Tidak berapa lama kemudian, Kenzo datang dengan membawa dua gelas es coklat di tangannya.“Mas, aku mau lihat air mancur itu,” ucap Ayana sambil menunjuk air mancur yang ada di tengah alun-alun saat Kenzo baru saja duduk di sampingnya. Ia sangat tidak sabar karena ini pertama kalinya ia datang ke alun-alun Kota Malang. Beberapa waktu yang lalu Mario pernah mengajaknya, tapi ia menolak ajakan Mario.“Iya,” balas Kenzo lalu menyeruput es coklat miliknya dengan tenang. Ia sudah sering melihat air mancur itu. Karena itu ia tidak tertarik lagi dan tidak seantusias Ayana.“Ayo, Mas!” ajak Ayana sambil menarik tangan Kenzo.Meskipun enggan, tapi akhirnya Kenzo pun beranjak bangkit menuruti Ayana. Ayana terlihat sangat senang saat ini.“Mas, foto yuk!” ujar Ayana dengan wajah gembira.Kenzo pun mengeluarkan ponselnya lalu foto berdua dengan Ayana. Mereka mengambil beberapa foto di air mancur, di depan tulisan ALUN-ALUN KOTA MALANG, di tengah jalan depan masjid besar, dan spot-spot menarik lai
“Salah kamu sendiri kan, ngapain juga menutupi pernikahan kita? Jadi repot sendiri jadinya. Andai kamu mau mempublikasikan pernikahan kita, semua orang nggak akan mengira aku gay. Seharusnya kamu juga bangga dong punya suami dosen kayak aku,” sahut Kenzo sembari mengemudikan mobilnya keluar area kampus.“Sabar, Mas. Belum saatnya. Aku masih belum siap,” balas Ayana. Banyak kekhawatiran yang ia rasakan saat ini. Bisa saja ia bangga punya suami dosen, tapi usianya yang masih delapan belas tahun dengan status sudah menikah, ini lah yang membuatnya malu.“Kapan saatnya itu? Nunggu apa?” tanya Kenzo penasaran apa yang ada di pikiran Ayana.“Jatuh cinta sama kamu. Aku masih belum yakin kalau kita bisa hidup bersama sampai kita tua nanti,” jawab Ayana jujur. Kenzo memang baik dan Ayana tahu itu. Meskipun begitu, Ayana hanya menganggapnya seperti kakak yang menjaga adiknya, tidak lebih. Ayana suka Kenzo peduli dan selalu membantu dirinya. Namun, rasa cinta tidak pernah tumbuh di hatinya.Kenz
BAB 65Ruang dosen di Universitas Gardenia merupakan sebuah ruangan yang sangat luas. Di dalam ruangan itu terdapat ruangan-ruangan lagi untuk setiap dosennya. Masing-masing ruangan berukuran dua kali tiga meter dan terdapat nama dosen di setiap pintunya untuk memudahkan para mahasiswa yang ingin mencari dosennya. Di dalam setiap ruangan itu juga terdapat meja dan kursi untuk dosen dan mahasiswa yang bimbingan atau berkonsultasi. Ada juga almari untuk menyimpan dokumen dan tugas mahasiswa.Pukul satu kurang sepuluh menit. Di ruang dosen, Kenzo sedang menunduk menatap layar laptopnya di atas meja. Sambil menunggu Ayana, ia membuka situs ilmu pendidikan yang bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuannya.Tiba-tiba, terdengar suara ketukan di luar pintu ruangan Kenzo. Karena mengira itu adalah Ayana, Kenzo pun segera mematikan laptopnya dan berkata, “Masuk!”Sesaat kemudian, pintu didorong dan tampaklah seorang gadis di hadapan Kenzo. Kenzo mengangkat pandangannya dengan tersenyum
Keesokan harinya mereka beraktivitas seperti biasanya seperti sebelum mereka bertengkar. Dan seperti biasanya juga Kenzo mimpi basah dan berakhir keramas subuh lagi. Saking seringnya Kenzo mimpi basah, sampai-sampai Ayana merasa sudah biasa melihatnya. Kali ini Kenzo memberi Ayana uang seratus ribu. Ayana pun menerimanya dengan senang hati.“Terima kasih, Mas,” ucap Ayana usai menerima uang itu dengan tersenyum.“Nanti kamu pulang jam berapa?” tanya Kenzo seraya menatap Ayana.“Jam satuan kayaknya, Mas,” jawab Ayana setelah mengingat-ingat jadwal kuliah hari ini.“Aku tunggu di ruang dosen. Nanti kita ke mal beli handphone baru,” ucap Kenzo lembut. Karena ponsel Ayana hilang, mereka pun tidak bisa saling menghubungi. Sebab itu ia meminta Ayana untuk datang ke ruang dosen.“Oke, Mas,” balas Ayana senang.Usai itu mereka berangkat ke kampus bersama. Ada keheningan di dalam mobil itu selama perjalanan menuju kampus. Ayana melamun memikirkan perkataan ibunya kemarin.Ibunya mengatakan ag
“Sekarang gadis itu masih ada, Mas?” tanya Ayana setelah mendengar cerita Kenzo. Ia merasa cukup iba pada kisah Kenzo.“Ada. Dia juga ada di Universitas Gardenia. Sekarang sudah semester tujuh,” jawab Kenzo jujur. Ia tidak akan menutupi apa pun dari Ayana. Tadinya ia cukup senang ketika menikah dengan Ayana. Dengan begitu ia bisa memamerkan pada mantan kekasihnya kalau ia sudah menemukan pelabuhan cintanya. Namun, Ayana memintanya untuk merahasiakan pernikahan mereka dari orang-orang kampus.“Kamu pasti nggak bisa melupakannya kan, Mas?” tebak Ayana seraya menatap Kenzo. Ia sangat yakin Kenzo tidak akan bisa melupakan gadis itu karena masih satu kampus. Bukan tidak mungkin kalau mereka masih sering bertemu.“Kejadian ini sudah lama, Ay. Aku sudah melupakannya,” jawab Kenzo mengelak dan tidak berani menatap Ayana.Ayana menatap Kenzo yang tiba-tiba memalingkan muka darinya. Ia tahu Kenzo berbohong padanya. Gadis itu masih ada di hati dan pikiran Kenzo. Karena itu Kenzo tidak menjalin h
BAB 61‘Hehe. Kelemahan kamu pasti izin sama ayah, Ay,’ gumam Kenzo dalam hati.Ayana menggelengkan kepalanya pelan. Semangat menggebu-gebu yang sedari tadi terpancar di wajahnya, kini berangsur memudar dan redup."Kenapa kamu nggak mau tinggal di sini? Bagaimanapun kita sudah menikah. Sudah seharusnya tinggal bersama dan aku membiayai semua kebutuhan kamu," tutur Kenzo mulai melembut.Ayana menatap Kenzo dengan tatapan yang dalam.‘Dih! Apa dia nggak ingat kalau lagi marah? Aku nggak dikasih uang jajan dan ditelanjangi tanpa ampun,’ gumam Ayana dalam hati."Aku ...." Ayana menggantungkan kata-katanya. Ia ragu-ragu untuk mengatakan ini pada Kenzo."Kenapa?" tanya Kenzo penasaran."Aku ingin kita berpisah suatu hari nanti, Mas. Mulai sekarang, jangan memberiku uang lagi. Aku akan bekerja dan membayar kuliah dengan uangku sendiri," ucap Ayana serius dengan menatap Kenzo.Kenzo tercengang mendengar penuturan Ayana."Kenapa tiba-tiba ingin berpisah? Kamu ... ingin menikah dengan laki-laki