All Chapters of Istri Ku Sang Ratu Bumi: Chapter 41 - Chapter 50

300 Chapters

BAB 41

Aliya memejamkan kedua mata dan mengatupkan giginya. Tangannya bergerak cepat dan kesal mengetikkan beberapa kata. Lalu ia kirimkan.[Siapa bilang saya ga datang? Jangan kebanyakan denger berita hoax, Babe!]‘You want battle? I’ll give you war!’ Aliya lalu melempar ponselnya ke tempat tidur.Kali ini ia tidak hendak menahan diri lebih jauh lagi. Kedua tangan Aliya bertengger di pinggang rampingnya. Dadanya terlihat naik turun sedikit lebih cepat.  “The heck! Aku ladenin kamu, Mil!” desis Aliya geram.  Suara pesan masuk kembali terdengar. Dengan gusar Aliya meraih ponsel tersebut.[Okee! See you there!]Aliya lalu melakukan panggilan telepon ke nomor Nilam. Dalam tiga dering, Nilam menjawab.‘Hello Mis?’“Aku besok jadi ikut, Miss. Ketemuan di mana?”‘Wah? Seriusan? Oke, oke. Kita ketemu depan ITC aja ya. Kita via tol aja nanti, b
Read more

BAB 42

Aliya dan Nilam telah berdiri di pintu utama sebuah hotel berbintang lima yang dijadikan tempat perjamuan Bastian, pemilik lembaga kursus tempat mereka bekerja.Semula sang pemilik, Mister Bastian akan mengadakan jamuan itu di pusat Kota Bogor, namun terjadi perubahan lokasi. Acara diadakan di sekitar Cisarua Bogor, di satu hotel berbintang lima yang terbilang masih baru namun menjadi buah bibir karena kemegahannya.Mata Nilam berbinar melihat kemegahan bagian depan hotel tersebut. Sementara Aliya pun tak luput dari mengagumi eksterior hotel bintang lima itu yang tampak memukau.“Ayo, masuk,” ajak Nilam sambil meraih pergelangan tangan Aliya.Mereka berdua lalu menuju lift, setelah petugas resepsionis memberitahu mereka ballroom tempat perjamuan itu diadakan.Keluar dari lift, mereka langsung melangkahkan kaki memasuki ballroom utama yang berada di lantai tiga hotel itu. Lagi-lagi keduanya berdecak kagum, melihat
Read more

BAB 43

Milah melangkahkan kaki dengan anggun dan arogan. Tangan kanan Milah memegang lengan Tony, tunangannya.Milah menggunakan halter dress berwarna silver dengan belahan panjang hingga atas lutut kirinya. Rambutnya di sanggul tinggi memperlihatkan leher serta punggungnya yang sedikit terbuka.Dengan wajah angkuh ia berjalan bersama Tony menghampiri Aliya dan Nilam.  “Oulalaa… Look who’s here…” ujar Milah begitu sampai di tempat Aliya dan Nilam berdiri.“Hai Miss,” sapa Nilam sambil tersenyum.Milah mengabaikan sapaan Nilam dan memindai Aliya dari atas ke bawah lalu ke atas kembali. Ia pun sedikit tergelak dalam tawa melihat penampilan Aliya lalu segera meluncurkan hinaannya.   “Sudah saya duga pasti begini penampilan kamu, Miss. Lucu sekali…” cemooh Milah tanpa basa basi.“Lucu bagaimana?” tanya Aliya dengan tenang. “Saya ngga s
Read more

BAB 44

“Ha-halo…” sapa Milah dengan senyum terbaiknya, saat pria itu berhenti melangkah di hadapannya. Namun, tak mengindahkan Milah yang menyapanya, sosok itu justru mengulurkan tangan kanannya menyentuh punggung Aliya yang baru saja mengakhiri percakapannya di ponsel. Aliya terkesiap kaget dan menoleh cepat. Napasnya tercekat. “Sayang, maaf aku terlambat…” pria itu menyapa dengan seulas senyuman yang sangat menawan. “A-apa yang…” Aliya terhenti. “Please jangan marah, aku sedikit terhambat oleh kerjaan,” ujar pria itu pelan dengan suara dalam dan terdengar seksi. Baik Milah dan Titha ternganga selebar-lebarnya. Kedua pasang mata mereka melihat bergantian pada pria tampan depan mereka dan pada Aliya. “Si-siapa dia, Miss?” tergagap Titha bertanya. Pria itu menoleh pada Titha, tanpa senyum. Nilam yang semula juga terperangah kaget, langsung berseru. “Oh, aku tahu! Kau suami Miss Aliya. Ya kan?” Pria itu menoleh dan tersenyum pada Nilam. “Senang bertemu dengan Anda, Miss….” “Nilam. Na
Read more

BAB 45

Aliya menundukkan kepalanya. Saat ini ia merutuki dadanya yang tak mau tenang. Ia berdiri kaku dan menggenggam kuat tali tas nya. “Aku ambilkan minum dulu untukmu,” Elang berkata lalu meninggalkan Aliya menuju meja lain tak jauh dari tempat mereka berdiri. Memperhatikan dari jauh, Aliya menata hati dan dirinya. Tampak olehnya semua mata wanita yang dilalui Elang, menoleh, melirik, bahkan terpaku pada Elang yang berjalan dengan tenang. Sampai Elang membawakan minum dan kembali padanya. “Ini,” Elang menyodorkan gelas kristal berkaki pada Aliya. “Tenang saja, ini bukan minuman keras. Tidak ada minuman beralkohol disini.” Aliya menerima gelas itu dari tangan Elang. Sekilas, jari mereka bersentuhan. Aliya buru-buru menarik tangannya. Jantungnya kembali berdebar cepat. ‘Duh. Help me please, God…’ Kedua bola mata Aliya melirik ke sekelilingnya untuk mengalihkan diri. Namun dengan segera ia merasakan bulu kuduknya meremang. Menerima hujaman tatapan iri dan cemburu dari berpasang-pasang m
Read more

BAB 46

“Bastian?” Milah membeo. “Yang mengadakan acara jamuan ini juga Mister Bastian.  Bukan Mister Bastian ini, kan?”Steven mengayunkan sebelah tangannya. “Tentu saja bukan. Nama mereka kebetulan sama.”Milah mengangguk. “Iya, ya. Pastinya bukan.”“Seperti apa rupa Tuan Muda itu, Tuan?” kali ini Tony bertanya.“Ya, seperti apa rupanya?” timpal Milah bersemangat.Steven mengerutkan bibirnya. “Saya tidak dalam jarak yang cukup dekat untuk melihatnya. Tapi beliau jelas seorang pria muda yang cukup menarik.”Milah menghela napas kecewa, karena gambaran sosok ‘Tuan Muda misterius’ itu tidak ia dapatkan.‘Bastian, ya…? Hm…’ Milah mengingat nama itu baik-baik dalam hati.Dering sebuah telepon selular terdengar. Steven merogoh saku celananya dan mengambil ponsel miliknya. Ia lalu mendekatkan ponsel itu ke
Read more

BAB 47

Di sisi lain ballroom. Masih di bawah pandangan berpuluh pasang mata wanita yang tersirat kekaguman maupun kecemburuan, Aliya mulai menikmati pesta ini. Elang terus menemani dirinya, hingga tak merasa canggung lagi.Beberapa kali ia melirik ke arah Elang dan setiap kali itu pula, ia mengagumi fitur sempurna yang dimiliki Elang. Ada satu kesan yang tak dipahaminya, bahwa Elang --selain ketampanan nya yang memukau-- seolah menebarkan aura intimidatif yang tinggi, meski tanpa berkata apa-apa.“Maaf,” cetus Aliya tiba-tiba.  “Untuk?”“Mungkin aku membuatmu malu. Penampilanku. Meskipun kau tadi hanya berpura-pura sebagai.. emm.. pasanganku, tapi…”“Tidak,” potong Elang. “Tidak ada yang salah dengan itu. Yang menentukan bagaimana dan siapa kau, adalah pribadimu, bukan pakaianmu.”“Emm..”“Kecuali kau kesini memakai pakaian olahraga. M
Read more

BAB 48

Aliya mempercepat langkah kakinya. Kedua orang yang ia lihat itu, menuju pintu keluar hotel. Ia terus mengikuti keduanya hingga tiba di pelataran parkir depan. Mereka menuju satu mobil sedan berwarna merah.Orang yang ia kenal, memasuki mobil dari pintu penumpang yang dibukakan oleh orang lainnya itu.Aliya terkesiap. Meskipun langit mulai gelap, kini ia bisa mengenali cukup jelas orang yang familiar itu.Dia adalah Bisma.Kedua mata Aliya lekat memandang ke arah Bisma dan orang lainnya itu. Bisma telah berada dalam mobil, begitu juga orang asing itu.Napasnya terhenti demi melihat adegan berikutnya.Mereka berciuman bibir.Bisma dan orang lainnya itu, seorang laki-laki juga, memadukan bibir mereka, seolah mereka telah terbiasa melakukannya. Bahkan tampak oleh Aliya dari kaca depan mobil mereka, Bisma melingkarkan sebelah tangannya pada laki-laki asing itu. Mereka terlihat memperdalam ciuman mereka itu.Petang telah berlalu, ma
Read more

BAB 49

Aliya bersin beberapa kali. Ia mengusap hidungnya yang terasa gatal.Kepalanya memindai seluruh ruang. Sekarang ia berada dalam presidential suite. Dari cara ia menatap ke beberapa sudut, meskipun sorot matanya tampak lesu, bisa terlihat pandangan kagum terhadap apa yang dilihatnya dalam kamar berukuran luar biasa luas itu.Dirinya sendiri sekarang duduk di sebuah sofa empuk di kamar tidur utama dalam presidential suite itu. Tubuhnya terbalut bath robe tebal namun lembut berwarna gading.Aliya menghela napas lesu. Campur aduk perasaannya kini, mengingat lagi-lagi Elang yang membantunya. Elang tadi datang dengan payung di tangannya dan menegurnya yang tengah berjongkok dalam guyuran hujan.Ia memang sempat merasakan, hujan seolah berhenti menerpa dirinya beberapa saat. Namun ia tak merasakan adanya Elang di belakang nya ataupun melihat bayangan sebuah payung yang menaungi dirinya.  “Mungkin aku terlalu kosong pikiran, h
Read more

BAB 50

Pintu dibuka perlahan. Aliya berdiri dengan canggung di ambang pintu. Dengan gugup Aliya mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pria yang telah menunggu di depan pintu kamar itu. Kini Aliya bisa melihat kedua bola mata coklat gelap milik Elang yang tengah menatapnya dengan sorot penuh makna yang tak bisa diterjemahkan Aliya. Pandangan mata mereka bertemu dan seolah saling mengunci untuk sesaat. “A-apa ini kelihatan aneh?” gugup Aliya bertanya untuk memutus kecanggungan yang ia rasakan. “Elang…” panggil Aliya ketika Elang tak merespon kalimat tanyanya. “Sama sekali tidak aneh,” akhirnya Elang menjawab. “Sangat… cocok.” Aliya tak tahu, bahwa Elang tengah tenggelam oleh pesona yang terpancarkan dari diri Aliya. “Kita turun sekarang?” kata Elang lagi. Aliya mengangguk ragu. Ia lalu menutup pintu kamar dan berjalan bersama Elang ke arah lift khusus ke kamar yang ditempati Aliya. Seorang bellboy berdiri di depan pintu lift dan menekan tombol untuk membukakan pintu bagi mereka. Da
Read more
PREV
1
...
34567
...
30
DMCA.com Protection Status