All Chapters of Di Antara Dua Pilihan : Chapter 51 - Chapter 60

147 Chapters

Part 51 Permintaan Seorang Ibu 2

"Aku belum ngasih tahu papi dan mamiku." Shela menggeser piring yang masih menyisakan separuh makanannya. Selera makannya hilang seketika. Tubuhnya juga kehilangan berat badan. Wajahnya tampak kurus dan tirus."Apa perlu kita ke sana berdua untuk memberitahu?""Jangan, papiku masih dalam perawatan," tolak Shela. Daniel tahu kalau istrinya hanya berdalih saja. Papi mertuanya sudah sehat. Waktu hari raya bapak mertuanya baik-baik saja. Shela yang lebih dulu meninggalkan meja makan. Pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua. Sebelum berganti pakaian, mematung lama di depan cermin meja rias. Memperhatikan dirinya dengan segenap penyesalan yang sia-sia. Namun hanya diam dan menyesali saja tidak akan membuat Daniel mengurungkan niatnya untuk bercerai. Dia harus melakukan sesuatu. Menemukan siapa perempuan itu. Yang bisa saja akan menjadi pengganti dirinya setelah mereka bercerai nanti.Lion sudah tidak bisa diharapkan lagi. Mantan kekasihnya itu tetap saja bren-gsek seperti dulu. Menyesal
Read more

Part 52 Keputusan Seorang Laki-laki 1

Hening. Marisa telah terlelap, sedangkan Aksara masih terjaga. Menatap langit-langit kamar dengan perasaan carut marut. Bagaimana dia harus memberitahu istrinya? Takut juga jika diberitahu sekarang bakalan terjadi sesuatu dengan kandungannya.Diperhatikan wajah ayu sang istri, juga perutnya yang tertutupi selimut. Beberapa bulan ke depan perut itu akan membulat besar, genap usia akan lahirlah anak mereka. Momen yang selalu ditunggu oleh pasangan yang menikah. Dengan bangganya dia akan dipanggil ayah.Aksara beringsut turun dari pembaringan. Keluar kamar dan mendapati bilik mamanya terkuak sedikit. "Ma," panggil Aksara pelan di ambang pintu."Masuklah, Sa. Kamu belum tidur?"Aksara masuk dan duduk di ranjang sang mama setelah menutup pintu. "Bagaimana?""Besok malam sepulang kerja aku akan menemui Pak Kyai, Ma. Persoalan ini nggak bisa dibiarkan lama-lama. Aku nggak mau mengulur waktu. Khawatir saja kalau mereka mengira aku setuju. Sama sekali aku nggak punya keinginan untuk memilik
Read more

Part 53 Keputusan Seorang Laki-laki 2

Diam sesaat. Marisa bicara sambil menunduk, karena tak sanggup menatap pria yang sangat dicintainya. Mungkin hari ini masih miliknya, entah dengan esok lusa."Aku nggak akan menghalangi jika Mas setuju. Jangan jadikan kehamilan ini untuk mengasihaniku. Kita bisa berpisah baik-baik. Daripada memaksakan diri berpoligami yang justru akan menyakiti suatu saat nanti. Mas, bisa saja jatuh cinta pada Mbak Hafsah dikemudian hari. Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Aku dan Mbak Hafsah bagai langit dan bumi. Kami bukan dari kalangan yang sama. Aku nggak akan menang darinya."Aksara menatap wanitanya tanpa menyela ucapannya. Biar Marisa mengungkapkan dulu apa yang bersemayam dalam hati. Tatapan mata Marisa menerawang, memandang langit dalam selimut awan putih laksana gumpalan kapas. Berarak pelan ke satu arah. Mana pernah masalah poligami terpikirkan dalam hidupnya. Dia pernah menghindari menjadi istri kedua dari bos yang merayunya. Karena tidak ingin menyakiti hati wanita lain. Namu
Read more

Part 54 Bertemu Pak Kyai 1

"Maafkan Mas, karena membuatmu banyak pikiran dan mengalami pendarahan." Aksara menggenggam jemari istrinya. Sorot matanya penuh rasa bersalah. Marisa tersenyum samar. Bibirnya yang biasa merona terlihat pucat."Mas, udah ngasih tahu mama belum kalau kita berada di Malang sekarang?""Belum. Sebentar lagi mas telepon. Mas mau mastiin dulu kamu baik-baik saja.""Mas, kabari mama dulu. Nanti beliau nungguin kita pulang. Kan udah janji kalau malam ini Mas mau menemui Pak Kyai."Aksara mengangguk. Diambilnya ponsel dari dalam saku celana. Namun dua kali menelepon panggilannya tidak dijawab. Akhirnya dia mengetik pesan untuk mamanya dan langsung terlihat dua centang biru. Namun tidak langsung dijawab atau pun di telepon balik.Karena rumah mereka bukan di Malang, dokter menyarankan supaya Marisa rawat inap sampai ada kondisinya pulih dan pendarahannya berhenti. Khawatir jika dalam perjalanan pulang ke Surabaya nanti justru janinnya mengalami goncangan dan kembali mengalami pendarahan yang
Read more

Part 55 Bertemu Pak Kyai 2

"Halo, Assalamu'alaikum, Ma.""Wa'alaikumsalam."Aksara berdiri dari bangku kantin, ia melangkah ke luar agar ucapannya tidak terdengar oleh pengunjung yang sedang ada di sana."Aku sekarang di Malang, Ma. Bersama Marisa.""Bagaimana keadaan Risa? Kandungannya gimana?" Nada khawatir terdengar dari ucapan sang mama. Aksara menceritakan kenapa dia dan Marisa bisa berada di Malang saat itu. Sang mama begitu sedih saat mendengar sang menantu mengalami pendarahan."Aku belum bisa pulang malam ini, Ma. Tapi setelah sampai rumah besok atau lusa, aku akan segera menyelesaikan permasalah ini dengan Pak Kyai.""Pastikan Marisa benar-benar sehat, Sa. Semoga kehamilannya bisa di selamatkan." Suara Bu Arum terdengar bergetar."Aamiin, doakan saja, Ma.""Pasti mama doakan."Selesai menerima telepon, Aksara mengambil pesanan dan kembali ke kamar perawatan. Saat masuk, ia melihat Marisa tengah memejam. Pelan-pelan diletakkannya kresek makanan di atas meja. Aksara duduk di kursi sebelah brankar.Keti
Read more

Part 56 Harga Diri 1

Bu Haji kaget melihat Aksara bersama suaminya di ruang tamu. Wanita itu duduk di sebelah Pak Kyai setelah menyambut uluran tangan Aksara.Hati bertanya-tanya dengan maksud kedatangan Aksara. Namun perasaannya juga tak enak saat melihat wajah sang suami dengan kening berlipat dan sorot mata tak bersahabat."Apa yang Ummi minta pada keluarganya Aksara beberapa hari yang lalu?" tanya Pak Kyai pada Bu Haji. Masih dengan nada sabar."Apa pantas Ummi nyodorin anak perempuan kita pada pria beristri yang nggak ada niat berpoligami?" sambung Pak Kyai sebelum Bu Haji menjawabnya.Bu Haji tampak kebingungan dan takut melihat suaminya. Aksara yang duduk di sana, tenang memperhatikan Pak Kyai yang berusaha meredam amarahnya. Berusaha tetap menjaga maruah istrinya di hadapan Aksara meski amarah meletup dalam dada. Supaya para pekerja di rumahnya juga tidak mendengar percakapan mereka."Aksara, tidak bersedia poligami. Dia menolak permintaan Ummi. Abah salut padanya, dia jujur nggak akan mampu berba
Read more

Part 57 Harga Diri 2

Saat hendak mengambil motor di bawah pohon Mangga, tanpa sengaja Aksara bersitatap dengan Hafsah yang berdiri di balik jendela kamarnya. Tatapan mata gadis itu sayu dan detik selanjutnya, Hafsah mundur ke belakang. Sedangkan Aksara segera menstater motor dan pergi dari sana.Di ruang tamu, Pak Kyai dan Bu Haji masih duduk dan diam. Wajah lelaki sepuh itu menampilkan guratan kemarahan."Abah nggak habis pikir dengan tindakan, Ummi. Sungguh memalukan. Bisa-bisanya menyodorkan anak gadis kita satu-satunya pada orang yang pernah menolaknya. Apa yang ada dipikiran kalian ini. Di mana harga diri dan martabat kita?" Pak Kyai berkata melampiaskan kekecewaannya. Wajahnya penuh rona amarah."Ummi nggak akan bertindak kalau nggak mendapatkan dorongan dan persetujuan dari Hafsah, Bah. Hafsah sangat mencintai Aksara dan ummi yakin kalau Hafsah nggak mungkin dzolim pada Marisa.""Tapi apa Ummi sadar kalau perbuatan kalian bisa menyakiti hati seorang istri? Ummi dengar, kan? Kalau Marisa mengalami p
Read more

Part 58 Luka 1

Marisa menarik tangannya dari genggaman Aksara. Dadanya terasa sesak mendengar pertanyaan singkat tadi. Satu kalimat laksana sayatan yang melukai. "Mas menuduhku?" tanya Marisa dengan suara serak."Nggak, Sayang. Maaf, mas mungkin salah bertanya." Aksara merasa bersalah.Marisa tersenyum getir. "Mas, sepertinya memang belum mengenaliku." Wanita itu beringsut ke belakang. Kakinya naik ke atas tempat tidur, kemudian berbaring miring membelakangi sang suami sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Air mata mengalir tanpa henti membasahi bantal.Aksara serba salah. Dia bangkit, memutari ranjang, dan duduk tepat di depan istrinya. "Maafkan mas. Mas nggak bermaksud menuduhmu." Aksara bicara sambil mengusap air mata yang mengalir melewati pangkal hidung istrinya. "Aku mau tidur, Mas," tolak Marisa menepiskan tangan sang suami. Hatinya terasa sangat perih. Ingin rasanya dia marah, berteriak kenapa sampai hati Aksara memiliki pemikiran seperti itu padanya. Aksara tidak menuduh, tapi p
Read more

Part 59 Luka 2

Hingga jam istirahat untuk makan siang, Marisa tidak melihat Daniel datang ke kantor. "Ar, aku nggak lihat Pak Daniel masuk kantor hari ini?" tanya Marisa ketika mereka duduk di kantin dan menikmati makan siangnya."Kamu belum tahu, ya, kalau Pak Daniel hendak bercerai dengan istrinya," jawab Ari lirih. Membuat Marisa terperanjat. "Kamu serius?"Ari mengangguk."Kenapa cerai, selama ini mereka terlihat baik-baik saja.""Mana tahu kita permasalahan rumah tangga mereka, Ris.""Apa Pak Daniel selingkuh?" tebak Marisa. Dengan dasar karena lelaki itu pernah merayu dan hendak menjadikannya istri kedua.Ari mengangkat bahu tanda tidak tahu. "Alasannya masih menjadi rahasia. Nggak ada satu orang pun yang tahu. Tapi kalau Pak Daniel yang selingkuh, kenapa bukan istrinya yang menggugat cerai? Justru Pak Daniel sendiri yang lebih dulu mengajukan gugatan ke pengadilan. Apa mungkin istrinya yang selingkuh ya, Ris?""Masa', sih?""Bisa jadi. Kita nggak tahu permasalahan mereka. Walaupun punya sua
Read more

Part 60 Home Sweet Home 1

Daniel memperhatikan Marisa hingga wanita itu beranjak pergi dari sana setelah menerima telepon. Mungkin suaminya sudah menjemput. Kini ia masih diam menatap pada bangku semen yang telah kosong di bawah sana. Iri dengan kebahagiaan Marisa dan Aksara. Beruntung sekali laki-laki itu mendapatkan Marisa. Pasangan muda yang sebentar lagi menimang cahaya mata.Dulu ia dan Shela juga pernah merasakan fase yang sama. Mengecap kebahagiaan hingga beberapa tahun pernikahan. Ketika anak-anak mulai sekolah, dirinya sibuk dengan pekerjaan, dan Shela mulai bosan diam di rumah. Kemudian mencari kesibukan di luar, komunikasi yang lemah, perselingkuhan, dan akhirnya membuat hubungan mereka sekarang bagai berada di ujung tanduk.Ditariknya napas dalam-dalam. Meraih gagang cangkir disebelahnya dan meneguk habis kopi hitam yang tinggal separuh. Kalau bukan karena anak-anak, rasanya enggan dia pulang ke rumah. Kadang melihat wajah kedua anaknya timbul rasa bersalah. Kenapa dirinya tidak bisa memaafkan ma
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status