All Chapters of Bukan Babysitter Biasa: Chapter 21 - Chapter 30
81 Chapters
Kecerdikan Aira
Mobil yang membawa kami berempat akhirnya tiba di depan gerbang sekolah Jingga. Aira terpaksa turun karena biasanya memang menemani Jingga berjalan kaki sampai depan pintu masuk gedung sekolahnya. Terpaksa harus meninggalkan suami bersama wanita yang masih berstatus pacarnya itu berduaan di dalam mobil. "Ayo, Sayang. Bunda antar." Aira menyambut Jingga yang keluar dari mobil ayahnya. Gadis kecil dengan rambut dikepang dua tersebut tersenyum semringah sembari menyambut uluran tangan Aira. "Bun, kok ikut turun. Kenapa nggak diam saja temani Ayah di mobil." Jingga bertanya pada Aira disela mereka berjalan bergandengan tangan layaknya anak dan ibu. "Memangnya kenapa? Kan biasanya Bunda antar Jingga sampai depan pintu masuk," jawab Aira dengan raut bingung mendengar Jingga bertanya seperti itu. Namun meskipun begitu, senyumnya tak pudar pada gadis kecil tersebut. "Bunda nggak takut ninggalin Ayah sama Aunty J?" Aunty J adalah nama panggilan yang Jingga sematkan untuk Jasmin, tantenya
Read more
Pura-pura Bodoh
Aira mengulum bibir menahan senyum karena telah berhasil menyingkirkan Jasmin duduk di kursi depan bersama Xabiru. Syukurlah ia mempunyai ide dadakan saat melihat Jasmin berada di sana. Ia tahu Xabiru pasti meminta Jasmin pindah setelah mendengar kata ibu, mengira istrinya itu sedang berteleponan dengan ibunya. Mungkin takut diadukan. "Tadi Ibu yang telepon?" Xabiru bertanya setelah menyalakan starter mobil. Dugaan Aira benar, pasti suaminya akan menanyakan hal tersebut. "Iya," sahut Aira. Namun dalam hati ia memohon ampun karena terpaksa berbohong menggunakan nama ibu mertuanya. "Apa kata Ibu?" Xabiru penasaran, takut Aira menyampaikan hal yang tidak-tidak atau menceritakan tentang keberadaan Jasmin saat ini. Pertanyaan Xabiru memaksa Aira mendongak ke arahnya. Ada kemajuan suaminya bertanya lebih dari sekali. Biasanya setelah bertanya, itu adalah pertanyaan pertama dan terakhirnya. Lalu setelahnya diam atau pergi berlalu. "Hm, cuma nanya saja lagi apa, lagi dimana. Ya cuma it
Read more
Cemburu Buta
"Jasmin hentikan, sakit!" Xabiru menepis pukulan bertubi-tubi yang dihantam Jasmin padanya. Apalagi dia sedang menyetir. Terlalu bahaya kalau sampai ia tidak konsentrasi karena ulah wanita yang duduk di sampingnya ini. Awalnya dia masih tahan, tapi setelah didiamkan Jasmin malah makin bringas. "Aku kesal! Aku marah! Aku benci!!!" teriak Jasmin masih dengan aktivitas memukul bahu Xabiru. Laki-laki itu sampai menghentikan mobilnya dan menepi ke pinggir jalan takut terjadi yang tidak-tidak. "Kamu apa-apaan sih?! Tidak lihat kalau aku sedang menyetir? Kalau kecelakaan bagaimana? Bahaya tahu!" timpal Xabiru penuh kemarahan. Matanya melotot tajam dengan urat leher yang menegang. Kesal melihat tindakan Jasmin barusan. Baginya terlalu kekanak-kanakan. Ia tahu, pasti akar masalahnya dikarenakan cium kening tadi, tapi kenapa tidak dibicarakan secara baik-baik? Ia akan jelaskan untuk menutupi kesalahan pahaman diantara mereka. Tidak dengan tindakan kekerasan. Kenapa juga harus menyerangnya di
Read more
Perasaan apa Ini?
[Yang di mobil tadi aku minta maaf.] Disertai emoticon tangan yang bertangkup seperti meminta maaf. Pesan dari Jasmin. Terpaksa mengirim pesan karena dia tahu Xabiru tidak akan menjawab teleponnya. Ia kenal betul karakter laki-laki mantan kakak iparnya tersebut. Apalagi semua memang salahnya. Emosinya telah menghancurkan hubungan yang harusnya bisa naik ke jenjang pernikahan. [Jangan putus. Kita break saja dulu. Jangan marah ya?] Bujuknya lewat pesan lagi. Jasmin sangat berharap Xabiru pun hanya emosi sesaat yang membuatnya mengambil keputusan ingin putus tersebut. [Aku izin tidak ke kantor hari ini, penampilanku tidak meyakinkan.] lanjut Jasmin menjelaskan. Tanpa dijelaskan lebih rinci, ia yakin Xabiru paham arti pesan tersebut. Setelahnya tidak ada pesan lagi dari wanita tersebut. Xabiru hanya membaca pesannya tidak berniat membalas ataupun menghubungi balik lewat telepon. Ia ingin menjernihkan pikirannya dulu. Ditambah sebentar lagi dia harus bertemu klien. Bukan waktu yang tep
Read more
Mulai posesif
"Pak, berhenti. Saya turun di sini saja," pinta Aira pada Pak supir taksi yang sedang membawanya. "Tapi kita belum sampai tujuan, Mbak. Baru juga jalan. Kenapa?" tanya Supir taksi tersebut terdengar bingung. "Iya, Saya nggak jadi pergi, Pak. Maaf. Tapi ini bakal saya bayar, Pak, sesuai tarif argonya. Berapa?" jawab Aira sedikit cengengesan tak enak hati. Mana bapak supirnya sudah berumur. Pasti kesal juga dapat penumpang yang tidak jadi naik taksinya. Pak supir itu pun menunjuk ke layar argonya dan dengan cepat Aira mengulurkan uang pecahan lima puluh ribu rupiah padanya. "Ambil saja kembaliannya Pak," tukas Aira seraya membuka pintu taksi dan keluar dengan cepat dari sana. Ia tahu itu kebanyakan tapi di dalam dompetnya hanya ada uang pecahan nominal besar. Ada uang kecil tapi recehan dan dia tahu tarif argo tadi diatas nominal receh yang dipunya. "Terima kasih Mbak." Terdengar teriakan supir taksi dan Aira menganggukkan kepala meski tidak menoleh. Ia berniat memesan ojek onlin
Read more
Mulai membuka diri
"Sudah dibaca tapi belum dibalas?" gumam Aira dari rumah melihat pesannya yang belum dibalas Xabiru setelah ditunggunya beberapa menit. Ia duduk di ruang tengah sambil menatap layar ponsel yang layarnya mati. "Ahhh! Suami ngeselin! Untung ganteng," ujar Aira merebahkan diri sofa seraya memejamkan mata karena ngantuk menerpa saat menunggu pesan suaminya. "Menunggu adalah hal yang membosankan," lirih Aira sembari menutup mulutnya yang menguap lebar. *** "Ya Tuhan jam berapa sekarang?" Aira duduk dengan cepat sambil mengucek kedua matanya. Ia ketiduran. Ketukan keras di depan pagar membuatnya terbangun seketika. "Permisi, Pesanan Mbak!" Terdengar juga teriakan dari arah sana. "Pesanan? Apa? Aku tak merasa memesan apapun," gumam Aira segera bangkit dengan langkah gontai karena baru mengumpulkan tenaga. "Pesanan atas nama Pak Xabiru Angkasa, ini." Kurir salah satu aplikasi pesan online tersebut menyodorkan beberapa bungkusan kresek pada Aira. Wanita yang baru tersadar dari tidurnya
Read more
Pencuri Hati
Ruli berjalan dengan pikiran bercabang. Selain memikirkan pekerjaan, dia kepikiran juga wanita yang ada di ponsel Xabiru. Wanita yang dicarinya terus menerus karena sesuatu hal malah akhirnya ketemu, tapi di situasi yang sudah berbeda. Di situasi yang tidak diinginkan. Kecewa dan patah hati. Mungkin itu yang dialaminya saat ini setelah pencariannya berakhir tapi orang tersebut semakin jauh baginya. "Iya, Om. Semua berjalan lancar." Ruli mendapatkan telepon dari Pak Desta. Rekan kerja yang bekerja sama dengan perusahaan Xabiru dan seharusnya dialah yang melakukan meeting bersama Xabiru tapi berhalangan hadir karena terjadi sesuatu pada keluarganya. Cucunya mendadak masuk rumah sakit dan meeting penting ini terpaksa diwakilkan pada keponakannya, yaitu Ruli yang saat ini memegang jabatan penting juga di perusahaan Pak Desta. "Syukurlah. Bagaimana Xabiru? Apa dia menanyakanku?" "Iya, tapi sudah Ruli jelaskan Om, dan sepertinya dia mengerti," jawab Ruli seraya masuk ke dalam mobil b
Read more
Jalan Bersama
"Assalamu'alaikum." Aira mengucap salam saat membukakan pintu rumah untuk Xabiru. Mendengar deru mobil Xabiru yang masuk ke dalam halaman rumah, dengan cepat Aira berlari dan menghampirinya. Dia antusias karena bakalan diajak Xabiru pergi belanja bulanan. "Waalaikumussalam," jawab Xabiru tapi langkahnya dihalangi saat ingin masuk. Ada Aira yang belum beranjak dari tempatnya berdiri di depan pintu. Rupanya Aira mengulurkan tangan minta salim dan dengan cepat Xabiru memberikannya. Namun ada lagi, Aira menunjuk keningnya lagi isyarat minta dikecup. Xabiru yang paham menyentil dahinya Aira dan membuat istrinya itu meringis sakit. "Aduh … sakit, Mas," keluhnya sembari mengusap dahi. Badannya sudah melipir ke sisi dinding karena Xabiru memaksa masuk. "Salah sendiri, genit," batin Xabiru menyalahkan tindakan Aira. Ia masuk melangkah ke dalam rumahnya. "Ayah!" Jingga berlari ke arah Xabiru yang baru saja pulang. "Hei, kesayangan, apa kabar hari ini, senang?" Xabiru menurunkan badanny
Read more
Diabaikan
Xabiru diam-diam mengamati interaksi antara Aira dan Jingga saat mereka makan bersama di salah satu food court favorit Jingga di mall yang sekarang mereka kunjungi. Kadang Xabiru harus menahan senyum menyaksikan kelucuan di antara keduanya. Ada saja tingkah keduanya yang menggelitik sudut hatinya dan membuatnya ingin ikut tertawa. Namun gengsi tidak ingin menunjukkannya di hadapan Aira. Takut wanita tersebut menganggap lebih padanya. Xabiru setuju kalau Aira adalah sosok ibu yang baik untuk Jingga. Dapat dilihat bagaimana bahagianya Jingga saat berinteraksi bersama Aira. Senyumnya lepas dan seolah tanpa beban. Berbanding terbalik saat bersama Jasmin. Jingga seperti terpaksa. Kadang malah suka menyindir wanita tersebut seolah menunjukkan ketidaksukaannya pada adik ibu kandungnya tersebut. Xabiru baru menyadari hal tersebut setelah membandingkan keduanya. "Yang ini boleh?" Aira meminta persetujuan Xabiru saat mengambil sesuatu yang pribadi untuknya di rak sabun mandi. Mereka sudah s
Read more
Difitnah
"Ayolah, Jas! Kita pergi." Kesya masih berusaha membujuk Jasmin yang masih mengawasi Aira dari jauh. "Iya, iya, ayo! Tpai janji ya pastikan Biru kembali ke pelukanku." "Sip, beres! Tapi tunggu dulu. Biar kamu senang, aku mau bikin istri sialan itu menyesal karena sudah membuatmu menangis," kata Kesya dengan menaikan satu sudut bibirnya ke atas. "Terserah! Kalau perlu buat dia ma ti sekalian aku tak peduli. Perse tan!" balas Jasmin sudah dirasuki rasa kebencian yang dalam pada Aira. Baginya Aira adalah rintangannya terbesarnya memiliki Biru. Kesya pun berjalan mendekati Aira. Ia memepet badan Aira dengan sengaja untuk memuluskan rencananya. Pura-pura melihat barang yang sama yang sedang diamati oleh Aira juga. Sebuah lipstik dimasukkan Kesya ke dalam tas Aira dengan sangat hati-hati tanpa diketahui oleh wanita tersebut. Kesya sudah terbiasa mencuri jadi dia dengan mudah menutupi gerak-geriknya saat memasukkan benda asing tersebut ke tas Aira tanpa terekam cctv maupun orang lain.
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status