All Chapters of GADIS 100 KG: Chapter 31 - Chapter 40
44 Chapters
Bertemu Anjas
Adeera meninggalkan kantor dengan wajah bersimbah air mata Sementara Elang langsung menghampiri sang sekretaris dan meminta pendapatnya. Perempuan yang tak lagi muda itu jelas terkejut mendengar penuturan sang bos.“Pak Air memang keterlaluan. Pantas saja Mbak Adeera angkat kaki. Apa Bapak pikir pekerjaan itu mudah dan bisa dikerjakan seorang diri? Seharusnya Bapak membentuk team khusus untuk divisi baru ini. Kalau begini, Bapak sama saja melanggar visi dan misi perusahaan ini,“ cerocos sang sekretaris, panjang lebar. Membuat Elang mematung. Seketika rasa bersalah menyeruak di hatinya.Sekretarisnya benar. Apa yang ia perintahkan pada Adeera sudah melanggar visi dan misi yang dibuatnya. “Oh My ...“ Dia mengacak rambut dengan kedua tangannya dan mengusapnya kembali. Lalu kembali ke ruangannya.“Bagaimana bisa maju perusahaanmu, kalau kamu tak memerhatikan kesejahteraan karyawanmu, Lang?“ Dia bermonolog. Lalu memejamkan matanya sejenak. Sejurus kemudian, menghela napas panjang. Sete
Read more
Mie Ayam
“Saya harus pulang, Pak. Lain kali saja mampirnya. Assalamualaikum,“ ucapnya yang dijawab Anjas dengan suara pelan.Elang menepikan mobilnya. Lalu menelepon supir pribadi supaya menyusulnya. Tak tahan merasakan sakit, ia menjerit sambil memegangi kepala. Lalu membenturkannya ke kemudi.Sementara di kamarnya, Adeera mengerjap pelan dan terbelalak saat menyadari kalau dia berada di sebuah kamar.“Dimana aku?“ gumamnya sambil menyingkap selimut dan meraba pakaiannya. Lalu menghela napas lega, saat sadar kalau kini ia berada di kamarnya sendiri.“Sudah bangun rupanya.“Suara Anjas membuatnya beranjak duduk dan tersenyum bingung.“Perasaan tadi aku ...“ ucapnya ragu.“Tadi di mobil, tapi anak ayah pules banget tidurnya. Jadi Nak Elang—““Pak Air gendong aku?“ sela Adeera. Membuat Anjas tertawa geli.“Geer!“ serunya. Adeera mencebik.“Tadi Elang kasih tahu ayah. Suruh ayah angkat kamu,“ terang Anjas.Adeera membulatkan bibir. Sementara sudut hatinya merasa agak kecewa. Tapi segera dienyahka
Read more
Tentang Masa lalu
“Kamu yakin mau makan di sini?“ tanya Elang saat mobil mewahnya berhenti di depan kios mie ayam bakso Ujang Pangestu.“Kok gitu nanyanya?“ Adeera mengernyit bingung.“Enggak apa-apa. Cuma tempatnya kurang nyaman.“Elang menjawab jujur sambil menatap ruangan yang hanya dihiasi sebuah tv di salahsatu sudut dan kipas angin yang putarannya sudah lamban.“Di sini gerah, Deer,“ lanjutnya.“Tapi makanan di sini enak-enak. Nanti kamu coba sendiri deh.“Mata Elang melebar dan satu alisnya langsung terangkat.“Aku nggak yakin bisa makan di tempat seperti ini,“ lirihnya sambil masuk lebih dulu. Lalu duduk di bangku yang terlihat paling bersih di pandangannya.“Kalau nanti kamu nggak selera, biar aku saja yang habiskan,“ sahut Adeera dengan bibir mencebik.“Dasar maruk!“ Elang mencibir dan membuat Adeera tertegun sejenak. Teringat pada Elangnya.“Aku nggak maruk, kok. Kalau dulu sih iya, maruk banget aku. Mungkin kamu bakal pingsan lihat badan dan porisi makan aku yang dulu,“ ujarnya.“Kamu yang
Read more
Ingatan tentang dia dan dia
Elang berteriak dalam tidurnya. Bayangan kejadian enam tahun ke belakang terus menghantui. Membuat dirinya dilanda gelisah.Mimpi itu seperti film yang tengah diputar. Di dalam mimpi itu, Elang bahagia bukan main saat mendapatkan pertama kali mendapat order senilai tiga miliyar. Orderan yang diperoleh dari negeri Jiran untuk tujuh unit rumah joglo.Ingin memuaskan pelanggan pertamanya, Elang pun gegas melajukan mobilnya ke tempat pembuatan rumah joglo. Di tengah perjalanan, ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari Reynan. Segera ia memasang headset bluetooth dan menjawab panggilan itu.“Ya, Rey. Apa kabar?“ tanyanya.“Gue baik, Lang. Lu sendiri gimana? Sehat?““Sehat dong.“Elang menjawab agak ragu, karena akhir-akhir ini kepalanya sering terasa sakit. Bahkan ada masa dimana pandangannya mengabur. Membuatnya kesulitan melihat. Belum lagi tubuh yang seringkali diserang demam hingga menggigil. Tapi ia selalu berafirmasi positif dan berpikir semua itu efek kelelahan saja. Menging
Read more
Temenan
Adeera tak dapat membendung kesedihannya. Perlahan air matanya mengalir deras. Membuat pandangannya mengabur.“Gue nggak niat lukain lu, Rey. Tapi gue lelah. Gue lelah dicemburui, gue lelah dikekang, gue lelah dituduh tanpa bukti. Lu nggak pernah mau memahami gue. Dan sekarang entah kenapa gue lebih nyaman berada di dekat Airlangga. Walau dia kadang kasar, nyebelin, tapi dia bisa mengobati kerinduan gue sama Elang. Gue rindu Elang, gue cinta Lo, Rey. Tapi bodohnya, sekarang gue malah nyaman sama Airlangga. Rasanya ada yang kurang saat dia nggak ada. Tolol emang! Plin-plan!“ gerutunya pelan.Air mata Adeera tak berhenti mengalir dan berhasil mengambil alih atensi supir. Lelaki paruh baya itu menyodorkan kotak tisu. Adeera pun langsung menerimanya.“Makasih, Pak.““Sama-sama, Neng. Sok aja mau nangis mah, nggak usah malu-malu. Oh iya, kalau boleh Bapak kasih saran, sebaiknya Neng terima lelaki yang nerima Neng
Read more
Pedekate
“Serius kita temenan?“ tanya Elang, tak percaya.“Iya. Tapi kamu sendiri udah tau kan, aku udah ada pacar. Jadi kamu jangan macem-macem,“ kata Deera sambil menatap Elang sungguh-sungguh.“Em ... Macem-macem gimana maksudnya?“ Elang pura-pura tak paham.“Maksudmu, takutnya aku ganggu hubungan kalian? Begitu?“ sambungnya dengan perasaan tak karuan, karena jelas itu tujuannya. Ia mau merebut Adeera dengan cara elegan.“Heem ...“ Adeera tersenyum kaku, “ta-kutnya gitu.““Oh ... Kamu tenang aja, Deer. Kamu bukan tipeku. Tipeku cewek yang bohay tapi pake baju tertutup. Lagian aku sudah punya gebetan. Walau enggak pacaran, aku yakin kami berjodoh,“ sahut Elang dengan tatapan dalam. Mendengar hal itu, Adeera merasa pasokan oksigen di dadanya berkurang. Kriteria yang disebutkan Elang, jelas tak ada di dirinya. Ia yang sekarang bertubuh langsing cenderung kurus dan belum mengenakan pakaian tertutup.Adeera menghela napas kasar, balas menatap Elang dengan jantung yang berdebar kencang.“Kamu ng
Read more
Happy Milad, Adeera
Elang mengajak Adeera menghampiri pengurus panti. Walau canggung, Adeera menurut. Lalu senyumnya merekah saat pengurus panti menyambut dengan ramah.Bahkan pipinya terasa menghangat mendengar pertanyaan salah seorang dari mereka.“Ini calon istrinya, Nak?“Elang tak langsung menjawab. Malah melirik pada Adeera yang menahan grogi.“Bukan, Bu,“ jawabnya.Senyuman Adeera langsung sirna. Hatinya terasa seperti diremas. Entah kenapa, ia merasa kecewa dengan jawaban lelaki itu.“Belum jodoh, tapi insya Allah jodohnya Nak Elang.“Suara Ibu ketua panti membuat keduanya saling bersitatap untuk sesaat. Kemudian tertawa canggung.“Yaudah ayo masuk ke ruang tengah. Anak-anak sudah nunggu,“ lanjutnya.Mereka pun mengangguk, lalu mengikuti para pengurus panti yang sudah berjalan lebih dulu. Adeera mematung sejenak, melihat ruangan luas itu sud
Read more
Bertemu Reynan
“Bagaimana kalau kita main-main dulu, Deer?“ gumamnya pelan.Elang mengulas senyum menyeringai. Lalu dengan suara lembut ia membangunkan Adeera. Membuat gadis itu membuka mata dengan bibir mengerucut.“Suaramu mirip demit, Lang!“ celetuknya. Di saat itu juga ia baru menyadari sesuatu. Ia sudah sangat lancang memanggil sang bos dengan panggilan Elang. “Lancang Lu, Deer,“ gumamnya lirih. Matanya membeliak seketika melihat Elang yang menatapnya dengan mata memicing.“Kamu bilang apa barusan?“ tanya Elang.“Yang mana?“ Adeera tersenyum kaku.“Yang tadi. Apa kamu bilang? Suaraku mirip demit?“ Elang memastikan.Adeera mengangkat jari telunjuk dan jari tengah. Ia berusaha santai, walau sebenarnya gugup juga karena kini wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja.“Kita di mana?“ Adeera mencoba memecah kegugupan yang menyelimuti diri. E
Read more
Bertemu Herlan
“Sudah siap?“ tanya Adeera saat masuk ke ruangan Elang.“Sudah,“  jawab Elang sambil tersenyum tipis.“Hanya saja moodku lagi nggak baik,“ lanjutnya dalam hati.Hari ini mereka berdua ada agenda bertemu dengan klien baru yang bersinggungan dengan divisi Adeera.“Kamu kok kayak nggak semangat gitu?“ ujar Adeera sambil menatap wajah Elang yang tampak kuyu.“Emang nggak semangat. Klien yang ini sangat merepotkan dan manja. Modal sedikit aja banyak gaya. Pake pengen meeting di restoran mahal segala,“ jawab Elang sambil bangkit berdiri dan merapikan penampilan.“Harus semangat dong. Mereka punya banyak koneksi termasuk di bea cukai. Sayang banget kalau kita melewatkannya,“ sahut Adeera sambil tersenyum.“Iya, Ibu Adeera. Yaudah ayo!“Mereka pun langsung bertolak ke restoran di sebuah hotel bintang lima. Sepanjang perjalanan, mereka membahas rancangan pr
Read more
Bertindak
“Mixue?“Adeera yang tengah fokus pada layar komputer, terbelalak seketika saat sebuah cup dingin tiba-tiba menyentuh pipinya. Dengan cepat, ia mendongak dan memutar bola mata melihat Elang tersenyum cengengesan.“Dasar Jahil!“ umpatnya dengan bibir mengerucut.“Cepat ambil, mumpung masih dingin,“ kata Elang.Adeera terdiam sesaat. Memandangi eksrim itu dengan sudut bibir yang berkedut.“Ini buat aku?“ tanyanya. “Bukan, tapi buat kelinci!“ Elang menjawab ketus dan asal.Adeera sontak melotot dan merebutnya dengan segera.“Sayang banget kalo buat kelinci,“ katanya sambil mencicipi eskrim asal negeri Thailand itu.“Enak banget, dingin seger,“ katanya sambil memejamkan mata dan tiba-tiba saja bayangan Elang melintas di pikirannya.Ia ingat betul lelaki itu sering membawakan minuman serupa untuknya. Sejurus kemudian, air matanya menetes. Rindu itu semakin tumbuh subur di dalam hatinya. Walau ada Airlangga sang bos, tapi tetap saja tak mengurangi kerinduannya pada Elang.“Hei, kok malah na
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status