Semua Bab Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku: Bab 31 - Bab 40
82 Bab
Kelicikan Vela
“Mas, bantu aku memisahkan Mbak Elsa dan Bian. Mereka nggak boleh menikah kan, Mas? Kamu harus menikah sama Mbak Elsa biar hubungan kita tetap seperti sekarang, Mas. Aku nggak mau putus darimu gara-gara Mbak Elsa menikahi Bian. Tolong aku, Mas. Kamu mau membantuku kan, Mas?”Dengan sandiwara menjadi orang yang ter zalimi, Vela berbicara dengan kebohongan yang begitu besar. Demi hubungan dengan Rio katanya. Padahal jelas, ia sangat menginginkan Bian.“Sayang, kamu tahu sendiri kan? Elsa sudah tidak menganggap keberadaanku sama sekali. Bagaimana aku bisa melakukannya? Kalau demi hubungan kita, aku akan mempertaruhkan segalanya demi mendapatkan restu dari orang tuamu, Sayang. Kita katakan semuanya di depan keluargamu ya. Aku akan bertanggung jawab dan membuatmu bahagia, Sayang.”Vela tak menerima perkataan yang Rio ucapkan. Ia hanya menginginkan Bian dan Rio hanya diperbudak demi memenuhi keinginannya.“Kamu nggak kasihan sama aku, Mas? Bagaimanapun, kita sulit disatukan dalam kondisi no
Baca selengkapnya
Pembuatan Video Rekayasa
Vela dan Rio berhasil membawa Bian ke dalam kamar hotel. Bian yang tak sadarkan diri sudah dibaringkan di atas kasur.“Sayang, harus bagaimana melakukannya?” tanya Rio yang masih bingung dengan rencana yang diinginkan oleh Vela.“Buka seluruh pakaiannya, Mas. Rambutnya buat jadi acak-acak kan seolah baru saja bercinta denganku. Jangan lupa basahi dengan air. Dan aku, akan berpura-pura menjadi gadis malang yang diperdaya dengan obat perangsang olehnya. Ambil foto dan video dengan ponselnya Bian, Mas. Seolah dia yang sedang merekam untuk koleksi pribadi. Saat adegan dibuat, tentu saja kamu yang akan melakukannya tanpa memperlihatkan wajah dan tubuh secara jelas. Paham kan sekarang?”Naluri lelaki yang dimiliki Rio tentu terpancing. Aliran darah di sekujur tubuhnya seakan menghangat, karena ingin segera melakukan adegan yang Vela inginkan.Rio pun hanya mengangguk dan tidak bisa berkata apa-apa. Pikirannya sudah menerawang jauh. Ia tak sabar untuk segera menjamah tubuh Vela yang sudah la
Baca selengkapnya
Kabar Menggemparkan
“Vel, kamu di mana? Kenapa jam segini belum pulang? Kamu baik-baik saja kan?” Telepon yang berasal dari Nani terhubung ke ponsel Vela.Tanpa menjawab, Vela malah nangis sesenggukan.“Sayang, kamu kenapa? Apa yang sudah terjadi? Kamu nangis kenapa, Vel? Kamu di mana?”Sudah dipastikan, Nani akan sangat mencemaskan kondisi anaknya yang tiba-tiba menangis.Sedangkan Rio yang telah berpakaian rapi, sudah bersiap untuk pergi dari kamar hotel itu. Sebelumnya, ia berpura-pura mengambil sesuatu di nakas, padahal memang sedang mengambil ponsel yang sejak tadi merekam kegiatan mereka di dalam kamar hotel.Vela masih menangis, meski Nani sudah bertanya berkali-kali.“Sebarkan videonya ya, Mas,” lirih Vela pada Rio sambil menutup dan menjauhkan ponselnya.“Iya, aku pergi dulu. Hati-hati jangan sampai ketahuan,” bisik Rio sambil berjalan mendekatinya. Ia mengecup kening Vela dengan pelan.Vela hanya mengangguk. Ia masih menangis untuk menipu Nani yang terhubung di telepon.“Vela? Ada apa sebenarny
Baca selengkapnya
Harus Menikah dengan Bian
“Yah! Vela, Yah!”Nani seketika gempar saat mendengar kondisi Vela yang seakan tidak baik-baik saja.“Ada apa sih, Ma? Vela kenapa? Ini sudah jam berapa memangnya?”Handi mengucek matanya. Ia baru bangun gara-gara dikagetkan oleh Nani. Sedangkan Nani, tidak bisa tidur selama Vela belum pulang ke rumah.Pada awalnya, Nani tidak mempermasalahkan kepergian Vela sebab ia meminta izin untuk keluar menemui temannya. Namun, malam yang makin larut, Vela belum juga pulang.Nani sering menelepon Vela, tetapi sia-sia karena ponselnya tidak aktif. Nani tak mau putus asa, sampai Vela akhirnya mengaktifkan ponselnya dan bisa dihubungi.“Bian laki-laki brengsek, Yah! Dia berani melecehkan Vela dengan memberikan minuman yang dicampur obat. Bahkan, dia melakukannya di hotel kita, Yah! Mama benci sama Bian, tapi Vela harus mendapat pertanggungjawaban, Yah. Dia ketakutan kalau nggak ada laki-laki yang mau menikahinya gara-gara ulah Bian. Kita harus segera ke sana menjemput Vela, Yah.”Air mata tak kuasa
Baca selengkapnya
Membantah Fitnah
Bian punya beberapa ponsel. Untung saja dia membawa ponsel yang isinya tidak ada bukti video dan foto Leo yang sedang bertransaksi. Biasanya, ia akan membawa beberapa ponsel sekaligus, tetapi keberuntungan sedang memihak padanya.“Lihat saja. Aku nggak merasa sudah merekam semua yang kalian tuduhkan, maupun yang tersebar di media sosial. Ada yang sedang mempermainkanku dengan fitnah keji,” ucap Bian seraya meletakan ponselnya di atas telapak tangan Erwin.“Jangan banyak berkelit. Semua akan jelas setelah mencari tahu isi galeri di ponselmu.”Erwin seakan yakin kalau Bian memang telah melakukan semua hal buruk itu. Sejak dulu, setelah kejadian kebakaran yang hampir mencelakakan Leo, Erwin tak pernah lagi mempercayai ucapan Bian. Di matanya, Bian sering memberontak dan banyak memberi alasan yang tidak disukai olehnya.“Leo, bantu Papah mencari bukti di ponsel Bian,” perintah Erwin.Tanpa menjawab, Leo pun menghampiri Erwin. Bian yang melihatnya semakin geram. Selalu saja yang terlihat h
Baca selengkapnya
Dipaksa Mengakui
Rombongan keluarga Bian telah sampai di rumah Elsa. Mereka turun dari mobil dan segera masuk ke rumah. Sudah banyak wartawan yang berkumpul di sekitar rumah itu, tak terkecuali Mona juga ada di sana.“Mas Bi, apa kamu orang yang melecehkan gadis bernama Vela itu? Aku kecewa kalau memang semua itu kenyataan. Aku mengenalimu sebagai laki-laki baik. Aku yang sering menjerumuskanmu gara-gara berita yang kutulis. Maaf, Mas Bi.” Gadis itu hanya bergumam dan menyesali perbuatannya selama ini. Ia pun belum sempat menghubungi Bian.***Kalau sampai aku tetap dituduh sebagai pelakunya, lebih baik mendekam di penjara gara-gara fitnah keji ini. Yang terpenting sekarang, aku harus menjelaskan semuanya kepada Elsa. Semoga pikirannya tidak ikut terhasut oleh berita yang menyebar di media sosial. Aku berharap, dia tetap ada di pihakku. Aku mohon.Bian berbicara di dalam hati sambil menyematkan harapan yang seakan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi. Dia sudah duduk di ruang tamu rumah Elsa untu
Baca selengkapnya
Dua Minggu untuk Menikahi Vela
“Elsa!”“Bian!”Handi dan Erwin tak bisa menahan amarahnya lagi. Sepasang manusia yang sedang berpelukan itu seakan tak memedulikan dua orang yang tak pernah menganggap keberadaan mereka.“Bi, kamu beneran nggak melakukannya dengan Vela? Apakah aku bisa memegang perkataanmu? Kamu nggak mempermainkan aku?”Jantung Elsa berdegup kencang. Ia tak menyangka, Bian akan langsung memeluknya dan wajahnya seakan mengharapkan banyak hal kepadanya. Tanpa sadar pula, ia mengatakan seakan hubungan mereka bukan terjadi karena sebuah perjanjian.“Iya. Aku nggak bisa berpikir jernih gara-gara pesan yang mengaku sebagai dirimu, El. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padamu. Aku datang begitu saja dan mencarimu. Padahal, kalau mau dipikirkan dengan baik, nggak mungkin kamu dicelakai di sekitar hotel milik keluargamu. Aku difitnah, El. Percayalah padaku. Sudah nggak ada orang lain lagi yang mempercayaiku. Aku mohon, El.”Perkataan Bian seakan menunjukkan dirinya sudah sangat berputus asa. Ia memeluk El
Baca selengkapnya
Bertemu Rio
“Iya, Ze. Coba kamu ikut cari tahu, ya. Mama nggak bisa ikut bertindak. Mama hanya bisa berdoa agar semua baik-baik saja. Nanti Mama kirim videonya. Bantu masmu, Ze. Semoga benar kalau dia hanya difitnah.”Air mata kembali menitik. Sejak kecil, Laras tahu luka anak laki-lakinya. Selalu dipersalahkan oleh Erwin. Sampai sekarang pun harus mendapat perlakuan yang membuatnya terluka.“Tentu saja, Ma. Zeta akan mencari tahu bersama Mbak Elsa. Dia pasti wanita baik, beda jauh dari Vela. Zeta nggak mau punya ipar kayak Vela, Ma.”Zeta memeluk Laras agar bisa lebih tenang. Ia pun merasa sakit kala Bian harus melalui kehidupan seterjal ini. Dalam hatinya bertekad untuk membantu Bian semampunya. Kebaikan pada akhirnya pasti akan menang.***“Dua minggu, hanya dua minggu. Aku harus melakukannya dengan cepat. Tapi, bagaimana? Mulai dari mana?”Elsa yang sudah di dalam kamar memijat pelipisnya secara perlahan. Ia sudah berjanji akan membantu Bian, tetapi sendirinya masih bingung harus melakukannya
Baca selengkapnya
Bujukan Rio
“Apa mungkin kita memang berjodoh, Mas?” tanya Elsa hanya untuk memancing percakapan agar semakin akrab.“Iya, bisa saja begitu, Dek. Nyatanya, sekarang kita ada di tempat favorit kita selama masih bersama. Nggak mungkin kalau kebetulan kan, Dek? O ya, aku udah pesan makanan dan minuman kesukaanmu. Kita makan dulu ya.”Tampak tak ada yang berbeda dari sikap yang Rio lakukan pada Elsa. Ia tetap perhatian dan seperti sangat mencintai Elsa.Rasa nyeri terasa di hati wanita berhidung mancung itu kala mendengar lagi cara bicara yang begitu lembut dan penuh perhatian dari seorang Rio.Seorang wanita tentu bahagia saat mempunyai pasangan dengan sikap seperti Rio. Penuh cinta dan sangat perhatian. Namun, semua itu ternyata hanya sandiwara saja. Hebat memang. Selama bertahun-tahun, Rio bisa memerankan tanpa ada cacat sedikit pun. Mungkin baginya, sambil menyelam minum air. Mana ada laki-laki tak tergiur oleh wanita cantik saat berdekatan dengannya.“Bagaimana kalau kita melanjutkan hubungan ki
Baca selengkapnya
Bukti Baru
“Mas, apa benar, kamu bersama Mbak Elsa lagi merencanakan sesuatu?”Setelah kepulangan keluarga Bian dari rumah Elsa untuk membicarakan tentang perbuatan yang sebenarnya tidak Bian lakukan, Zeta meminta izin untuk masuk ke kamar Bian yang memang sedang dihukum dan membicarakan rasa penasaran yang Zeta rasakan.“Iya, Ze. Tapi, kamu diam. Jangan ada yang boleh tahu,” ancam Bian yang duduk di sofa.“Mama tahu kok. Mama kasihan sama kamu, Mas. Tapi, nggak bisa berbuat apa-apa. Mama menyuruhku untuk membantu rencana yang mungkin sedang kalian rencanakan. Mama berharap semua ini hanya fitnah, Mas.”“Kamu mau membantu juga, Ze?” Bian mulai menyunggingkan senyuman. Bahagia saat anggota keluarganya ada yang mempercayainya.“Tentu, Mas. Aku tahu kamu kok. Tentang Vela juga, dia itu jahat, Mas. Aku nggak mau punya ipar jahat kayak dia.”“Kenapa kamu baru ngomong sekarang, Ze?”“Kamu kan nggak nanya,” jawab Zeta seraya duduk di sebelah Bian.“Memangnya tahu dari mana kamu?” Bian menatap adiknya d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status