Semua Bab Dendamku Pada CEO Berujung Pelaminan : Bab 21 - Bab 30
46 Bab
Bab 21. Akan Kujadikan Kamu Ratu
"Sepertinya ... rasaku masih padamu," ucap Aruna.Seulas senyum terlihat di bibir Nathan saat Aruna berucap, ia menggeser tubuhnya hingga jarak di antara mereka begitu sangat dekat. Nathan menyentuh pipi Aruna, jarinya beralih menyentuh bibir mungil wanita itu. Aruna diam saat tangan pria itu menyentuh bibirnya, tetapi lagi-lagi jantungnya mulai berdegup kencang. Ia mulai merasakan kembali sesuatu yang dulu pernah ia rasakan saat masih SMA pada Nathan. Tangan Nathan kini sudah berada di pinggang Aruna, tangannya itu mulai menarik kain baju milik Aruna. Aruna yang sadar sontak langsung memegang tangan pria itu agar tak melakukan hal lebih jauh. "Mau apa? Jangan macem-macem!" ucap Aruna beranjak dari posisinya dan terduduk di tepi ranjang."Kenapa?" tanya Nathan ikut beranjak dari posisinya dan terduduk juga di samping Aruna.Aruna mendengus. "Masih tanya kenapa? Sikap buayamu barusan keluar, maksudnya apa pegang-pegang seperti itu, huh? Aku tidak suka di sentuh seperti itu," ucap A
Baca selengkapnya
Bab 22. Simpanan Om-om
"Tumben kamu siang-siang begini keluyuran," ucap Desi saat Aruna baru saja masuk rumah, "Pelangganmu menginginkan di siang hari? Uangnya banyak atau tidak?" tanya Desi lagi.Aruna mendengus kesal. "Bisa gak sih, Bu, sekali aja hargai aku. Aku capek loh dikatai terus sama Ibu, aku ini sebenernya anak ibu atau bukan? Katanya binatang buas pun menyayangi anaknya, terus kenapa aku tidak mendapatkan kasih sayang seperti anak hewan yang disayangi ibunya? Apa karena aku terlahir tanpa hubungan yang sah? Karena ibu marah pria sialan itu meninggalkan Ibu? Kalau begitu kenapa ibu tidak marah saja pada dia? Kenapa harus aku?" tanya Aruna.Desi diam tak menjawab ucapan Aruna. "Dan kenapa harus aku yang jadi bahan pelampiasan rasa sakit ibu? Yang melakukan kesalahan kan Ibu, bukan aku! Kalau mau nyalahin tuh ya salahin diri sendiri, kenapa mau-mau saja di sentuh oleh pria brengsek. Kenapa dulu malah mengobral tubuh secara gratis pada seorang pria! Jadi salahkan diri Ibu yang tidak bisa menjaga ke
Baca selengkapnya
Bab 23. Hanya Memanfaatkan
"Astaghfirullahaladzim, Teh!" ucap Nila saat sang kakak menuduh Aruna sebagai simpanan Om-om dan berniat pergi dari rumah bukan karena mendapatkan pekerjaan baru, tetapi akan tinggal di rumah om-om. "Teteh tuh kenapa sih? Kenapa tidak ada capeknya mengatai Aruna terus?" "Teteh cuma bicara sesuai dengan fakta, kecurigaan teteh mendasar! Memang perusahaan mana yang mau menerima dia bekerja? Dia kan cuma punya ijazah SMP, jadi perusahaan mana yang mau menerima karyawan dengan lulusan SMP, hah?" tanya Desi, ia lalu melihat ke arah Aruna lagi, "Udah sih, jujur saja ... kamu pasti menjadi simpanan Om-om, kan? Kamu pasti di kasih rumah sama om-om itu. Biar sekalian nanti kalian juga bisa lebih leluasa berduaannya." Senyuman licik terlihat di bibir Desi."Teteh!" pekik Nila, ia beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan sang kakak. "Udah ya ... cukup! Kalau tidak bisa menjadi perempuan yang baik, setidaknya … teteh belajar jadi ibu yang baik! Bukan malah seperti ini!" ucap Nila"Berani se
Baca selengkapnya
Bab 24. Buaya Darat?
“Ini mejaku?” tanya Aruna pada Nathan, begitu masuk ke ruangan pria itu, ia sudah melihat meja yang berada di samping pintu. Dilihatnya meja itu yang sudah rapi, dengan telepon kantor yang berada di atas meja dan juga layar komputer di depannya.Nathan tersenyum dan memberikan anggukan kepala pada Aruna. “Iya, ini tempat kerja kamu sekarang,” jawab Nathan.Aruna langsung terduduk di kursi kerjanya, kemudian menyentuh meja yang nanti akan menjadi tempatnya bekerja. Sama sekali tidak pernah ia bayangkan jika ia akan berada di posisi yang seperti sekarang. Jangankan menjadi asisten seorang CEO, menjadi OB di sebuah perusahaan saja tak pernah ia bayangkan sama sekali karena ia cukup sadar diri jika ia hanyalah seorang yang tak mempunyai pendidikan yang bagus.“Kamu suka?” tanya Nathan.“Sangat, terima kasih,” jawab Aruna seraya tersenyum.Nathan menepuk pelan kepala Aruna dengan lembut hingga gadis itu sedikit menunduk saat kepalanya di sentuh. “Ya sudah, kamu duduk-duduk saja dulu. Satu
Baca selengkapnya
Bab 25. Membantu Mendapatkannya
“Sudah, jangan dulu cemburu. Aku sedang banyak pekerjaan dan akan kembali bekerja, jadi kamu kerjakan itu saja,” ucap Nathan setelah mengecup pipi Aruna tadi.Gadis itu nampak mengatupkan bibir menahan malu.“Dan jangan mengatai orang dengan mengatakan dia jelek. Itu tidak baik, Sayang. Tuhan itu menciptakan manusia sebaik-baiknya, menghina fisik manusia itu sama saja dengan kamu menghina Tuhannya. Ini aku bukan membela dia, tapi masalah fisik itu tidak baik dijadikan olokan.” “Kenapa baru sekarang kamu mengatakan seperti itu? Dulu saat aku sedang jelek-jeleknya kenapa kamu—““Kamu tidak jelek,” sahut Nathan cepat, “Kan aku sudah bilang kalau aku pertama kali jatuh cinta sama kamu dengan fisikmu yang dulu.” “Ya tapi—““Sssttttt!” Nathan menaruh cepat jari telunjuknya di bibir Aruna, “Sudah, kerjakan saja ya, Sayang.” Ucap Nathan seraya mengelus lembut pipi Aruna. Selang beberapa menit kemudian, keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aruna terduduk di kursinya dengan mengiku
Baca selengkapnya
Bab 26. Dilema Menjalankan Rencana atau Tidak
“Aku bisa membantumu mendapatkan dia,” ucap Aruna setelah mendengar ucapan Della yang tak bisa ia terima. Dahi Della sontak langsung bertaut. “Membantu? Membantu apa?” tanya Della. Dia merapatkan kedua tangannya di bawah dada terlipat dan menatap Aruna dengan raut wajah yang mulai serius namun tetap terlihat angkuh.Aruna melihat sekitar yang terlihat sepi, kemudian mendekati Della dan berbisik di telinga wanita itu. Mata Della yang mendengar rencana Aruna itu sontak terbelalak kaget. Setelah Aruna selesai berbisik. Della langsung menatap Aruna dengan tatapan kaget. “Are you serious?” tanya Della.“Tentu saja aku serius, kalau rencananya berhasil. Kamu jelas akan mendapatkan dia seutuhnya,” ucap Aruna. Della diam sejenak untuk berpikir. Mengiyakan rencana Aruna atau tidak.“Bagaimana? Mau atau tidak?” tanya Aruna. "Kalau mau aku akan mengaturnya dari sekarang! Kamu hanya tinggal duduk manis saja dan ikuti arahan dariku." “O—oke ... aku mau,” jawab Della, “Kapan rencana itu akan d
Baca selengkapnya
Bab 27. Rencana Dimulai
Aruna mengernyitkan dahi, ia mengerjapkan mata saat matahari pagi bersinar menerpa wajahnya. Ia lantas membuka mata perlahan, matanya melihat lurus ke arah jendela. Kemudian setelahnya ia membuka mata terbelalak kaget saat melihat keberadaan Nathan yang berdiri di depan jendela sedang membuka gorden."Ka—kamu ... kok ada di sini?" tanya Aruna masih dengan raut wajah yang kaget, "Ini kan weekend, aku gak harus datang ke perusahaan, kan?" "Aku kemari bukan untuk jemput kamu ke kantor, aku juga tahu ini weekend, Sayang. Aku cuma mau lihat keadaan kamu. Gimana? Tangan kamu masih sakit? Kita perlu ke dokter?" tanya Nathan lagi.Aruna mendengus kesal. "Aku cuma kesiram air doang, bukan demam atau sekarat. Udah, gak usah lebay! Sakit kayak begini gak akan kerasa sama aku, aku pernah ngerasa lebih sakit dari hanya sekedar kesiram air panas. Mau tau apa? Saat dipermainkan, dipermalukan dan dianggap bukan manusia sama kamu dan teman-teman kamu," ucap Aruna memasang raut wajah yang kesal.Semen
Baca selengkapnya
Bab 28. Memesan Kamar Hotel
Aruna berjalan ke arah tempatnya tadi ia berdiri, dari kejauhan ia melihat Nathan yang sedang berjalan ke arahnya. Hingga tak lama, pria itu akhirnya kembali berdiri lagi di hadapannya. “Kamu dari mana? Tadi aku udah ke sini tapi kamunya nggak ada, aku cari kamu kemana-mana loh tadi,” ucap Nathan.“Hm? I—itu ... tadi aku haus, ambil minum,” jawab Aruna tersenyum gugup.Mata Nathan lantas langsung beralih pada 2 gelas yang sedang Aruna pegang di tangan kanan dan kirinya. Satu gelas di antaranya tinggal sedikit yang jika diminum, dalam satu teguk pun pasti habis. Kemudian, gelas yang satunya masih setengah dari gelas itu.“Nih, aku bawain buat kamu,” ucap Aruna memberikan gelas yang masih penuh pada Nathan.Kedua sudut bibir Nathan dengan seketika terangkat sempurna. “Terima kasih, Sayang.” Nathan mengambil gelas itu dan meminumnya sedikit. Alisnya bertaut saat merasakan rasa dari minuman itu. “Ini ....” Aruna menelan salivanya. “Mi—minum saja! Lagian kamu di club malam juga biasa kan
Baca selengkapnya
Bab 29. Kehormatan Yang Diambil Secara Paksa
"Sial!" gumam Aruna saat panggilannya sama sekali tidak dijawab oleh Della, "Dia kemana coba, niat gak sih!" gerutunya lagi, "Aku chat dia kirim nomor kamar ini deh. Biar setelah baca, dia langsung datang ke sini." Aruna lantas membuka aplikasi WhatsApp, berniat mengirimkan Della nomor kamar di mana dirinya dan juga Nathan kini berada, baru setelah itu ia bisa pergi dan meninggalkan Nathan. Namun, belum sempat ia mengetik pesan, Nathan sudah lebih dulu menghampirinya. "Kenapa kamu malah di sini?" tanya Nathan memeluk Aruna dari belakang."Nathan! Apaan sih! Lepas! Jangan macem-macem, ya!" ucap Aruna berusaha melepas tubuh Nathan, namun tubuh pria itu terasa berat hingga ia sama sekali tidak bisa bergerak."Enggak, aku tidak akan macam-macam, hanya satu macam kok," jawab Nathan, dia berdiri dengan tubuh yang tak seimbang, menatap Aruna dengan tatapan yang sayu dan bibir yang terus tersenyum. "Jangan berdiri terus, aku pegel! Ayo kita duduk," ucap Nathan lagi, ia menarik tangan Aruna
Baca selengkapnya
Bab 30. Sudah Tidak Lagi Gadis
Pukul 8 pagi. Nathan terbangun dari tidurnya, ia mengerjapkan mata dan beranjak dari baringannya hingga akhirnya ia terduduk dengan punggung bersandar pada headboard kasur. Ia memegang kepalanya yang terasa begitu berat. Di detik selanjutnya, dahinya mengernyit saat melihat dirinya yang bertelanjang dada."Semalam ... aku bersama dengan Aruna, kan? Kemana dia?" gumam Nathan, ia memejamkan mata berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Matanya langsung terbuka sempurna terbelalak kaget saat mulai mengingat apa yang terjadi semalam. "Aku minum dan Aruna … dia ...." Walau mabuk, tapi sedikit jelas Nathan mengingat apa yang ia lakukan pada Aruna semalam. Untuk memastikan apa yang diingatnya itu benar atau tidak, Nathan menarik selimut yang menutupi bagian sampingnya. Deg!Jantungnya dengan seketika berdegup lebih kencang dari biasanya saat melihat ada noda-noda merah di atas sprei. Nathan juga lantas langsung membuka selimut yang menutupi bagian pinggang sampai ke bawah dan ia sem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status