"Kang, alhamdulillah akhirnya datang juga. Ayo, sini, Kang, ketemu sama Non Luisa! " Nisa mengajak kakaknya yang bernama Abdi langsung masuk ke dalam lift. "Akang teh lapar, Neng. Waktu bus berhenti di rest area, Akang pules. Jadinya ini belom makan. Akang makan dulu ya?" pemuda berusia dua puluh tiga tahun itu menatap adiknya dengan wajah memohon. "Bungkus aja ya, Kang. Gak enak sama Non Luisa. Ya udah, mau makan apa?""Makan nasi campur aja deh." Nisa mengangguk. Ia kembali menekan tombol lift turun untuk bisa segera sampai di kantin rumah sakit. Abdi memang tidak banyak bicara, karena anaknya sedikit pemalu, tetapi dapat dipastikan kakang dari Nisa itu adalah jawara di kampungnya. "Nisa, telornya dua ya," kata Abdi sambil menunjuk telur ceplok balado yang ada di etalase. Gadis itu menoleh kaget. "Bukannya udah punya dua?" Abdi terbahak mendengar seloroh adiknya. "Iya tahu, mentang-mentang sudah paham dunia dua bola, ha ha ha... " Nisa ikut tertawa pelan. "Empat puluh ribu, Mb
Read more