All Chapters of Menjadi Istri Pak Dosen: Chapter 51 - Chapter 60

Keesokan harinya mereka beraktivitas seperti biasanya seperti sebelum mereka bertengkar. Dan seperti biasanya juga Kenzo mimpi basah dan berakhir keramas subuh lagi. Saking seringnya Kenzo mimpi basah, sampai-sampai Ayana merasa sudah biasa melihatnya. Kali ini Kenzo memberi Ayana uang seratus ribu. Ayana pun menerimanya dengan senang hati.“Terima kasih, Mas,” ucap Ayana usai menerima uang itu dengan tersenyum.“Nanti kamu pulang jam berapa?” tanya Kenzo seraya menatap Ayana.“Jam satuan kayaknya, Mas,” jawab Ayana setelah mengingat-ingat jadwal kuliah hari ini.“Aku tunggu di ruang dosen. Nanti kita ke mal beli handphone baru,” ucap Kenzo lembut. Karena ponsel Ayana hilang, mereka pun tidak bisa saling menghubungi. Sebab itu ia meminta Ayana untuk datang ke ruang dosen.“Oke, Mas,” balas Ayana senang.Usai itu mereka berangkat ke kampus bersama. Ada keheningan di dalam mobil itu selama perjalanan menuju kampus. Ayana melamun memikirkan perkataan ibunya kemarin.Ibunya mengatakan ag

“Salah kamu sendiri kan, ngapain juga menutupi pernikahan kita? Jadi repot sendiri jadinya. Andai kamu mau mempublikasikan pernikahan kita, semua orang nggak akan mengira aku gay. Seharusnya kamu juga bangga dong punya suami dosen kayak aku,” sahut Kenzo sembari mengemudikan mobilnya keluar area kampus.“Sabar, Mas. Belum saatnya. Aku masih belum siap,” balas Ayana. Banyak kekhawatiran yang ia rasakan saat ini. Bisa saja ia bangga punya suami dosen, tapi usianya yang masih delapan belas tahun dengan status sudah menikah, ini lah yang membuatnya malu.“Kapan saatnya itu? Nunggu apa?” tanya Kenzo penasaran apa yang ada di pikiran Ayana.“Jatuh cinta sama kamu. Aku masih belum yakin kalau kita bisa hidup bersama sampai kita tua nanti,” jawab Ayana jujur. Kenzo memang baik dan Ayana tahu itu. Meskipun begitu, Ayana hanya menganggapnya seperti kakak yang menjaga adiknya, tidak lebih. Ayana suka Kenzo peduli dan selalu membantu dirinya. Namun, rasa cinta tidak pernah tumbuh di hatinya.Kenz

BAB 69“Iya, Mas. Nggak apa-apa,” balas Ayana sambil tersenyum. Kemudian ia menatap Kenzo yang tengah mengemudi di sampingnya. Tiba-tiba hatinya merasa sedih. Wajah Kenzo terlihat sangat lelah setelah seharian menemani dirinya jalan-jalan dan membelikan ponsel untuknya.Sesampainya di rumah Kenzo segera masuk ke dalam kamar lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia merasa sangat mengantuk saat ini. Ayana yang mengekor di belakang Kenzo pun menatap Kenzo sambil meletakkan tasnya di atas meja kerja Kenzo.Ayana membaringkan tubuhnya di samping Kenzo lalu memeluk tubuhnya dengan erat. Ia juga merasa lelah sekaligus senang hari ini.“Terima kasih, Mas,” ucap Ayana di samping telinga Kenzo yang baru saja memejamkan matanya. Kemudian ia mengecup pipi Kenzo sekilas dan tersenyum. Hatinya merasa sangat bahagia yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ia ingin berterima kasih pada Kenzo, tapi tidak tahu harus berbuat apa. Hanya peluk dan cium pipi yang berani Ayana lakukan pada Kenzo.

“Mas Kenzo masih ada kerjaan? Ini sudah mau jam sepuluh loh. Mas Kenzo nggak tidur?” Terdengar suara Ayana yang membuat Kenzo terkejut. Jantung Kenzo pun berdetak lebih cepat. Wajahnya tampak gugup.Kenzo mengurungkan niatnya untuk membuka pesan dari Mega. Ia meletakkan kembali ponselnya di atas meja lalu naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping Ayana.“Nggak ada. Tadi cuma ngecek email aja. Barangkali ada yang sudah mengumpulkan tugas,” balas Kenzo berbohong. Kemudian ia memiringkan tubuhnya lalu memeluk tubuh Ayana. Ia menyelipkan wajahnya di leher Ayana dan menghirup aroma tubuh Ayana.Tubuh Ayana menegang. Ia merasa geli ketika Kenzo mencium lehernya.“Mas!” panggil Ayana seraya menggelinjang karena ciuman Kenzo mulai turun mendekati dadanya. Tangan Kenzo juga tidak diam. Tangan itu sudah berhasil membuka kancing atas piama Ayana.“Mm,” sahut Kenzo dengan terus mencumbui Ayana. Tangannya pun masuk ke piama bagian punggung Ayana. Ia membelai punggung mulus Ayana dan henda

Pukul empat sore, Kenzo sudah selesai mengajar. Ia pun buru-buru meninggalkan kampus menuju apotek yang tidak jauh dari kampus. Karena apotek masih sangat ramai pembeli, Kenzo merasa malu. Akhirnya ia memutuskan menunggu sampai apotek agak sepi pembeli terlebih dahulu.Ketika tersisa satu orang pembeli, Kenzo segera mengutarakan maksudnya pada pegawai apotek untuk membeli kondom. Karena ini pertama kali baginya membeli barang semacam itu, ia pun bingung saat ditanya mau yang merek apa, jenis apa, isi berapa. Akhirnya ia pun memilih beberapa merek dan jenis sekalian untuk dicoba mana yang terbaik menurutnya.“Itu Pak Kenzo, kan?” ucap seorang gadis dengan pelan yang kebetulan hendak membeli obat di apotek. Ia sedang sakit flu parah. Karena itu ia tidak masuk kuliah dan akan membeli obat flu di apotek tersebut. Ia berdiri di samping Kenzo di depan etalase apotek hendak memesan obat. Sambil menunggu, ia melihat bungkusan keresek yang ada di depan Kenzo.‘Eh, itu kondom? Buat apa Pak Kenz