Lahat ng Kabanata ng Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO: Kabanata 11 - Kabanata 20
37 Kabanata
Bab 11. Surat wasiat
Prita baru saja tiba di rumah sakit keesokan harinya dan menemui dokter terlebih dahulu sebelum menemui Akarsana di ruang perawatannya. Di ruang dokter, Prita mendapat kabar bagus yang disampaikan oleh dokter yang akan menangani Akarsana selama di meja operasi. Dokter telah menentukan jadwal operasi Akarsana. "Dua minggu lagi." Sepasang mata Prita seketika berbinar. Bibir wanita itu yang dipoles merah menyala tampak tertarik, membentuk sebuah senyuman lebar. Ia begitu bahagia, karena sebentar lagi Akarsana akan sembuh setelah melakukan operasi. "Terima kasih." Prita mengucapkan dua kata itu lagi sebelum menghilang di balik pintu ruangan dokter. Prita mempercepat langkah. Wanita itu berjalan riang, perasaannya lebih ringan, kini Prita tidak menahan beban, karena memikirkan kesehatan Akarsana lagi. Tangan kanan Prita menggapai gagang pintu ruang perawatan Akarsana. Ia membukanya dengan cepat, berjalan menghampiri ranjang Akarsana. Putranya sedang berbaring sembari menatap ke
Magbasa pa
Bab 12. Adik penjual bunga
Diana bisa menghela napas lega sekarang. Lelaki yang dia cari selama ini kini tengah duduk di sebelahnya sembari menyetir mobil. "Kalau kamu memang sedang sibuk harusnya bilang sejak awal. Supaya aku tidak berburuk sangka sama kamu." Diana mengatakannya dengan nada merajuk. "Kamu tiba-tiba menghilang tidak ada kabar. Teleponku sama sekali tidak kamu respons. Siapa yang tidak curiga?" desak Diana. Renjana menahan geram dengan tingkah laku Diana. Siapa juga yang mau bertanggung jawab kepada gadis itu. Dia cuma pura-pura saja agar Diana tidak terus mengganggunya. Siapa yang tidak terkejut melihat Diana ada di depan gerbang kampusnya. Diana bahkan memarahinya di depan umum dan membuatnya seketika menjadi panik. Akhirnya Renjana membuat siasat dengan mengiyakan permintaan Diana dan bersedia bertanggung jawab. Daripada nantinya dibuat malu lebih baik Renjana pura-pura saja. "Maaf, Diana. Aku terlalu sibuk sampai tidak pegang ponsel," jawab Renjana. "Biasanya aku akan menyimpan pon
Magbasa pa
Bab 13. Jejak
Marien memberi Winarto sebuah tugas melalui telepon. Lelaki berusia lima puluh tahun itu baru saja tiba di Bandung, tempat temannya tinggal dulu, Danurdara. Iya, Danurdara adalah teman Winarto yang dia titipkan putri dari mendiang Josefina di masa lalu. Kedatangan Winarto ke Bandung jelas bukan tanpa sebab. Dia mencari bayi Josefina. Winarto tiba di sebuah pemukiman dan sudah lama sekali tidak datang kemari. Ada banyak sekali perubahan di sana. Winarto harus mengingat lagi keberadaan rumah Danurdara. Winarto memasuki sebuah gang kecil. Dia mulai ingat dimana letak rumah Danurdara berada. Namun, saat Winarto sampai di tempat yang dia tuju, dia terkejut karena Danurdara ternyata sudah pindah cukup lama. "Pindah?" pekik Winarto terkejut. Seorang tetangga menghampiri Winarto yang kelihatan kebingungan sejak tadi. "Iya, Pak. Sejak rumahnya kebakaran, Pak Danurdara pindah dari sini." Winarto mendesah dan merasa putus asa. "Bapak tahu di mana Pak Danurdara beserta anak-anaknya pin
Magbasa pa
Bab 14. Doa dan harapan
Hari ini Pelangi datang ke rumah sakit untuk menjenguk ayahnya. Perempuan itu mengajak ayahnya mengobrol berdua. Berbicara tentang apa saja asal ayahnya tidak merasa kesepian. Danurdara menjawab setiap pertanyaan Pelangi dengan linglung. Lelaki setengah baya itu sedang menimbang. Apakah ia perlu memberitahu Pelangi sekarang? Danurdara telah lama menyimpan rahasia ini dari Pelangi beserta kedua saudaranya. Mulanya Danurdara ingin menyimpan rahasia itu saja sendiri. Namun, melihat Pelangi kesusahan karena dirinya, Danurdara menjadi tidak tega. Tidak seharusnya Pelangi hidup susah seperti ini. Mungkin sudah saatnya perempuan itu tahu asal-usulnya. Danurdara tidak tahan menyembunyikan rahasia ini. "Pelangi, Ayah mau—" Pelangi menatap ayahnya. Namun, belum sempat pria itu berkata pada sang putri, seorang dokter baru saja masuk ke dalam ruang perawatan Danurdara. "Yah, aku tunggu di luar, ya." Pelangi pamit kepada Ayah dan dokter. Dia tidak mau mengganggu dokter yang memeriksa kea
Magbasa pa
Bab 15. Kesempatan hidup
Naomi sedang membongkar isi lemarinya. Tanpa sadar perempuan itu menjatuhkan sesuatu dari dalam lemari. Sebuah ponsel lama miliknya yang sudah tidak pernah ia aktifkan setelah tinggal di New York. Naomi, mantan calon istri Akarsana kini tinggal di New York dan memilih menikahi lelaki asing, jadi Naomi tidak berniat kembali kepada Akarsana sekalipun lelaki itu berlutut dan mencium kakinya. Ia menggenggam ponsel lamanya sembari berjalan ke arah tepi ranjang. Tiba-tiba ia penasaran siapa saja yang menghubunginya setelah pindah kemari. Baterai ponselnya telah habis. Naomi mengisi daya baterainya lebih dulu sembari menunggu baterai terisi sedikit demi sedikit. Ia mendengar suara denting ponselnya mulai berisik. Satu persatu pesan masuk setelah Naomi menyalakan ponselnya. Ia membuka kotak pesan. Sebagian cuma teman-teman yang berbasa-basi menanyakan kabar, ada juga yang berniat ingin pinjam uang, dan ada satu nama yang memenuhi kotak pesan di ponselnya. Akarsana. Naomi mendesah panjang
Magbasa pa
Bab 16. Operasi
Prita berjalan mondar-mandir. Kepalanya menatap ke pintu ruang operasi. Perasaannya sekarang campur aduk tidak karuan memikirkan kondisi Akarsana di atas meja operasi. Sofia menghampiri ibunya dan mengajaknya duduk di kursi tunggu. Prita masih saja cemas. Di dalam kepala wanita itu sekarang hanya memikirkan Akarsana. Bagaimana situasi di dalam ruang operasi? Apa tidak ada masalah selama operasi berlangsung? Dan berbagai macam pertanyaan lainnya. Sofia menggenggam tangan ibunya. Sebelah tangannya lagi mengusap punggung wanita itu yang naik turun. "Mama tenang saja. Harus tetap tenang," ujar Sofia. "Kita tahu Kak Akarsana adalah orang yang kuat. Semuanya pasti berjalan dengan lancar," tambahnya. Prita menghela napas panjang. "Tetap saja, Sofia. Sebagai seorang Ibu, Mama tidak akan bisa tenang sampai dokter keluar dan memberi selamat kepada kita kalau operasinya berjalan dengan lancar!" Sofia mengangguk memahami maksud ibunya. "Iya, aku tahu, Ma. Kita berdoa saja, ya. Kita harus p
Magbasa pa
Bab 17. Bimbang
Danurdara menjadi sangat bingung. Winarto meminta ia beserta anak-anaknya pindah dari kota ini. Danurdara pun menjawab. "Aku tidak bisa. Buat pindah tidak mudah bagi keluargaku. Selain anak-anakku belum tentu mau, pindah rumah juga membutuhkan uang mengingat kondisi finansial keluargaku yang serba kurang juga menjadi alasannya." Untuk makan sehari-hari saja, Pelangi harus bekerja keras sampai pergi ke luar kota. Kalau Danurdara mengikuti kata-kata Winarto, Danurdara sama saja menambah beban bagi putri sulungnya. "Danurdara, tolong dengarkan aku baik-baik! Semua ini demi keselamatan Pelangi." Winarto menarik napas panjang. "Kalau Nyonya Marien menemukan anak Josefina, Pelangi bisa dalam bahaya! Kamu ingin Pelangi berada di posisi itu?" Giliran Danurdara yang diam. Winarto mengatakannya tanpa kebohongan. Danurdara menatap wajah Winarto. Mereka sempat saling berdebat. Namun, saat Winarto mengatakan Pelangi dalam bahaya kalau sampai ketahuan Marien, Danurdara pun bimbang. Ia harus meng
Magbasa pa
Bab 18. Harus apa?
"Tolong dengarkan saran dariku, Danurdara. Aku mengatakan ini jauh-jauh datang kemari untuk menyelamatkan Pelangi. Sebelum Nyonya Marien menemukan Pelangi sendiri lebih baik kamu bawa dia pergi sejauh mungkin sampai Nyonya Marien tidak bisa menemukan kalian." Danurdara menghela napas berat. Sedari tadi ia memikirkan kata-kata Winarto. Entah Danurdara belum bisa mengambil keputusan. Apalagi secara satu pihak tanpa memberitahu Pelangi lebih dulu, tapi Danurdara mulai ragu untuk mengatakan asal-usul Pelangi setelah kedatangan Winarto. Malang sekali nasib Pelangi. Walau Pelangi sebenarnya berasal dari keluarga kaya raya, terpandang, Pelangi harus mengalami nasib yang malang. Ia disingkirkan oleh nenek tirinya sejak bayi. Begitu Pelangi beranjak dewasa, Nyonya Marien masih saja ingin menyingkirkan Pelangi. Cuma karena wanita itu tidak menyukai Pelangi. Apa salahnya? Danurdara bingung dengan isi kepala Nyonya Marien sampai sekarang. Danurdara juga tidak menyalahkan Winarto juga mau-mau s
Magbasa pa
Bab 19. keputusan berat
"Aku tidak bisa pergi dari sini." "Tapi bagaimana dengan Pelangi?" Danurdara menghembuskan napas. "Aku akan memikirkannya sendiri. Kamu tidak perlu khawatir," gumamnya. Winarto berada di ambang kebimbangan. Antara melaporkan Danurdara yang berhasil ia temukan atau menolong Danurdara dan Pelangi dari Nyonya Marien? Jujur saja Winarto tidak tega melihat kondisi teman lamanya. Lelaki itu bersama ketiga anaknya harus tinggal di sebuah rumah susun sederhana. Ditambah tidak bisa bekerja karena sakit dan Pelangi-lah yang harus banting tulang untuk menafkahi Ayah dan kedua adiknya. Tidak Winarto sangka, anak Josefina harus menjalani hidup susah seperti ini. Pelangi adalah cucu Tuan Ardiyanto, berasal dari keluarga kaya raya. Andai saja Marien tidak menukar bayi Josefina dulu mungkin Pelangi tidak perlu bekerja keras seperti ini. Pelangi akan hidup mewah, bergelimang harta, tidak perlu sampai menjual bunga di sekitaran lampu merah. Winarto berdiri dengan gelisah. Ia harus mengambil
Magbasa pa
Bab 20. Kabar baik
"Tolong sampaikan pesan saya kepada saudara Bu Prita, ya. Saya coba hubungi ke nomornya, tapi tidak pernah mendapat respon, Bu. Maka dari itu saya menghubunginya kemari." "Baik, saya akan sampaikan kepada Prita." Lidah Kayla sedikit kelu. Kepalanya sedang mencerna apa yang ia dengar baru saja. Kayla tidak salah mendengar, kan? Sampai telepon itu ditutup, Kayla masih terkejut mendengar penuturan yang disampaikan oleh teman arisan Prita. Bagaimana bisa Prita melakukan hal seperti ini? Kayla sudah mengatakan supaya Prita tidak perlu mengikuti teman-temannya membeli ini dan itu. Hiduplah sesuai kemampuan saja, tapi Prita memiliki gengsi setinggi langit. Kasihan sekali Akarsana memiliki Ibu seperti Prita. Tanpa sadar Akarsana telah dijadikan boneka oleh ibunya sendiri. Uang Akarsana dihabiskan cuma untuk foya-foya. Kayla menahan geram. Ia sangat kesal dengan kelakuan Prita yang seenaknya sendiri. Seharusnya Prita memikirkan Akarsana. Anak sulungnya baru saja melakukan operasi. Kal
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status