Papa yang ingin memberikan saya sebagai ucapan terima kasih?" Luisa menangis di depan Pak Darmono. Pria tua itu pun ikut berkaca-kaca. Sebenarnya ia tidak mau seperti ini, tetapi Levi yang begitu terobsesi dengan putrinya, membuatnya juga sedikit ketar-ketir, apalagi ia sudah berutang banyak pada Levi."Luisa, Papa yakin sekali kamu tahu maksud Papa. Yakinlah semua ini demi kebaikan kamu. Papa yakin pada kesungguhan Levi yang benar mencintai kamu. Papa juga sudah pernah satu kali bertemu dengan orang tua Levi dan mereka bukan orang sembarangan. Beda sama Edmun. Ini salah satu akibat dari dimabuk cinta pada orang sembarangan. Dan tidak menuruti omongan Papa waktu itu." Luisa semakin terisak, tetapi menolak pun percuma karena ia sudah berutang banyak pada Levi. Semua keputusannya akan berdampak pada kesehatan sang Papa yang saat ini tidak memiliki peke
Read more

45. Saatnya Membalas Dendam

"Edmun, b-bukankah k-kamu sudah meninggal? T-tapi kenapa.... " Pak Darmono tergagap menyadari pria yang berada di dekat penghulu adalah Edmun; menantunya yang sudah tiga bulan meninggal, tapi sekarang lelaki itu ada di depannya dengan wajah semringah dan badan yang nampak segar. "Apa yang kamu l-lakukan di sini? B-bagaimana bisa kamu bangun dari k-kuburan? Jelas saya melihat wajah kamu yang meskipun babak belur, tetapi.... " Luisa tidak bisa melanjutkan perkataannya. Semua ini terlalu mengejutkan dan juga menyakitkan buatnya. Suaminya hidup lagi bukanlah yang menggembirakan karena ia tahu, setelah ini pasti akan muncul masalah baru lainnya. "Tentu saja bisa, Sayang. Apa yang ga bisa untuk seorang Edmun? Sayang sekali papa kamu itu tidak menganggap saya sebagai menantu yang baik. Sayanya sekali ia tidak percaya pada menantunya ini untuk mengurus perusahaan. Lihat sekarang, apa yang terjadi? Semuanya hilang bukan? Ini adalah karma Luisa. Papa kamu ini terlalu sombong. Seakan-akan ia
Read more

46. Pendarahan

Luisa masih menangis di ruang tunggu rumah sakit. Untuk kesekian kalinya sang Papa terkena serangan jantung cukup parah, sehingga belum sadarkan diri sampai saat ini. Lagi-lagi karena masalahnya mengakibatkan serangan jantung dan tidak sadarkan diri. Tentu saja gara-gara Edmun. Jika saja ia tidak jatuh cinta pada Edmun. Jika saja waktu itu ia mendengar apa kata papanya dan kakaknya. Pasti semua ini tidak akan terjadi. Perusahaan pasti aman dan papanya bisa sehat terus. Namun, nasi sudah jadi bubur dan ia tidak bisa protes pada takdir. "Non, jangan nangis terus. Nanti saya jadi makin sedih," kata Nisa sambil menggenggam anak sambung yang masih ia panggil dengan sebutan "Non'. Luisa menoleh, lalu ia mengusap air mata yang sudah membasahi pipi Nisa. " Kita harus kuat ya, Nisa. Demi papa biar lekas sehat. Terima kasih sudah mau menjadi istri papa, meskipun diam-diam dan masih mengerjakan pekerjaan rumah." Nisa tersenyum tipis. "Kamu tadi hebat. Saya sangat yakin burung Edmun tidak akan
Read more

47. Bodyguard Luisa

"Kang, alhamdulillah akhirnya datang juga. Ayo, sini, Kang, ketemu sama Non Luisa! " Nisa mengajak kakaknya yang bernama Abdi langsung masuk ke dalam lift. "Akang teh lapar, Neng. Waktu bus berhenti di rest area, Akang pules. Jadinya ini belom makan. Akang makan dulu ya?" pemuda berusia dua puluh tiga tahun itu menatap adiknya dengan wajah memohon. "Bungkus aja ya, Kang. Gak enak sama Non Luisa. Ya udah, mau makan apa?""Makan nasi campur aja deh." Nisa mengangguk. Ia kembali menekan tombol lift turun untuk bisa segera sampai di kantin rumah sakit. Abdi memang tidak banyak bicara, karena anaknya sedikit pemalu, tetapi dapat dipastikan kakang dari Nisa itu adalah jawara di kampungnya. "Nisa, telornya dua ya," kata Abdi sambil menunjuk telur ceplok balado yang ada di etalase. Gadis itu menoleh kaget. "Bukannya udah punya dua?" Abdi terbahak mendengar seloroh adiknya. "Iya tahu, mentang-mentang sudah paham dunia dua bola, ha ha ha... " Nisa ikut tertawa pelan. "Empat puluh ribu, Mb
Read more

48. Teror

Luisa melihat status terbaru yang di posting oleh Bu Hera. Ada perasaan sedih dan juga kecewa karena foto resepsi Levi dan gadis muda bernama Rana. Namun, ia bisa apa karena takdir membawanya pada situasi sulit seperti ini. Berarti mereka memang belum berjodoh dan ia tahu pasti akan selalu ada hikmah di balik setiap kesulitan. Lelah membayangkan kesulitan yang ia alami satu per satu beberapa bulan belakangan ini, membuat wanita itu akhirnya terlelap juga. "Non kalau mau pulang, istirahat di rumah, pulang aja, Non. Nanti gantian, setelah Non, baru saya pulang untuk mandi dan ganti baju," kata Nisa pada Luisa, setelah mereka baru saja terbangun. Suara Nisa pun masih sangat berat, suara khas orang bangun tidur.Luisa masih dengan mata menyipit, memperhatikan jam di tangannya. Sudah jam tujuh pagi. Pantas saja perutnya terasa lapar dan Nisa memintanya pulang. "Apa? Pulang?" tanya Luisa lagi. "Iya, Non pasti capek habis acara kemarin dan dari kemarin belum ada pulang lagi ke rumah. Mend
Read more

49. Kantor Polisi

"Sudah jelas ini disengaja, Mbak. Tidak mungkin ada banyak ular di dalam, maupun di luar rumah. Ini ada yang iseng. Musuh atau orang yang ga suka sama Mbak Luisa," kata Pak RT Harun. Mereka tengah memperhatikan CCTV komplek yang sangat jelas memperlihatkan dua orang naik sepeda motor sambil membawa karung. Satu di depan motor, satu lagi bagian belakang. "Ya, Pak, ada yang memang sedang tidak suka dengan saya dan keluarga saya. Terima kasih atas perhatian Pak Harun dan bapak yang lainnya terhadap rumah saya. Meskipun sudah dinyatakan steril oleh pihak Damkar, tapi saya masih takut untuk tinggal di sana. Ayah saya juga sedang dirawat . Untuk sementara waktu saya akan mengontrak saja, Pak. Saya juga tidak mau urusa saya membuat warga perumahan tidak tenang. Saya minta rekaman ini ya, Pak. Saya mau lapor polisi saja." Luisa tersenyum penuh keyakinan. Ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan. Selama ini ia hanya diam dan menerima apapun yang dilakukan Edmun padanya, termasuk mencuri semua
Read more

50. Levi Mencari Luisa

"Puas kamu, setelah apa yang kamu lakukan pada saya dan Luisa? Hm? Apa yang kamu dapat dari sikap sok jujur dan sok jagoan kamu? Rumah sakit? Alat kelamin yang tidak bisa membuahi? Kamu sudah tidak menjadi pria sejati lagi, Edmun. Ini adalah sedikit balasan bagi orang yang selalu pintar membuat kebohongan besar." Levi tertawa di balik jeruji besi. Di seberangnya, sudah ada Edmun yang terduduk di lantai dingin hanya mengenakan baju kaos jelek dan juga sarung. "Sudah benar kamu pura-pura mati, malah muncul kembali. Sama saja kamu mengantar nyawa kepada buaya yang lapar, " lanjut Levi lagi dengan penuh kesinisan."Pak, sampai kapanpun saya tidak akan mau kalah dari siapapun. Jika saat ini saya ada dibalik jeruji ini, pasti suatu saat saya akan keluar dan menuntut balas," jawab Edmun sambil mengepalkan tangannya. "Udah kena hukum, masih ada sombong!" Hardik Levi masih dengan ketawa sinis. "Lima tahun gak lama, Pak. Saya akan segera keluar dan membeli orang-orang yang sudah membuat saya
Read more
PREV
1
...
34567
...
26
DMCA.com Protection Status