Marisa kaget saat dipanggil dan ditawari pulang bareng. Pak Kyai yang duduk di samping sopir melambaikan tangannya. "Ayo!"Sepersekian detik, pikiran Marisa berpikir cepat. Dilema. Mesti diterima atau di tolak. Kalau diterima, dia merasa canggung karena ada Bu Haji dan Hafsah yang diam saja. Meski terlihat tak apa-apa, tapi Marisa yakin semua belum baik-baik saja. Walaupun tak terlihat, ada tirai tipis yang terbentang di antara mereka. Namun jika ditolak, sungguh tak enak hati juga. Akhirnya Marisa berdiri menghampiri mobil. Tersenyum dan mengangguk pada Bu Haji dan Hafsah, kemudian menangkupkan tangan pada Pak Kyai. "Maaf, Pak. Terima kasih banyak, tapi saya nggak bisa ikut. Maaf, banget!" sesal Marisa. Sungguh tak enak hati menolak tawaran laki-laki baik itu."Kamu dijemput?" tanya Bu Haji.Bohong kalau Marisa bilang iya, karena Aksara memang tidak bisa menjemput sore itu. Tapi dia kesulitan mencari alasan. Marisa hanya bisa tersenyum. "Beneran kamu dijemput?" tanya Pak Kyai.Mari
Baca selengkapnya