Semua Bab Penderitaan Istri Kedua Suamiku: Bab 21 - Bab 30
66 Bab
21. Jika Kamu Licik
"A-apa maksud Mas?" "Jawab saja. Apa kamu selama ini menganggap Mas suami kamu?" Yulia membuang muka, dia menyelipkan rambut yang sebagian menghalangi wajahnya. Yulia bingung dengan sikap Alan yang tiba-tiba saja berubah."Jawab, Yulia." Alan memegang kedua bahu wanita itu, membuat mereka saling menatap. Yulia terkejut dengan sikap Alan. Ia yang masih tak mengerti apa maksud suaminya itu menatap kedua mata hitam Alan dengan penuh tanya. Melihat sorot kebingungan dari kedua mata Yulia, Alan melepaskan pegangannya dan menghembuskan nafas dengan kasar. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri yang tak bisa mengendalikan emosi. Yulia masih terus menatap Alan dengan penuh tanya, namun ia tak berani bertanya lebih. "Sudah, lupakan saja. Bagaimana kata dokter tadi?" Yulia mengerjapkan matanya berkali-kali, lalu memalingkan wajahnya. "Cilla baik-baik saja. Kata dokter hanya demam biasa." "Apa kata Mas juga. Cilla tidak akan kenapa-napa. Kita pulang saja, yuk? Nanti Aira akan membantu kamu
Baca selengkapnya
22. Ketakutan Alan
Esok harinya, Yulia tak bisa melakukan pekerjaan rumah seeprti biasa karena Cilla yang masih terus rewel. Ia tidak mau di turunkan dari gendongan. Jadi, Aira lah yang melakukan semuanya. Dari mulai membuat sarapan, sampai membereskan rumah. "Kamu kok sibuk sendiri, Ra? Mana pelakor itu?" tanya Vina yang baru memasuki ruang makan.Aira yang sedang menata sarapan di meja menoleh sejenak. "Siapa maksud Ibu?" tanyanya. Walau Aira sudah mengerti maksud Vina, tetapi ia tak menyukai sebutan yang Vina sematkan pada adik madunya itu."Siapa lagi kalau bukan Yulia?"Aira menghela nafas. Baru saja ia hendak menjawab ucapan Vina, Alan datang dan menyelanya."Yulia mana, Dek?" tanya Alan setelah celingukan. "Itu, Yulia sibuk, Mas. Cilla tidak mau ditinggal. Maunya digendong terus." "Masih panas?""Tadi udah mendingan, sih, Mas. Tapi mungkin tinggal rewelnya aja." Alan pun mengangguk mengerti. "Nanti kamu bantu dia, ya?" ucap Alan. "Aduh Alan, kamu ini kenapa sih terus ngerepotin Aira? Biarin
Baca selengkapnya
23. Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
Mengingat pesan Alan, Yulia yang melihat Cilla masih tertidur dengan nyenyak pun mengambil posisi berniat untuk memejamkan matanya walau sedetik. Ia merasa lelah, dan kepalanya sedikit sakit. Mungkin ia memang kurang tidur dan kurang makan juga."Yuliiaaa ... Yuliaaaa ...."Baru saja Yulia menutup mata, suara lengkingan Vina membuatnya bangun. Yulia menepuk-nepuk tubuh Cilla yang sedikit menggeliat mendengar teriakan Vina. Takut Vina berteriak kembali, ia pun segera ke luar dari kamar untuk mendatanginya."Iya, Bu?" tanyanya dengan lesu."Kamu kok jam segini masih, iihh ... Gak bisa ngurus diri sekali. Rambut acak-acakan, wajah juga kusam sekali. Mana mungkin Alan bisa suka sama kamu?" ucapnya membuat Yulia memegangi rambutnya. "Heh! Kamu ngapain aja, sih, di kamar? Ini sudah siang. Ayo kerja."Yulia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Semuanya terlihat sudah bersih. "Kerja apa, Bu?" tanyanya."Malah nanya, lagi. Cepat setrikain baju-baju yang sudah menumpuk di ruang gosok." Yuli
Baca selengkapnya
24. Keliru
"Dasar wanita gak becus! Pelakor!" Yulia hanya diam menunduk. Lagi-lagi gelar itu yang Vina gunakan untuk menyebutnya. "Heran saya sama nasib baik kamu. Kamu gak cantik, gak seksi, gak pintar, dan gak becus apa-apa. Tapi berhasil menjerat Alan untuk menikahimu. Atau mungkin benar, palkor itu gak perlu cantik. Yang penting punya otak licik kaya kamu!" Yulia tetap diam membisu. Hanya Cilla yang mulai merengek dan menarik-narik rambut Yulia. Mungkin bayi itu ikut merasakan apa yang sedang terjadi pada ibunya.Aira langsung meraih Cilla dari pangkuan Yulia. Aira menggendong Cilla. Dan Vina tak melarangnya. "Sudahlah, Bu. Jangan berlebihan seperti itu." "Ya gak bisa. Kesalahan sedikit di maafkan nanti ke depannya dia bakalan membuat masalah yang lebih besar lagi. Hah! Kamu bikin saya naik darah terus, Yulia. Gak ada gunanya kamu nampung wanita ini, Aira."Vina langsung melenggang pergi setelah menggebrak pintu. "Ya Allah, Ibu ... " lirih Aira sambil terus menggendong Cilla."Yul, kam
Baca selengkapnya
25. Semakin Rumit
"Ya. Karena Mas tak bisa membiarkannya," ucap Alan berhasil membuat Aira merubah raut wajahnya."Izinmu memang penting bagi Mas. Tapi Mas juga tidak akan diam saja karena kau tak mengizinkan. Bagaimana, ya, rasanya Mas tidak bisa meninggalkan Yulia, Dek, walau tidak ada perasaan spesial apapun terhadapnya. Mas merasa tak berdaya di hadapannya, Mas merasa tidak bisa menghindarinya. Entahlah, Mas juga bingung."Aira tersenyum kecut. Hatinya merasa sedikit tercubit mendengar pengakuan Alan."Jadi Mas minta, tolong kamu berjanji untuk selalu berada di sisi Mas selamanya, membantu meringankan beban Mas, dan selalu akur dengan Yulia. Mas tidak akan bisa memilih antara kamu dan Yulia jika saja suatu saat kamu mendesak Mas untuk memilih. Kamu sangat Mas cintai. Tetapi Yulia, Mas merasa mempunyai tanggung jawab yang besar terhadapnya. Tetaplah akur, walau apapun yang terjadi. Kita sudah terlanjur terjun ke dalam tantangan ini, dan Mas tidak mau kamu, ataupun Yulia menyerah dalam menjalani semu
Baca selengkapnya
26. Sikapnya Berubah
"Ya ampun! Jam segini belum bangun!" pekik Vina."Heh! Bangun!"Yulia yang sebenarnya tidak tidur pun membuka matanya, ia bangkit dari kasur dan menoleh dengan malas. "Ada apa, Bu?" tanyanya."Ada apa, ada apa. Ini sudah siang, Yuli! Bangaun, kamu! Beresin rumah!" ucap Vina dengan jengkel."Kan ada Mbak Aira?" tanya Yulia dengan ketus. Vina langsung berkacak pinggang mendapatkan sikap acuh Yulia. Aira sendiri melongo tak percaya, kenapa Yulia tiba-tiba seperti ini?"Aira, Aira. Kamu yang harus gerak sekarang. Aira sudah buatin sarapan, menyapu, dan mencuci piring. Lah, kamu? Malah tiduuur aja kerjaannya." Yulia menggaruk lehernya. Ia sama sekali tak menggubris cerocosan Vina. Vina yang merasa tak dihormati dengan sikap Yulia itu langsung naik pitam. Ia menarik tangan Yulia ke luar kamar, sedangkan Aira tercengang dan mengikuti keduanya. Vina membawa Yulia ke kamar mandi."Tuh! Cuci sekarang," ucap Vina sambil menunjuk keranjang yang penuh dengan baju kotor miliknya, Aira, dan Alan
Baca selengkapnya
27. Kesedihan Aira
"Aku tidak tau, Bu. Tapi aku rasa Mas Alan tidak akan pernah mau meninggalkannya.""Kenapa tidak mau?" "Karena ... Aku merasa Mas Alan sudah mulai menyukai Yulia." "Apa yang kamu katakan? Ah! Terserahlah anak itu mau suka mau cinta sama si Yulia itu, Ibu tetap tidak mau merestuinya. Ibu tidak peduli! Aira ... Andai dulu kamu tak mengizinkan Alan atau kamu pergi saja dari Alan dan cari kebahagiaanmu sendiri. Kamu tidak akan bahagia berbagi suami dengan wanita licik seperti Yulia, Ra. Dia akan berusaha keras untuk untung sendiri. Dia akan ingin menguasai Alan dan hartanya seorang diri. Kamu juga berhak bahagia, dan Ibu pun tidak akan membiarkanmu hidup menderita dengan anak Ibu.""Jadi Ibu tetap akan membiarkan Mas Alan bersama Yulia walau Ibu tidak menyukainya?" Vina membenarkan posisi duduknya walau sedikit meringis. "Ah, itu resikonya sendiri. Biarkan dia menderita dan emnyesal karena telah menyia-nyiakan wanita sesempurna kamu hanya demi pelakor kurang ajar itu!" Aira kembali me
Baca selengkapnya
28. Ada Apa Ini?
"Ada apa, Dek?" tanya Alan yang sudah mendekat. Aira semakin salah tingkah. Ia berusaha menyembunyikan mata sembabnya dari sang suami."Gak ada. Gak ada apa-apa, Mas. Kamu ... Kok sudah pulang?" "Iya. Semuanya selesai lebih cepat dari perkiraan. Ada apa sebenarnya, Dek? Kamu kenapa?" tanya Alan sambil membingkai wajah Aira. Ia mengamati wajah itu yang terlihat baru saja menangis. "Dek, bicara sama Mas. Ada apa ini?" Aira kebingungan. Ia tak tau harus berbicara dari mana. Aira memberanikan diri menatap suaminya, namun akhirnya ia tak tahan dan menjatuhkan diri ke dalam pelukan Alan."Maas ... Maafkan aku," ucap Aira sambil menangis sesenggukan dalam dekapan Alan.Alan masih diam, perasaannya mulai tak enak. Ia berusaha memikirkan kemungkinan apa yang telah terjadi selama ia tak di rumah. Alan yang merasa lelah tiba-tiba disambut dengan tangisan sang istri begitu pulang. Padahal, keadaan baik-baik saja saat ia tinggalkan kemarin."Ayo, ayo kita ke kamar." Alan membawa Aira yang masi
Baca selengkapnya
29. Memecahkan Masalah
Alan tersenyum gemas melihat reaksi Yulia. Dia sampai menutupkan mulut Yulia yang menganga dengan tangannya sambil terkekeh geli. Yulia langsung megerjap dan gelagapan. "Ibu Vina itu ibu kandung Mas. Sedangkan ibunya Aira tinggal di luar provinsi. Bukan di kota ini. Jadi, sudah jelas kalau di sini kamu sudah salah faham." Yulia menunduk, ia menggaruk kepalanya sambil melamun. "Tapi ... Bu Vina dekat sekali dengan Mbak Aira.""Ya, kamu benar. Siapapun juga pasti mengira kalau Aira lah anak Ibu, bukannya Mas. Ibu memang sangat menyayangi Aira dari pertama dia menjadi menantunya. Ibu sudah menganggap Aira anaknya sendiri. Bukan menantunya."Yulia tak berani berkata-kata lagi. Sungguh, ia sungguh malu sekali dengan suaminya. Ia sudah salah sangka selama ini. Dan ... Ia juga sudah bertindak kasar pada Vina. Yulia sampai meringis mengingat kejadian kemarin. Di mana dia benar-benar marah dan menunjukkan sisi buruknya. Melihat Yulia yang terus menunduk membuat Alan ingin menghiburnya. Ia p
Baca selengkapnya
30. Penuh Haru
"Loh, kok, jadi Ibu yang salah?" tanya Vina dengan sewot."Itu benar, Bu. Jadi sebenarnya, Yulia ini sudah salah faham pada Ibu dan Aira. Yulia menyangka kalian itu mengincar Cilla dan berencana akan merebutnya dari Yulia. Dan, Bu, apa Ibu juga mengakui kalau telah mengatakan kata-kata yang menjurus ke hal tersebut? Sehingga membuat Yulia semakin ketakutan?" Vina mendelik. Namun ia tak mengatakan apapun sebagai pembelaan. Sikapnya itu secara tak langsung telah menunjukkan pengakuannya. "Dan tadi pun, apa Ibu menyadari kalau kata-kata yang Ibu anggap pembelaan terhadap Aira itu secara tak langsung malah memanasi Aira? Apa Ibu menyadarinya?" "Tapi memang itu kenyataannya, Alan.""Tidak, Bu. Ibu salah." Alan melirik Aira yang terus menuduk. Pria itu merangkulnya hingga membuat Aira menoleh. "Alan sangat mencintainya, dan akan terus mencintainya selamanya. Dan, Bu, Aira itu wanita tangguh. Dia sudah melewati banyak perjuangan dan pengorbanan untuk berada di titik ini. Dengan bersikap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status