All Chapters of FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU: Chapter 101 - Chapter 110
126 Chapters
BAB 65B
|Ma, Bakda ashar datang ke rumah ya? Ada syukuran kecil-kecilan. Ternyata yang beli rumah Mas Bian itu adalah Mas Reza, Ma. Nia juga nggak nyangka jika dia menghadiahkan rumah ini untuk Nia dan Irena| Kukirim pesan itu untuk mama. Ibu dan Mas Fano pun cukup kaget saat aku mengabarkan soal ini pada mereka. Bahkan Mas Fano sempat menghubungi temannya untuk menanyakan soal itu. Masih teringat ucapan Mas Fano kemarin saat dia baru saja menelpon Mas Irfan. "Ternyata Irfan memang disuruh Reza untuk menyembunyikan ini dari kita, Nia. Dari awal dia ingin memberikan kejutan untukmu. Romantis juga dia," ucap Mas Fano kemarin sembari tertawa lebar. "Tak hanya romantis, Mas. Dia juga perhatian, tanggungjawab dan sayang sama Irena," balasku kemudian. Aku dan Mas Fano pun sama-sama tertawa. |Rumah kamu dan Bian dibeli Reza sebagai hadiah perkawinan kalian?|Balasan dari mama cukup mengagetkan. Sesuai dugaan, mama juga kaget mendengar cerita dariku. Mas Reza berhasil membuat semua orang terkeju
Read more
BAB 66A
Pov : BianAku memikirkan banyak hal, terutama soal rumah tanggaku dengan Irena. Istikharah pun sudah kulakukan berkali-kali. Tak ingin kembali sakit hati, akhirnya kuputuskan untuk mengakhiri hubungan tak jelas ini. Berpisah dengan Irena sudah menjadi keputusan bulat.Cinta yang dulu mekar dan bersemi justru semakin hilang ditelan waktu. Dia telah menipuku, bagaimana mungkin aku terus mengalah dan menghujaninya dengan cinta? Kuucap salam sembari menata sepatu di rak setelah sampai di teras rumah. Terdengar langkah kaki Irena dengan terburu ke arahku. Pintu terbuka, perempuan yang setahun terakhir kunikahi itu pun tersenyum ceria saat melihatku membawa sekotak kado. Seperti yang sudah kurencanakan sebelumnya, aku akan pulang memberinya kado sembari meminta tanda tangan itu. Dia pasti tak akan berpikir panjang dan asal tanda tangan setelah melihat isi kadonya. "Mas, aku nungguin dari pagi loh. Kamu simpan dokumen itu nggak?," tanya Irena dengan tatapan curiga. "Ada di kamar. Mung
Read more
BAB 66B
Kuhela napas panjang setelah berhasil mendapatkan tanda tangan Irena. Semua rencana beres. Berkas itu pun segera kumasukkan ke dalam tas lalu mengambil kado lain yang memang sudah kusiapkan semuanya. Aku yakin Irena nggak akan curiga."Ini apa, Mas?" tanya Irena lagi saat kuberikan kotak kecil itu padanya. Wajahnya semakin berbinar. Andai dia menghargaiku sebagai suami, aku tak mungkin mengambil keputusan untuk berpisah dengannya. "Buka aja." Irena mengangguk lalu buru-buru membuka kadonya. Kedua matanya membola saat melihat isi kado itu. "Cincin?" "Iya, Sayang. Sengaja kubelikan itu karena kalung dan cincin yang kubelikan dulu sudah kamu jual, kan? Kamu pakai buat apa Mas juga nggak tahu.""Iya, Mas. Sudah kepakai buat makan sehari-hari. Sudahlah, nggak perlu terlalu dipikir pusing. Yang penting sekarang sudah kamu ganti yang baru. Mimpi apa aku semalam bisa mendapatkan kejutan dobel seperti ini. Sayang banget sama kamu kalau selalu kasih kado begini, Mas," ucap Irena spontan. D
Read more
BAB 67A
Pov : BianTiga hari di rumah membuatku benar-benar tak betah. Aku sengaja pulang saat jam makan siang, tapi Irena tak pernah ada di rumah. Telponnya pun tak aktif. Entah di mana dia. Bukankah seorang istri harusnya selalu izin suami saat dia keluar rumah? Namun Irena benar-benar berbeda. Bahkan dia pergi sesuka hatinya. Tak peduli statusku sebagai suami. |Bi, kamu di mana sekarang?|Pesan dari mama membuatku beranjak dari sofa. Biasanya kalau tanya begini, mama ingin bertemu atau ada sesuatu yang diinginkannya. |Di rumah, Ma. Tadi ada meeting sekitar sini, jadi sekalian mampir ke rumah ambil sesuatu. Ada apa, Ma?| Kukirimkan balasan untuk mama. Aku khawatir mama memikirkan tentang rumah tanggaku bersama Irena. Meski aku tak menceritakan semuanya, tapi aku yakin mama tahu kalau pernikahanku dengan Irena memang tak bahagia. Tak selang lama mama mengirimkan beberapa foto padaku. Tampak Rizqi bersama laki-laki itu tengah sibuk belanja jaket di sebuah mall. Foto-foto berikutnya munc
Read more
BAB 67B
Mas, buat apa uang segini?" tanya Iren sembari memperlihatkan lembaran uang yang baru saja diambilnya dari Atm. Aku tak terlalu peduli dengan pertanyaannya. Tak membalas, fokus melepas kaos kaki dan sepatu lalu menatanya di rak. Irena kembali mengejar dan mencecar dengan berbagai pertanyaan. Dia mengikutiku duduk di sofa ruang tengah. Entah mengapa aku benar-benar jengah dengan segala sikapnya. "Kenapa bulan ini kamu kasih uang segini, Mas? Biasanya juga lima kali lipat dari ini. Itu pun nggak cukup buat sebulan," sentak Irena kemudian. Seperti biasa, dia mulai menguji emosiku. "Berapapun nggak bakal cukuplah, karena kamu habiskan dengan laki-laki itu," balasku santai sembari menyandarkan punggung ke sofa. Irena mendelik seketika. Kuperhatikan wajahnya mulai memerah ketakutan. Entah alasan apalagi yang akan dia berikan, sementara aku sudah mengetahui semua kebusukan yang dia simpan selama ini. "Ma--maksudmu apa, Mas?" tanyanya mulai sedikit melunak. Aku menoleh lalu menatapnya le
Read more
BAB 68A
Pov : BianIrena masih menangis di kamarnya saat aku sampai di depan pintu sembari menyandarkan punggung ke bingkai pintunya. Dia menoleh sekilas lalu kembali menatap koper di atas ranjang. Koper yang agak berdebu saking lamanya tak tersentuh. "Setega itu kamu sama aku, Mas," lirihnya sembari terus menyeka bulir-bulir bening yang menetes di kedua pipinya. "Kamu juga tega mengkhianati cinta tulus yang kuberikan selama ini," balasku santai meski gemuruh dalam dada masih tetap terasa. "Itu karena kamu tak memberikan kasih sayang sepenuhnya pada Rizqi." Irena mulai beralibi, padahal jelas mereka merencanakan semua ini sejak awal. Aku yakin itu. "Kamu tak pernah bisa melupakan Dania bahkan selalu mengingatnya dalam mimpimu. Kamu sering kali mengigau nama dia. Jadi, jangan salahkan aku bila sesekali bertemu dengan Zaky. Toh alasannya sudah jelas, aku hanya ingin anakku mendapatkan kasih sayang dari seseorang yang seharusnya dia panggil ayah. Apa aku salah?" Perempuan itu menoleh sembar
Read more
BAB 68B
Tiga hari sudah Irena pergi. Aku juga tak tahu dia kemana. Rumah terasa sepi. Tak seperti biasanya yang cukup berisik dengan suaranya, juga suara Rizqi. Tak apalah. Aku sudah memutuskan semuanya bahkan juga sudah istikharah. Seperti kata mama, InsyaAllah ini jalan terbaik untukku dan untuknya. Kubiarkan dia bersama laki-laki yang memang seharusnya menjadi ayah untuk anak semata wayangnya. Lelaki yang pantas mendampinginya. Aku yakin kelak akan mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik. Dia yang tulus dan mau menerimaku apa adanya. Aku juga ingin bahagia. Seperti Dania yang kini kulihat semakin bahagia bersama Reza. Teringat kembali pertemuanku dengannya tempo hari di warung bakso langganan. Bakso yang disajikan menggunakan batok kelapa. Dia datang bersama Reza dan Irena. Gadis kecilku itu juga tampak tersenyum dan begitu ceria. Aku benar-benar iri dibuatnya. Rasanya sangat menyesal mengapa dulu aku sering kali menolak saat Dania mengajakku ke tempat itu. Sekalipun dia selalu bi
Read more
BAB 69A
Pov : Irena Rencana yang sudah kususun gagal total. Percuma aku berhasil memisahkan Mas Bian dengan Dania. Toh pada akhirnya aku gagal mendapatkan apa yang selama ini aku impikan. Aku tak berhasil mendapatkan harta Mas Bian yang rencananya akan kuberikan pada papa untuk membangun kembali usahanya. Paling tidak, untuk menggantikan impian papa saat beliau menikahkanku dengan Mas Angga. Harapan akan mendapatkan harta dari Mas Angga. Namun, ternyata tak secuilpun kudapatkan, sebab Mas Angga tak mencantumkan namaku dalam daftar warisannya. Jika aku bisa mendapatkan harta dari Mas Bian, mungkin papa tak terus-terusan menyalahkanku karena kehamilan di luar nikah itu. Papa pun tak terus menyindirku soal kepergian Mas Angga dan warisan yang tak sepeserpun berpindah ke tanganku. Mungkin papa dan mama juga bisa menerima Zaky sebagai menantu jika Zaky sudah sukses dengan usahanya. Usaha yang modalnya juga akan kuambilkan dari harta yang Mas Bian punya. Namun sayang, semua sia-sia. Mas Bian
Read more
BAB 69B
Mungkinkah mama dan papa terus mengawasi kehidupanku bersama Mas Bian sebelumnya? Karena itu pula tebakan mama kali ini tak meleset? Belum sempat menjawab, mama kembali menanyakan hal lain yang tak kalah mengagetkan. "Bagaimana dengan Zaky? Apa kamu masih sering bertemu dengannya?" Mama menatapku tajam. Mendadak lidahku kelu. Ingin sekali menceritakan semuanya, tapi rasanya benar-benar kesulitan bicara."Ngapain anak kesayanganmu itu ke sini, Ma?" Suara yang begitu familiar di telinga tiba-tiba terdengar dari arah pintu. Kulihat papa sudah berdiri di sana dengan tatapan tajamnya. Mama pun sedikit gugup lalu buru-buru mendudukkan Rizqi ke sofa dan menghampiri papa. Mungkin mama takut kejadian beberapa tahun lalu terulang. Bagaimana murkanya papa saat aku berniat kabur dari rumah demi bertemu Mas Bian. Hingga tamparan dan kurungan di kamar pun papa lakukan. Padahal sebelumnya aku begitu disayang sebab aku memang anak semata wayang. TakdirNya yang membuat cinta dan cinta kasih itu b
Read more
BAB 70A
Pov : IrenaMama sangat terpukul melihat keadaan papa yang masih terbaring lemah di ruang UGD sejak tadi pagi. Berulang kali mama menyalahkanku atas kejadian ini, tapi mau dikata. Semua memang sudah terjadi. "Kamu sudah dapat uang untuk biaya perawatan papa, Ren?" tanya mama tanpa menoleh sedikitpun ke arahku. "Belum, Ma. Nanti Iren coba cari uangnya ya?" ucapku kemudian. Mama hanya diam saja tak membalas sedangkan aku kembali memutar otak bagaimana caranya mendapatkan uang untuk biaya pengobatan papa. Mungkin aku minta tolong Zaky untuk membayar administrasinya. Dia pasti ada uang, kalaupun nggak ada dia bisa jual apa yang dia punya. Lagipula aku sudah banyak berkorban untuknya, apa iya dia nggak mau membantuku saat seperti ini? Uang, perhiasan bahkan mobilku pun sudah dia ambil untuk modal usaha tapi ternyata sia-sia. Mungkin memang dia tak memiliki bakat untuk berbisnis. Entahlah. "Kalau nggak ada tempat untuk meminjam, terpaksa Iren ke rumah Om Bagas, Ma." Mama menoleh seke
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status