Dasar anak haram! Anak pembawa sial! Enyah dan pergilah! Hidup Aruna hancur seketika, ditambah penolakan atas perasaan tulusnya pada seorang pria dijadikan taruhan. Dia menjadi seseorang yang jauh berbeda sejak saat itu. Hingga takdir mempertemukan dirinya kembali pada Nathan, pria yang menolaknya mentah-mentah. Kini dengan perubahannya, dia akan membalaskan dendam!
View MoreYuki memergoki kekasihnya berselingkuh dengan teman yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri. Pertengkaran tak terhindarkan. Yuki yang kesal langsung menarik rambut teman perempuan yang bermain gila dengan kekasihnya.
"Dasar perempuan murahan! Beraninya kamu menggoda kekasih temanmu sendiri," kata Yuki mencengkram kuat rambut temannya. Teman perempuan Yuki berteriak meminta tolong pada kekasihnya yang juga kekasih Yuki sembari menangis. "Dion," panggilnya. Dion segera menolong. Dia mencengkram pergelangan tangan Yuki kuat-kuat. "Lepaskan tanganmu, Yuki!" sentak Dion. Dion berusaha melepaskan cengkraman tangan Yuki dan akhirnya berhasil. Dion yang kesal langsung mendodong tubuh Yuki hingga tersungkur ke lantai. "Kamu nggak apa-apa, Luna? Mana yang sakit?" tanya Dion khawatir. Mengusap kepala Luna, kekasih gelapnya. "Aku baik-baik aja," jawab Luna memeluk Dion. Dion menatap Yuki tajam, "berani sekali kamu ngelakuin ini, Yuki. Bagaimana kalau Luna terluka? Aku nggak akan pernah memaafkanmu!" Yuki bangun perlahan. Berdiri di hadapan Dion yang masih mendekap tubuh Luna. "Apa kamu sudah hilang akal sehat? Kekasihmu itu aku, bukan Luna. Kenapa juga kamu memeluknya erat begitu?" Yuki merasa semakin kesal dan mempertanyakan sikap Dion yang lebih peduli pada Luna. Dion melepas dekapannya, "Luna, kamu diem aja di sini. Aku bakal selesaikan ini sekarang," kata Dion, yang dijawab anggukkan kepala oleh Luna. Dion mendekati Yuki, "kamu tuh harusnya sadar diri. Luna lebih baik dalam segala sisi dibandingkan kamu. Lagian kamu kan nggak mau aku ajak tidur bareng. Apa aku salah kalau aku pindah ke perempuan lain?" Dion mengungkapkan isi hatinya dengan terang-terangan pada Yuki. Mendengar perkataan Dion yang pedas dan kasar, membuat hati Yuki semakin terluka. "Cuma gara-gara aku nolak tidur bareng, kamu selingkuhin aku, Dion? Kamu emang udah gila. Kamu brengsek tau nggak!" ucap Yuki dengan suara bergetar menahan tangis. Dion tersenyum mengejek Yuki, "aku nggak peduli kamu ngomong apa. Dan karena kamu sudah tahu semuanya, aku bakal akhiri hubungan kita sekarang. Aku nggak tertarik sama perempuan sok suci kayak kamu," kata Dion yang akhirnya memutus hubungan dengan Yuki dan berbalik pergi meninggalkan Yuki. Yuki mengepalkan tangan mendengar apa yang baru saja Dion katakan. Amarahnya memuncak. "Tunggu," kata Yuki. Mencegah Dion tak melangkah lebih jauh. Dion menghentikan langkahnya dan berbalik. Pada saat yang sama Yuki berjalan cepat menghampiri Dion dan langsung mendaratkan tamparan keras ke wajah Dion. Dion terkejut menerima tamparan yang menyakitkan. "Dasar laki-laki sialan! Brengsek gila, bajingan sampah! Aku sumpahin kamu nggak akan hidup tenang dan bahagia," maki Yuki menyumpahi Dion dan langsung pergi meninggalkannya. Yuki berjalam melewati Luna, dia menghentikan langkahnya dan mengatakan sesuatu yang mengejutkan Luna. "Aku nggak akan pernah lupa kejadian ini, Luna. Kamu yang udah kubantu dan kuanggap adik sendiri, nyatanya hanya seorang penjahat yang menusuk dari belakang. Mulai sekarang aku nggak kenal siapa itu Luna ataupun si bedebah Dion!" Yuki meluapkan isi pikirannya dan kembali melangkakan kaki pergi meninggalkan Luna dan Dion yang diam mematung. Langkah kaki Yuki semakin cepat, dia berlari sambil menangis. *** Bar ... Yuki duduk menikmati minuman yang disajikan. Di atas meja di hadapan Yuki, sudah ada lima gelas kosong. Pikiran Yuki terus memikirkan perkataan Dion yang kasar. Semakin dipikirkan, semakin membuat Yuki geram. "Ah, sial! Kenapa aku bisa menyukai laki-laki sialan sepertinya sih?" gerutu Yuki yang langsung meminum habis isi dalam gelas dalam sekali minum. "Dia bilang aku sok suci? Padahal aku hanya menundanya saja sampai ulang tahunnya nanti. Dasar bedebah terkutuk yang tidak sabaran," batin Yuki kembali memaki Dion. Yuki memesan minuman lagi. Dia menyelisik sekitar dalam bar sembari menunggu minumannya datang. Sampai tatapan matanya terpaku pada seseorang yang duduk tidak jauh darinya. Seorang laki-laki muda dengan paras tampan sedang menikmati minumannya sendirian. "Wah, tampan sekali. Dia lebih tampan dari si sampah Dion," gumam Yuki tersenyum cantik. Yuki berdiri dari tempatnya duduk dan berjalan perlahan menghampiri laki-laki tampan yang dilihatnya. "Hei," sapa Yuki. Laki-laki tampan berpaling menatap Yuki, lalu melihat sisi lain, dan kembali melihat ke arah Yuki. "Kamu memanggilku?" tanyanya. Yuki menganggukkan kepala, "ya, kamu ... aku memanggilmu," kata Yuki tersenyum cantik. Laki-laki tampan itu terdiam. Melihat wajah Yuki memerah dan tubuh Yuki yang terhuyung, dia bisa menerka jika Yuki sedang mabuk. "Ada apa dengan perempuan ini?" tanya laki-laki tampan dalam hati. "Kamu ... apa kamu mau menghabiskan malam denganku?" tanya Yuki tiba-tiba. Laki-laki itu hampir saja tersedak. Dia menatap Yuki dan hanya diam. Mengira Yuki hanya meracau karena mabuk. "Maaf, Nona. Seperti kamu sudah mabuk. Sebaiknya kamu pulang dan tidak mengatakan sesuatu yang bisa membuat orang lain salah paham," kata laki-laki itu. Saat laki-laki tampan itu ingin meminta bantuan pelayan untuk membantu Yuki, Yuki langsung manarik krah kemeja laki-laki itu sehingga wajah keduanya saling berhadapan. "Apa aku nggak menarik sebagai wanita?" tanya Yuki. "Apa ada orang yang bilang kamu nggak menarik?" tanya laki-laki tampan. "Kamu baru saja menolakku, kan? Makanya aku tanya, apa aku nggak menarik di matamu?" jawab Yuki dan kembali bertanya. "Apa kamu serius mengajakku menghabiskan malam?" tanya laki-laki itu menatap lekat mata Yuki. Yuki menganggukkan kepala lagi, "ya, aku serius." "Meski kita tak saling kenal?" tanya laki-laki itu memastikan. "Tidak masalah tidak saling kenal. Itu lebih baik. Aku hanya ingin bermalam denganmu," jawab Yuki. "Jangan tarik kata-katamu," ucap laki-laki itu memegang tangan Yuki erat. Laki-laki tampan itu membayar minumannya dan minuman Yuki, lalu menggandeng tangan Yuki pergi meninggalkan Bar. *** Hotel ... Yuki dan laki-laki tampan sedang berciuman panas. Pakaian yang keduanya kenakan, satu per satu mulai berjatuhan di lantai. Laki-laki tampan membawa Yuki ke atas tempat tidur. Dia mulai menjelajah tubuh putih mulus Yuki yang mulai membuatnya bergairah. Terdengar suara desahan Yuki. Dia merasa aneh, tubuhnya perlahan memanas seperti direbus. "Sialan! Perempuan ini membuatku gila," batin Laki-laki tampan menatap wajah cantik Yuki. Laki-laki mendekatkan wajahnya ke wajah Yuki, "aku tanya sekali lagi. Apa kamu sungguh-sungguh ingin melakukannya? Jika sudah memulai, aku tak yakin bisa menahan diri." Yuki menangkup wajah laki-laki tampan, lalu menciumnya. Membuat laki-laki tampan terhanyut dan langsung membalas ciuman Yuki. Keduanya kembali berciuman panas. "Apa tubuh laki-laki memang seperti ini?" batin Yuki. Meraba dada bidang berotot milik laki-laki tampan. "Apa yang tanganmu lakukan?" tanya laki-laki merasakan sesuatu aneh saat dadanya disentuh Yuki. Yuki mencium leher, lalu turun ke dada dan perut laki-laki tampan itu. Membuatnya semakin aneh dan tanpa sadar mendesah. "Cu-cukup," kata laki-laki tampan merasa mulai tersiksa. "Kamu sangat tampan," puji Yuki. Wajah laki-laki tampan memerah, "Aku ingin melakukannya. Aku sudah nggak bisa menahan diri lagi," ucapnya. Yuki tersenyum, "lakukanlah," jawab Yuki memberikan lampu hijau. Laki-laki menahan tengkuk leher Yuki dan melumat bibir ranum Yuki. Tak mau kalah Yuki mengalungkan tangannya dan membalas ciuman laki-laki tampan itu dengan penuh nafsu. Pada akhirnya Yuki dan laki-laki tampan itu menghabiskan malam panas penuh gairah. Keduanya saling menginginkan satu sama lain dan saling memuaskan. Suara rintihan bercampur erangan kenikmatan memenuhi seluruh ruang.Dahi Aruna mengernyit saat melihat Nathan yang masih tertidur dan belum bersiap padahal jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Padahal biasanya pukul 7 pria itu sudah berada di ruang makan tetapi sekarang masih terpejam."Nathan? Kamu gak akan ke kantor?" tanya Aruna yang baru saja keluar dari kamar mandi baru saja selesai membersihkan tubuh. "Enggak, kamu kan lagi sakit, masa aku ninggalin kamu," jawab Nathan dengan mata yang masih terpejam. Dahi Nathan dengan seketika mengernyit. "Aku gak sakit, aku sehat," jawab Aruna. "Kaki kamu, Sayang," jawab Nathan membuka mata melihat Aruna yang tengah berdiri di samping ranjang dengan tubuh yang hanya tertutup kain handuk saja. Membuat matanya langsung terbuka sempurna. "Kaki aku udah gak pa-pa, udah sana mandi dan pergi ke kantor!" "Gak mau," jawab Nathan, "Aku mau di rumah aja." "Kamu harus ke kantor!" Nathan mendengus. "Kenapa kamu maksa aku pergi ke kantor? Kamu gak mau liat aku di rumah? Kamu tuh sebenernya cinta ngga
Nathan menelan salivanya saat mendengar dering ponsel panggilan tersambung dari ponsel sang istri. Hingga akhirnya ....[Halo? Na?]"Halo, Mas?" [Beneran kamu? Ini aku beneran gak mimpi? Kamu telfon aku? Ada ap—]Pip! Nathan langsung mengambil ponsel milik Aruna dan langsung mematikan sambungan teleponnya itu sepihak saat mendengar suara seorang pria yang suaranya nampak terdengar sangat antusias saat Aruna menelponnya."Apa-apaan sih kamu?" "Siapa laki-laki ini?" tanya Nathan pada Aruna. Dia menatap Aruna sebentar, kemudian pandangannya melihat lurus pada jalanan lagi.Aruna duduk bersandar dengan kedua tangan yang terlipat di bawah dada. Matanya melihat lurus dan bibirnya tersenyum smirk. "Orang yang pernah datang ke club malam," jawab Aruna, "Dia pengusaha sama sepertimu. Namanya Jean, usianya 29 tahun dan dia dua kali melamarku. Dia tahu dengan jelas bagaimana kehidupan aku, kenapa aku bisa bekerja di club malam dan juga tahu bagaimana aku menjalani hidup. Dua tahun lebih kami
"Kamu mau ikut ke kantor nggak hari ini?" tanya Nathan yang kini sedang terduduk di tepi ranjang seraya memakai kaos bajunya. Aruna diam sejenak, berpikir haruskah ia ikut? Ia ingin sekali pergi ke kantor untuk memperingati Della agar jangan mendekati suaminya lagi. Tetapi, ia masih sangat kesal pada Nathan karena tadi pria itu malah menjawab panggilan masuk dari Della.Karena tak mendengar jawaban dari sang istri, Nathan sontak langsung menoleh ke arah Aruna yang masih terbaring. "Kok malah diem? Mau ikut enggak? Atau mau di rumah saja ingin bersantai seperti keinginan kamu?" tanya Nathan."Tidak tahu! Akan kupikirkan dulu," jawab Aruna. Ia lantas ingin beranjak dari baringannya dengan terduduk, ia juga memegang selimut untuk menutupi dadanya. Namun, saat ia menggerakkan kaki, pergelangan kakinya tiba-tiba saja terasa begitu sangat nyeri untuk bergerak. "Aauuwhhh ... ssshhhh ...." "Kenapa?" tanya Nathan. "Gak tau, kakiku sakit banget," jawab Aruna, ia lantas menarik selimutnya sam
"Apa sekarang masih belum percaya juga?" tanya Aruna setelah melepas ciumannya. "Be—lum," jawab Nathan sedikit gugup karena jujur saja ia masih sangat kaget dan speechless. Ini kali pertama ia dan Aruna bersentuhan sejauh itu dalam keadaan yang sadar dan tak hilang akal.Aruna memegang pergelangan tangan Nathan dan berjalan ke arah kamar tamu yang berada tak jauh dari tangga. Kakinya masih terasa nyeri untuk di pakai berjalan, jadi ia membawa Nathan ke kamar yang dekat."Mau kemana? Mau ngapain? Aku sudah tel—""Ssssttt!" Aruna meminta Nathan untuk diam jangan bicara. Tak lama kemudian, mereka akhirnya sudah berada di dalam kamar. Dahi Nathan dengan seketika mengernyit bingung. Kenapa Aruna membawanya ke kamar tamu? Apalagi yang ingin wanita itu lakukan."Mau ngapain kita di sini?" tanya Nathan.Bukannya menjawab, Aruna malah mendorong pelan tubuh Nathan hingga terduduk di tepi ranjang. Membuat Nathan semakin kebingungan. "Mau apa ini? Ngapain kita ke sini?" Aruna tak menjawab, ia
"Berani masuk lagi, aku tidak akan pernah mau bicara lagi dengan kamu selamanya!"Aruna yang mendengar Nathan berbicara demikian itu sontak langsung menghentikan langkah tak jadi masuk ke club malam, ia berbalik badan menatap Nathan dengan bibirnya yang mengerucut kesal. Ia lalu berjalan menghampiri Nathan dan mengatakan, "Dasar menyebalkan! Aku benci sama kamu!" ucap Aruna dengan nada yang ketus kemudian langsung masuk ke dalam mobil. Nathan mengatupkan bibir ingin tersenyum. Ia kesal bukan main, tapi melihat Aruna yang lebih memilih masuk ke mobilnya setelah ia ancam, membuatnya semakin yakin jika wanita itu memang mencintainya.Sekuat tenaga Nathan tahan senyum di bibirnya, ia memasang raut wajah yang datar kemudian menutup pintu mobil dimana Aruna terduduk. Lalu berjalan ke arah pintu mobil pengemudi. Begitu masuk, ia melihat Aruna yang terlihat kesal. Terlihat dari raut wajah dengan bibir yang maju, mata menyipit tajam melihat lurus ke depan dan kedua tangan yang terlipat di ba
Aruna langsung terduduk tegak saat mendengar suara pintu yang dibuka. Sejak tadi ia sama sekali tidak fokus dan memikirkan Nathan dan juga Della. Kenapa bisa mereka duduk bersama di kantin perusahaan. Bukankah Nathan sangat marah pada Della? Lantas kenapa pria itu berada di satu meja yang sama dengan Della? Apa yang mereka bicarakan?" Begitu melihat Nathan yang baru saja masuk pulang dari kantor, Aruna langsung mendekati Nathan dan berkata, "Bukannya si Della itu kemarin sudah kamu pecat? Kenapa tadi siang kalian berada di meja yang sama di kantin perusahaan. Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Aruna to the point saat sudah berdiri satu langkah di depan Nathan.Alis Nathan sontak langsung bertaut. Ia pikir Aruna akan bersikap cuek tak peduli, siapa sangka jika wanita itu malah langsung bertanya detik itu juga. Padahal ia baru saja masuk ke dalam rumah, tapi sudah langsung mendapatkan pertanyaan yang ia pikir tak semudah itu mendapatkannya.Nathan bersikap datar, raut wajah kaget
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments