Semua Bab Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin): Bab 31 - Bab 40
42 Bab
Rencana Bella
"Siapa kamu?" Tomo melirik pada perempuan yang berada di hadapannya. Dia menatap perempuan itu dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Dia sangat yakin tidak pernah mengenal perempuan itu sebelumnya."Perkenalkan. Aku Bella, mantan istri Elvano Theo Mahendra," sahut Bella seraya mengulurkan tangannya. Perempuan itu mengulum senyum penuh makna pada Tomo.Tomo menatap tangan Bella yang terulur dihadapannya. Tak setidikit pun tergerak di hatinya untuk menyambut uluran tangan itu. Ia merasa ragu untuk berbicara dengan Bella karena tidak yakin, jika perempuan itu benar-benar seorang perempuan yang bisa dipercaya untuk bekerjasama.Bella mengerutkan kening melihat Tomo yang tak kunjung menyambut tangannya. "Aku sangat yakin kalau sebenarnya Theo memiliki hubungan khusus dengan Kirani. Sayangnya aku tidak memiliki bukti itu," ujar Bella sambil melipat kedua tangan di dada dan menatap mobil Theo yang sudah menghilang di balik tikungan jalan.Perempuan itu memutar-mutar kunci mobilnya dan men
Baca selengkapnya
Membantu Theo
"Sabtu ini kita jadi ke pantai kan, Bu?" Kevin bertanya kepada Kirani ketika perempuan itu sedang membuat perkedel kentang kesukaannya.Kirani menoleh dan tersenyum pada Kevin. Betapa ia merasa bahagia melihat Kevin yang sekarang terlihat begitu ceria. Berbeda dengan Kevin yang dulu belum menjalani kemoterapi."Jadi dong, Sayang" sahut Kirani dengan senyum mengembang."Horeeee! Kevin bersorak kegirangan. Bocah berwajah imut itu menghampiri Kirani dan segera mencium pipi ibunya dengan penuh cinta."Apa aku boleh mengajak Daddy?" Kevin bertanya dengan memasang wajah penuh harap.Kirani mengerutkan kening mendengar sebutan Daddy. Sejak kemarin ia memang ingin bertemu dengan sosok lelaki yang disebut Kevin sebagai sahabatnya itu."Tentu saja boleh. Tapi ada syaratnya," sahut Kirani seraya menjawil ujung hidung Kevin dengan gemas."Memang syaratnya apa?" Tanya Kevin penasaran."Kamu tidak boleh menjodohkan Ibu dengannya. Kamu juga tidak boleh mendekat-dekatkan Ibu dengannya." Kirani mengac
Baca selengkapnya
Melawan Mr. Lee
"Aku sudah sembuh, kok."Kirani menyahut cepat. Mimik wajahnya memperlihatkan keseriusan dan tidak ada kebohongan. "Kapan kamu sembuhnya? Beberapa minggu yang lalu kamu pingsan karena terlambat makan," ujar Theo seraya menatap tajam pada Kirani. Kirani mendekati Theo dan berdiri dengan tegak di hadapan lelaki itu. Diperlihatkannya wajah yang cerah dan senyum semanis mungkin, membuat Theo menyurutkan tatapan tajamnya. "Aku benar-benar sudah sembuh. Dan kebetulan aku pecinta makanan pedas." Kirani menatap Theo dan Wira bergantian. Ia ingin meyakinkan kedua lelaki itu, bahwa dirinya benar-benar bisa bertarung dengan Tuan Lee. Theo membelai rambut panjang Kirani dengan mesra. Ditariknya pinggang Kirani sehingga perempuan itu berada di dekatnya. Melihat Theo yang mulai hendak melancarkan aksinya, Wira pun berpamitan pada Theo untuk menyusun proposal yang nanti akan diserahkan pada pertemuan dengan Tuan Lee. "Sayang, kamu jangan cari perkara. Aku nggak mau terjadi sesuatu yang buruk pa
Baca selengkapnya
Kontrak selesai
"Kirani. Sudahi saja makannya. Aku tidak masalah kalau perusahaan kita tidak bisa bekerja sama dengan Mister Lee," ujar Theo seraya menahan Kirani yang hendak mengambil udang keempat di hadapannya.Namun Kirani tidak menggubris perkataan Theo. Ia tetap menikmati udang tersebut sambil menahan rasa sakit di lambungnya. Sesekali ekor matanya melirik ke arah Mister Lee yang wajahnya sudah mulai berubah merah.Melihat semangat yang membara dari wajah Mister Lee, membuat Kirani semakin fokus pada makanannya. Ia mengencangkan suara musik yang ada pada headset yang menempel di telinganya, agar ia tidak mendengarkan ucapan Theo yang selalu melarangnya menyelesaikan pertarungan itu."Aku tidak sanggup lagi! Aku menyerah!" Mister Lee mengangkat kedua tangan seraya mendorong piring berisi udang yang berada di hadapannya.Lelaki bermata sipit itu menatap ke arah Kirani yang masih menikmati udang keempat dengan lahap.Theo yang melihat Mister Lee menyerah dengan mengangkat kedua tangan, juga ikut m
Baca selengkapnya
Tak ingin ditinggal pergi
"Kenapa?" Kirani mengerutkan kening mendengar perkataan Theo. "Ehm, soalnya tadi dia mengatakan kalau malam ini dia berencana hendak pulang menemui anak dan istrinya." Theo menyahut sambil mengusap-usap pucuk kepala Kirani. "Sudahlah. Lagipula besok pagi-pagi mengurusi berkas-berkas karena pekerjaan sudah menunggu," tambahnya lagi. Kirani mengerucutkan bibir mendengar ucapan Theo. Padahal Ia sangat berharap bisa bertemu dengan lelaki bernama Evan yang biasa dipanggil Daddy oleh Kevin. Meskipun ia tidak tertarik untuk dekat dengan lelaki itu, Kirani tetap ingin mengenal sahabat anaknya yang sudah memberikan bantuan ketika Kevin berada di rumah sakit. "Kalau begitu pagi-pagi sekali kamu mengantarkanku pulang ke rumah." Kirani memegang tangan Theo sambil memperlihatkan deretan giginya yang putih. Theo mencubit ujung hidung Kirani dengan gemas. Lalu dikecupnya ujung hidung itu dengan penuh cinta. "Sayang, aku lebih tidak mungkin lagi mengantarkanmu pulang. Kamu tahu sendiri kan kalau
Baca selengkapnya
Mengajak Kevin liburan
"Sayang, Apa kamu tidak mau membantuku mengurusi perusahaan? Bukannya kamu bilang ingin menjadi asisten pribadi yang bisa aku andalkan?" Theo membingkai wajah Kirani dengan kedua telapak tangannya.Dikecupnya bibir Kirani dengan lembut, disusul dengan belitan lidah di rongga mulut Kirani itu hingga perempuan itu mulai terengah-engah. "Bos." Tatapan mata Kirani begitu sembuh setelah ciuman itu terlepas begitu saja."Apa kamu tidak bisa jauh dari bibir ini? Makanya ngotot pengen aku ajak ikut ke Cina?" Theo menatap Kirani dengan senyum seolah menggoda.Tatapan Theo yang menggoda, membuat Kirani melepaskan tangan lelaki itu dari wajahnya. Ia pun memasangkan jas di tubuh Theo dan mendorong Theo agar keluar dari kamar."Ya sudah. Kalau begitu pergilah. Aku bisa kok mengurusi tugasku di sini sendirian," sahut Kirani. Didorongnya tubuh Theo sambil memeluk pinggang lelaki itu hingga mereka sudah berada di pintu utama apartemen.Theo memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Kirani. Disisipnya
Baca selengkapnya
Hinaan Mama Theo
"Apa kira-kira ibumu bisa diperjuangkan?" Evan juga bertanya kepada Kevin. "Bagaimana kalau dia menolak Daddy sampai kapanpun?"Kevin hanya terdiam mendengar ucapan Evan. Memang tak mudah meyakinkan ibunya untuk menjalani pernikahan setelah ia trauma pernah mengalami kegagalan dalam menjalani rumah tangga. Namun Kevin selalu berharap agar suatu saat ibunya bisa membuka hati untuk seorang lelaki yang memang bisa membahagiakannya."Daddy akan berusaha semaksimal mungkin untuk meyakinkan ibumu, bahwa menikah dengan Daddy adalah sebuah pilihan yang tepat." Evan mengusap-usap kepala Kevin, membuat bocah kecil itu tersenyum bahagia.Perjalanan menuju Kuala Tungkal cukup jauh. Kevin mulai menguap karena dinginnya air conditioner di dalam mobil tersebut. Bocah kecil itu pun akhirnya tertidur dengan pulas di samping Evan.Tak tega melihat Kevin yang tertidur sambil duduk, Evan pun merubah posisi bocah itu menjadi berbaring dengan menyetel bangku tempat ia duduk."Kasihan sekali kamu. Sepertiny
Baca selengkapnya
Mencari Kirani
"Kenapa? Kamu terkejut?" Mamanya Theo menghampiri Kirani yang tengah memegangi kontrak kerjanya dengan Theo. Keringat mengucur deras di pelipis Kirani. Ia tidak menyangka jika kontrak kerjasamanya dengan Theo, beserta detail hukuman yang akan ia terima bisa sampai ke tangan orang lain. Padahal Theo berjanji akan menyimpan kontrak tersebut dan tidak memberitahukan kepada siapapun. "Demi uang lima puluh juta setiap bulan, kamu menyerahkan bibirmu kepada anakku? Apa itu namanya bukan perempuan murahan? Jadi perempuan murahan versi kamu itu seperti apa?" Mamanya Theo yang biasa dipanggil Nyonya Marisa menatap tajam pada Kirani. "Sekarang aku peringatkan padamu! Pergi dari apartemen ini dan jangan pernah kembali. Aku akan membayar kamu berkali-kali lipat jika kamu mengundurkan diri dari pekerjaan ini!" Nyonya Marisa setengah berbisik pada Kirani. Perempuan itu melempar cek bertuliskan uang lima ratus juta pada Kirani, lalu meninggalkan apartemen Theo begitu saja. Ia sangat yakin kalau d
Baca selengkapnya
Memaksa Kirani pulang
"Kirani, Sayang!" Theo menahan Kirani yang hendak masuk ke dalam bus.Kirani terbelalak melihat wajah Theo yang begitu kusut dan penuh dengan debu. Namun ia segera menepis tangan lelaki itu dan kembali melangkah masuk ke dalam bus karena hanya dia saja yang belum masuk ke sana. Klakson bus pun sudah berbunyi berkali-kali."Lepaskan aku, Bos. Aku tidak ingin bekerja denganmu lagi." Kirani berusaha melepaskan cekalan tangan Theo dengan sekuat tenaga."Nggak akan! Aku nggak akan pernah mengizinkanmu pergi!" Theo semakin memperkuat cekalan tangannya, meskipun ia tahu Kirani sedang kesakitan."Lepaskan aku!" Kirani memukul-mukul dada Theo dan akhirnya meminta tolong pada orang-orang yang berada di stasiun itu."Lepaskan perempuan itu!" Seorang petugas satpam di terminal menghampiri Theo yang mencekal pergelangan tangan Kirani."Saya mohon jangan ikut campur urusan rumah tangga saya. Saya hanya ingin istri saya pulang ke rumah!" Ujar Theo pada petugas tersebut. Ia langsung menggendong tubuh
Baca selengkapnya
Menemani Theo
"Theo? Ngapain kamu membawa perempuan murahan ini ke sini?" Nyonya Marisa terkejut melihat Theo yang tengah menggandeng tangan Kirani masuk ke dalam rumah.Kirani lebih terkejut lagi. Ia hendak melepaskan genggaman tangannya pada Theo, tapi Theo mencekram tangannya dengan kuat sehingga ia tidak bisa melakukan tindakan apapun."Kenapa? Mama kok kayaknya terkejut?" Theo menatap mamanya dengan wajah datar.Keduanya saling pandang dengan wajah tegang. Theo marah atas perlakuan mamanya pada Kirani, sementara Nyonya Marisa marah atas sikap Theo yang membela Kirani."Untuk apa kamu membawa perempuan murahan itu ke sini?""Dia bukan perempuan murahan, Ma. Dia adalah perempuan yang aku pilih untuk menemani hari-hariku dan menjadi pendamping hidupku suatu saat nanti.""Apa? Maksudmu apa bicara seperti itu? Jangan gila kamu ya." Nyonya Marisa semakin terkejut mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Theo. Perempuan itu menatap Kirani dari ujung kaki sampai ke ujung rambut. Ia tidak terima
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status