Menjadi Istri Pak Dosen

Menjadi Istri Pak Dosen

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-08-08
Oleh:  Sifa SyafiiBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
13Bab
22Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Tidak lama lagi Ayana akan lulus dari SMA. Ia pun dan teman-temannya berencana untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi di Yogyakarta. Namun, Pak Cahyo, Ayah Ayana tidak mengizinkan lantaran jarak yang jauh dan khawatir dengan pergaulan anak zaman sekarang. Hingga akhirnya kekhawatiran Ayah Ayana terpecahkan setelah mendengar curahan hati dari Pak Budi, teman kerja Pak Cahyo di sekolah. Pak Budi mengeluhkan Kenzo, anak laki-lakinya yang sudah berusia tiga puluh tahun , tapi tak kunjung menikah. Padahal kariernya sudah mapan menjadi dosen di dua universitas di Malang. Pak Cahyo pun berencana menikahkan Ayana dengan Kenzo. Dengan begitu ia tidak perlu khawatir lagi jika Ayana kuliah di luar kota. Maukah Ayana dinikahkan dengan Kenzo? Bagaimana kisah Ayana nanti?

Lihat lebih banyak

Bab 1

BAB 1

Ayana mengayuh sepeda dengan riang hati gembira menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan senyum terus tersungging di bibir mungilnya. Kecantikannya pun semakin bertambah ketika angin sepoi-sepoi berembus ke arahnya dan menerbangkan rambutnya.

Ayana baru saja pulang dari warnet bersama teman-temannya untuk mendaftar kuliah secara daring. Ia sudah tidak sabar ingin segera sampai di rumah. Ia hendak meminta uang pada ayahnya untuk membayar uang pendaftaran kuliah yang akan ia transferkan besok melalui bank.

“Assalamu’alaikum, Ayah ...!” sapa Ayana senang saat melihat Pak Cahyo duduk di teras rumah sambil mengudut rokoknya.

“Wa’alaikum salam. Dari mana kamu? Jam segini baru pulang!” tegur Pak Cahyo saat melihat putrinya baru pulang lantaran sudah pukul empat sore.

Ayana sempat tersentak kaget mendengar teguran ayahnya. Namun, sesaat kemudian ia tersenyum sambil memarkirkan sepedanya di halaman rumahnya. Setelah itu ia mendekat ke arah Pak Cahyo dan mencium punggung tangan sang ayah dengan takzim.

“Dari warnet, Yah .... Aku dan teman-teman baru saja mendaftar kuliah di Jogja,” jawab Ayana sambil duduk di samping ayahnya.

“Apa? Jogja? Kenapa kamu nggak minta izin Ayah dulu, Ayana?” balas Pak Cahyo marah. Ia pun segera membuang puntung rokoknya lalu menarik tangan Ayana dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

“Kenapa, Yah? Bukannya Ayah senang kalau aku kuliah biar bisa jadi guru kayak Ayah?” protes Ayana seraya menatap ayahnya.

“Bukan masalah kuliahnya, Ayana. Jogja itu jauh. Ayah nggak bisa ngawasi kamu!” balas Pak Cahyo lalu duduk di kursi ruang tamu. Ia sengaja mengajak Ayana masuk ke dalam rumah agar perdebatan mereka tidak didengar tetangga sekitar rumah.

Ayana mendengkus pelan mendengar penuturan ayahnya.

“Yah ..., aku sudah besar, Yah. Nggak perlu diawasi lagi. Toh aku nggak sendirian di sana. Banyak kok teman-temanku yang juga kuliah di sana,” tutur Ayana meyakinkan ayahnya. Ia masih sangat berharap agar sang ayah memberinya izin kuliah di Yogyakarta.

“Nggak boleh pokoknya! Kalau kamu mau kuliah, lebih baik yang dekat rumah saja. Biar Ayah bisa menjenguk kamu setiap saat di kost-an!” pungkas Pak Cahyo lalu pergi masuk meninggalkan Ayana.

Ayana mendesah pelan usai mendengar pintu kamar Pak Cahyo ditutup. Ia kesal karena ayahnya tidak memberi izin dirinya untuk kuliah di Yogyakarta. Padahal ia dan teman-temannya sudah berencana sejak lama untuk kuliah di Yogyakarta. Dengan begitu ia dan teman-temannya bisa jalan-jalan di jalan Malioboro setiap hari sepuasnya.

Tidak lama kemudian pintu ruang tamu dibuka seseorang dari luar. Ayana pun menoleh dan melihat sosok ibunya yang baru saja pulang dari arisan di rumah Bu RT.

“Assalamu’alaikum ...,” ucap Bu Retno.

“Wa’alaikum salam,” balas Ayana dengan wajah yang ditekuk.

“Kenapa kamu cemberut gitu?” tanya Bu Retno saat melihat ekspresi wajah Ayana. Kemudian ia menutup pintu ruang tamu kembali.

“Ayah nggak ngizinin aku kuliah di Jogja,” jawab Ayana lalu menghempaskan bokongnya di atas kursi empuk yang ada di belakangnya dengan kasar.

Bu Retno pun turut duduk di samping Ayana sambil mengusap punggung Ayana dan tersenyum.

“Jogja itu jauh, Ay. Ibu juga nggak bakal kasih izin kok kalau kamu mau kuliah di sana,” ucap Bu Retno dengan lembut.

Ayana semakin memajukan bibirnya karena tidak ada dukungan dari kedua orang tuanya.

“Ayah sama Ibu sama saja! Nggak bisa ngertiin perasaanku!” Ayana marah lalu bangkit dari duduknya dan pergi masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Bu Retno yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sikap anak gadisnya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
13 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status