All Chapters of CEO Dingin Itu Ayah Anakku: Chapter 1 - Chapter 10
404 Chapters
Pertemuan Tidak Terduga
“Hei, ini lift khusus karyawan! Office Girl cuma boleh lewat tangga atau lift barang. Sana jauh-jauh!” Mendengar hal itu, Berlian langsung buru-buru mundur dan menyingkir, memberikan jalan agar kedua pegawai perempuan yang menegurnya tersebut bisa lewat. Wanita dengan seragam biru dongker tersebut bisa melihat orang yang tadi menegurnya mencibir tidak suka dan bahkan menutup hidungnya ketika ia melewati Berlian. “Lagian, harusnya sadar dong kalo naik lift karyawan, yang ada situ malah bikin liftnya bau dan nggak nyaman!” Sekali lagi, Berlian tidak bisa melakukan apa pun dan hanya bisa tersenyum sopan tanpa melawan hinaan mereka. Toh dirinya juga salah. Sebelumnya, Berlian tidak pernah bekerja sebagai office girl dan ini baru hari ketiganya bekerja di gedung perusahaan megah ini. Salahnyalah kurang menyadari posisi terbarunya. Lagi pula, setelah dipecat dari pekerjaan lamanya, tidak mungkin ia melakukan kesalahan yang akan membuat dirinya kehilangan pekerjaan lagi padahal ada sang
Read more
Sosok Yang Berubah Dingin
“Kamu?”Seketika tubuh Berlian kaku saat melihat sosok pria yang begitu amat sangat ia rindukan. Seseorang yang sejak lama menghilang dan membuat ia frustasi selama ini. Tubuh tegap itu memang tidak berubah, masih sama dengan yang ia kenal dulu.Ia tidak pernah menyangka jika Jonathan adalah sosok pimpinan di perusahaan tempat ia bekerja. Pria itu menghilang dan tidak ada kabar setelah perpisahan sekolah. Namun, sepertinya tidak hanya Berlian yang terkejut, melihat dari sepasang mata pria itu yang sempat melebar melihat Berlian di hadapannya.Akan tetapi, wanita di samping Jonathan tampaknya tidak menyadari hal tersebut karena tidak bisa menahan emosi. “Kamu bisa bekerja enggak sih?” hardik Alea. “Bagaimana bisa kamu meletakkan ember ini di depan ruangan CEO?”“Ma-maaf, Nona. Saya—““Halah! Apa kata maaf saja bisa membuat bajuku kering?” potong Alea lagi. Suara Alea yang kian meninggi membuat Berlian hanya bisa menunduk. “Kamu lihat tidak kalau bajuku basah? Ini mahal! Gajimu gak aka
Read more
Kecerobohan Membawa Petaka
"Ma, kok Diam saja?" tanya Cinta lagi.Berlian terkejut mendengar pertanyaan Cinta yang mungkin begitu sulit di jawabnya. Namun, ia sadar perlahan anak itu akan bertanya ke mana ayahnya. Berlian pun harus bisa menjelaskan dengan baik agar anak seusia Cinta bisa memahami kondisi yang di alami ibunya.“Ma, kenapa Cinta enggak punya ayah?” tanya Cinta lagi.Berlian sedikit gugup, ia bingung harus memulai dari mana. Ia hanya takut Cinta tidak paham dengan apa yang akan dijelaskan olehnya. Usia Cinta masih terlalu kecil untuk paham dengan kondisi kedua orang tuanya.Wajah Cinta terlihat sedih, putrinya menunggu penjelasan darinya. Perlahan Berlian mengelus pucuk rambut Cinta dan mengajaknya duduk.“Sayang, kamu punya ayah juga kok. Hanya saja kondisi kita tidak bisa seperti teman-teman kamu,” ujar Belian pelan.“Maksud Mama apa? Cinta sama seperti mereka, punya ayah juga. Kenapa enggak bisa bersama?”Berlian bergeming sesaat, ia memutar otak untuk menemukan kalimat tepat untuk sang anak. Ti
Read more
Kesalahan Terus Menerus
"Astaga, Mbak!" pekik Berlian. Berlian berlari menghampiri perempuan yang terjatuh dari tangga itu. Untung saja ia bisa menahannya walau sepertinya kaki karyawati itu terkilir. "Mbak, enggak apa-apa?" tanya Berlian. "Heh, bodoh sekali kamu masih bertanya seperti itu? Aww … bantu aku bawa ke ruang kesehatan!" titah perempuan itu."Eh, iya." "Aduh, gara-gara kamu kaki saya terkilir. Apa kamu enggak masang papan peringatan hah, awas saja setelah ini saya laporkan kamu ke HRD." Keterkejutan Berlian hampir saja membuat perempuan itu jatuh kembali. Namun, ia kembali seimbang. "Ada apa ini?" Berlian menoleh dan langsung kaget melihat Jonatan dan dia asistennya berada di tangga darurat."Pak Jo, tolong saya. Dia ceroboh mengepel tidak memberikan papam peringatan." "Bantu dia ke ruang kesehatan!" titah Jonathan."Baik, Pak."Berlian bergeming melihat dua asisten Jonathan membopong wanita itu. Dalam hatinya begitu cemas jika ia kembali di keluarkan dari pekerjaannya karena secara langs
Read more
Kejadian Masa Lalu
"Saya bicara sama kamu Berlian Putri." Berlian mengangkat kepala saat Jonatan memanggil nama lengkapnya. Tatapan itu begitu dingin dan tajam. Seolah-olah Berlian melakukan kesalahan besar yang sangat sulit memaafkan. keraguannya masuk ke ruangan sang bos kini terjadi. Hal yang sangat ia hindari adalah berada dalam satu ruangan berdua dengan pria itu."Sa–saya hanya takut salah menjawab saja, Pak. Maaf sekali lagi kalau saya salah." Kalimat itu terbata-bata ke luar dari mulut Berlian. Ia ragu dan cemas saat berhadapan langsung dengan pria itu apalagi tatapan tajam penuh dendam dari sorot mata Jonatan."Takut salah menjawab atau memang kamu takut karena kamu membuat kesalahan di masa lalu." "Kesalahan di masa lalu?" Berlian sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Jonatan. Bukan dirinya yang melakukan kesalahan, tapi pria di hadapannya yang menghilang begitu saja. Kenapa malah dirinya yang di salahkan pikir Berlian."Jangan berlaga lugu, wajah saja terlihat sangat
Read more
Meremas Hati
Jemari tangan Jonatan terus mengetuk meja bergantian. Ia masih saja memikirkan betapa bodoh dirinya saat tahu Berlian sudah memilik anak dan membayangkan dirinya mencari dan menunggu kekasihnya itu lalu berharap bisa kembali sampai ia menolak semua wanita. “Sialan kamu Berlian. Siapa yang berani menikahimu, akan kubuat hidup kalian menderita.”Jonatan kembali teringat ucapan sang ibu. Lima tahun lalu sebuah fakta yang harus ia terima walau sangat berat.“Wanita itu meminta sejumlah uang. Mungkin dia akan menikah dengan pria lain, Mama memang tidak suka dengan dia, lalu dia meminta sejumlah uang agar dia bisa pergi dari kamu.”“Berlian tidak seperti itu.” Jonatan membantah ucapan sang ibu.Lamunannya terhenti saat Alea tanpa mengetuk pintu datang masuk ke ruangannya. “Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?” tanya Jonatan.“Ya ampun Sayang, kita akan menikah. Masa aku harus mengetuk pintu atau izin masuk sama calon suami aku. Enggak mungkin, kan?” Alea sudah duduk manis di hadapan J
Read more
Kehilangan Banyak Darah
“Ke—kecelakaan?”Bibir Lian bergetar, ia pun langsung mematikan ponsel dan berlari mengambil tas dan izin pada Bu Hera. Berita paling mengejutkan dan membuat cemas dirinya yang sedang bekerja. “Anak saya kecelakaan Bu Hera. Tolong, izinkan saya untuk pulang,” pintanya dengan memohon. “Belum waktu untuk pulang, bisa nanti.” “Saya mohon, anak saya sakit, Bu.” Berlian kembali memohon walau sepetinya Bu Hera tidak mengizinkannya.“Ini perusahaan bukan milik nenek moyang kamu, biar saja saudara kamu yang mengurus.” Tidak bisa diam saja, ia memohon dan meminta izin pun tidak di izinkan untuk pulang. Berlian pun keluar, ia bertekad ke rumah sakit karena tidak mau terjadi hal yang tidak diinginkan. Melihat ruangan sepi, ia pun gegas mengambil tas dan pergi tanpa izin.“Aku enggak peduli jika kembali di pecat.” Berlian melangkah menuju lift barang dan berharap tidak ada yang melihatnya. Ia takut malah nanti di tahan karena memang menunggu jam pulang. Saat sampai di lobi, Berlian l
Read more
Pria Baik Hati
“Golongan darah aku O, kebetulan sekali bukan. Suster silakan ambil darah saya,” ujar pria yang baru datang. Pria itu terlihat sangat berkarisma dan tampan. Dengan jas berwarna hitam juga kemeja putihnya memperlihatkan jika dia bukan pria biasa-biasa saja. Berlian menatap pria itu lalu melirik ke arah Bu Raya. Seolah-olah ia bertanya siapa pria itu yang datang langsung mendonorkan darahnya. “Dia Pak Arnold, yang menabrak Cinta. Pak, ini Berlian ibunya Cinta.” Bu Raya memperkenalkan pria itu. “Saya Arnold, Mbak Berlian saya meminta maaf karena keteledoran sopir saya. Kami pun tidak tahu tiba-tiba Cinta berlari tiba-tiba dan terhantam mobil saya,” ujar Arnold. Berlian bergeming ia tidak tahu harus bagaimana sedangkan pria di hadapannya adalah orang yang hampir merenggut nyawa anaknya. Namun pria itu pun ingin mendonorkan darahnya, jika menolak pun dirinya tidak akan memiliki uang untuk membeli sekantong kantung darah. “Pak Arnold sudah mengurus semua administrasi, juga untuk operas
Read more
perasaan Cemas
“Perusahaan yang sangat kejam, seperti pemimpinnya. Dingin dan tidak memiliki perasaan.” Berlian bergumam sendiri. Ia terus memakai karena masih kesal dengan penolakan dirinya pulang cepat.Akhirnya kondisi Cinta sudah membaik, anak perempuan itu pun sudah sadar dari tidurnya. Namun, Cinta masih merengek kesakitan, mungkin badannya yang terasa sakit dan remuk. “Kepala aku sakit,” ujar anak itu. “Yang mana Sayang?” Berlian menghampiri dan mengelus rambutnya. Melihat kondisi sang anak, mana bisa ia tega tidak cepet ke rumah sakit dan tetap bertahan di kantor demi orang-orang jahat sepeti mereka pikir Berlian. Cinta menunjukkan kalau kepalanya sakit, lalu tangan dan kaki. Mungkin wajar karena ia terpental saat tertabrak. Bersyukur masih bisa selamat. “Cinta enggak mau lari-lari lagi. Ma, Cinta janji.” Cinta menangis sesenggukan karena mengingat kecelakaan itu. “Iya, Sayang. Kamu tenang saja. Insyaallah kamu akan baik-baik saja.” Berlian mencoba menenangkan sang anak. Melih
Read more
Harapan Tak Sesuai Kenyataan
“Aku sudah katakan jika belum siap. Kenapa kalian terus memaksa?” Tidak menyangka kali ini Jonatan begitu marah dan bicara langsung di hadapan keluarga Alea. Mereka semua terkesiap melihat pria yang selama ini diam kini bersuara dan begitu tegas. “Sayang, tenang.” Bu Santi Ibunya Jonatan menenangkan anak mereka. Emosi Jonathan masih tidak stabil, saat pulang ia menghadap masalah yang baginya tidak penting. Pernikahan yang sejak lama ia hindari malah semakin menjadi-jadi. Keluarga Alea begitu gencar ingin menjodohkan mereka apalagi mempercepat pernikahan keduanya.“Jo, jangan bersuara tinggi,” tegur sang ayah. “Aku sudah mengatakan berulang kali, tapi kalian tetap saja memaksa. Apa tujuan kalian melakukan hal ini?” Keluarga Alea bergeming, mereka tak bisa menjawab pertanyaan dari Jonatan. Raut wajah ayah Alea pun menahan emosi, hanya dia tak mau menunjukkan jika dia memang begitu emosi. “Lebih baik kita batalkan saja pernikahannya ini,” ujar Pak Ibnu. “Silakan. Itu lebih
Read more
PREV
123456
...
41
DMCA.com Protection Status