All Chapters of Pengkhianatan Istriku: Chapter 31 - Chapter 40
93 Chapters
Bab 31. Talak Saja
Bab 31. Ceraikan Saja"Ayah!" teriak Rafa berlari mendekat.Tubuhku jatuh ke lantai keramik berwarna putih. Aku lupa kalau sekarang sudah lumpuh. Bumi tempatku berpijak seperti akan runtuh. Mengapa cobaan selalu datang silih berganti. Seakan enggan berlalu dari hidupku.Aku seperti manusia yang tak berguna. Melihat kondisi yang memprihatinkan. Sudah miskin cacat pula. Entah sampai kapan deritaku yang malang akan segera berakhir."Ayah, kakinya kenapa? Kok Ayah gak bisa jalan?" tanya Rafa sedih.Ada raut khawatir di wajahnya. Seraya menatapku iba. Mungkin Rafa heran kenapa ayahnya lumpuh. Kemarin masih baik-baik saja."Kaki Ayah lumpuh, Nak. Ayah tidak bisa berjalan lagi sekarang," jawabku lirih. Netraku berembun. Ada butiran air yang menghangat hendak turun terjun bebas.Seketika Rafa menangis memelukku. Entah apa yang dia rasakan. Aku hanya bisa mengelus dan mengusap air mata Rafa. Suatu hari nanti dia akan mengerti. Mengapa ayahnya gak bisa berjalan."Ayah gak bisa jalan, ya?" tanya
Read more
Bab 32. Mertua Oh Mertua
Bab 32. Mertua Oh MertuaHening. Tak sepatah kata pun kalimat keluar dari bibir Naina. Kami sama-sama terdiam di dalam kamar. Tidak ada yang bisa kulakukan bila ibunya menolak pernikahan kami.Seketika dia memelukku dari belakang dan merangkul pinggangku. Mungkin karena sikapku yang dingin. Dia memulai duluan. Malam itu, tidak terjadi apa-apa di antara kami."Selamat malam, Kang Danu! Hari sudah larut malam. Lebih baik kita tidur saja," bisiknya di telingaku.Seketika jantungku berdetak dengan cepat. Hawa panas menyapu tengkuk. Dari hembusan napas Naina membuat kelelakianku bangkit. Namun aku tidak ingin meminta hakku sebagai suami. Sepertinya, Naina belum siap menunaikan kewajibannya sebagai istri. Dan aku pun tidak memaksanya.Aku ingin Naina melakukannya dengan suka rela. Tanpa ada pihak lain yang memaksa. Terlebih dia melakukan hanya sekedar kewajiban. Bagiku, cinta Naina lebih penting dari segalanya."Iya, Neng," jawabku.Naina merebahkan kepalanya di dadaku. Kemudian, dia mindah
Read more
Bab 33. Jodoh Untuk Naina
Bab 33. Jodoh Untuk Naina"Assalamualaikum," ucap seorang pria.Begitu menginjakkan kaki di ruang keluarga. Membuat kami semua sontak menoleh ke arahnya. Tubuhnya tinggi dan berkulit putih. Dia berpenampilan bak seorang CEO dalam sinetron film.Senyuman indah mengembang di bibir tipis merah muda. Memancarkan aura ketampanan yang berwibawa dan elegan."Waalaikumsalam."Semua orang yang ada di dalam pun menjawab salamnya, dan menoleh ke arah pintu masuk ruang keluarga. Sosok pria tampan berukuran tinggi sekitar 180 cm. Memakai jas dan membawa oleh-oleh di tangannya."Farhan!" seru Nyai Rosmah. Dia menyambut pria muda itu dengan senyuman semingrah.Seulas senyum jelas mengembang dari bibirnya yang tipis. Begitu ibu mertua mempersilahkan untuk bergabung dengan kami. Suasana seketika menjadi canggung karena kehadiran orang asing."Silahkan duduk, Nak Farhan!" ucap Nyai Rosmah menarik kursi."Apa kabar Ibu?" tanyanya sembari mencium tangan ibu mertua."Alhamdulillah baik, Nak Farhan," jawab
Read more
Bab 34. Janji
Bab 34. Janji "Waalaikumsalam."Aku melihat Naina datang dengan senyum ceria. Dia juga membawa paper bag di tangannya. Sepertinya, Naina baru pulang belanja."Dari mana, Neng?" tanyaku pura-pura tidak tahu.Naina tersenyum sembari menyerahkan paper bag. Melihat wajahnya yang berseri-seri aku mulai terusik. Istriku habis keluar dengan pria lain, membuat gemuruh di dada terasa ingin meledak."Dari rumah Bapak Kepala Desa, Kang," jawabnya berbohong.Astagfirullah! Sejak kapan istriku pandai mengarang cerita. Sudah jelas-jelas dia pergi bersama Farhan kata ibunya. Namun, masih saja mengatakan dari rumah Pak Anwar.Entah sejak kapan istriku tak jujur. Tadi ibu mengatakan, kalau dia sedang menemani Farhan. Tapi Naina berkilah. Seolah tidak merasa bersalah. Telah berbohong pada suami.Aku kecewa dengan jawaban Naina yang berbohong, apakah dia sengaja tak jujur agar aku tidak terluka. Yang pasti aku merasa sakit hati. Baru pertama kali Farhan datang ke rumah, tetapi istriku sudah pandai berb
Read more
Bab 35. Menantu Hanya Status
"Aku datang untuk memberi ucapan selamat untuk Rafa atas prestasi yang didapatkan. Kamu tidak keberatan, kan, Danu?" tanya Farhan mengulas senyum. Dia melirik sekilas ke arah Naina.Dengan terpaksa kuterima uluran tangannya, yang memberi ucapan selamat. Pria tampan yang memakai pakaian rapi berbahan kain katun itu, pun membawakan sebuah bingkisan untuk Rafa."Terima kasih, Farhan," ucapku sembari menerima bingkisannya. "Tidak perlu repot-repot memberi hadiah untuk Rafa."Farhan membawa sebuah bingkisan yang entah apa isinya, aku tidak tahu. Jujur, aku cemburu melihat caranya menatap Naina. Seolah pandangannya tak pernah mau beralih, ke yang lain."Aku membawakan bingkisan ini untuk Rafa, Danu. Tolong diterima, ya. Isinya peralatan sekolah, tas, buku dan lain-lainnya," ujarnya menerangkan."Maaf, bukan bermaksud untuk menolak hadiah darimu, Farhan. Tapi ini terlalu berlebihan.""Jangan bicara begitu, Farhan. Aku senang kok melakukan ini. Rafa pasti suka dengan hadiah yang kubNainan. Bu
Read more
Bab 36. Lamaran Untuk Istriku
Bab 36. Lamaran Untuk Istriku"Rafa!" teriakku histeris.Aku melihat Rafa menangis menahan kesakitan, karena kakinya tertimpa air panas. Nyonya Rosmah membuatkan susu hangat. Mungkin atas permintaan Naina tadi sebelum pergi. Namun, yang membuatku bertanya-tanya, kenapa Rafa yang diminta untuk membawanya.Cepat-cepat kutarik Rafa, dan membersihkan tumpahan air yang menempel di kaki, lalu menyiramnya dengan air dingin. Air panas yang tertumpah, di atas kaki masih terlihat mengepulkan asap. Kaki Rafa yang tertimpa susu panas terlihat merah, dan melepuh. Aku segera mencari obat salep di kotak P3K, untuk mengobati luka bakarnya.Melihat luka di kaki mulai melepuh, hatiku terasa sakit. Kenapa ibu mertua tega. Meminta anak kecil untuk membawakan air panas. Jika memang tidak ikhlas untuk melayaniku, lebih baik tidak usah pura-pura baik."Sabar ya, Sayang. Ayah akan mengobati lukamu agar tidak semakin melepuh. Tahan sedikit ya, Nak! Kamu jangan menangis! Ayah tidak suka anak yang cengeng. Kamu
Read more
BAb 37. Permintaan Ibu
Bab 37. Permintaan IbuNaina seketika tersedak dan terbatuk-batuk. Begitu mendengar ucapan ibunya. Pun juga denganku yang sedari tadi menguping. Tak kalah terkejut, dengan apa yang diucapkan oleh Nyai Rosmah. Bagaimana bisa wanita itu, menjodohkan anaknya yang sudah menikah dengan pria lain.Buru-buru kulihat Naina menyambar gelas, yang berisi air putih di atas meja, lalu minum dan menghabiskan tanpa sisa."Nenek, Ibu sudah menikah dengan ayahku. Kenapa Nenek mau menikahkan dengan pria lain?" tanya Rafa. "Kasihan Ayah kalau Ibu mau menikah lagi. Dulu, ibuku pergi karena memilih punya suami baru. Mengapa Nenek tega menikahkan ibuku?""Diam!" Bentak ibu mertua. "Asal kau tahu saja. Naina itu bukanlah ibumu. Aku juga bukan nenekmu. Cam, kan itu bocah kecil!"Rafa langsung terdiam, saat ibu membentaknya. Kulihat wajahnya berubah menjadi masam. Dia tidak lagi menyuap nasi ke dalam mulutnya."Tapi, Nek ….""Diam! Tidak usah protes. Kau hanyalah anak kecil. Aku tidak butuh pendapatmu."Nyai
Read more
Bab 38. Talak Satu
Bab 38. Talak SatuTerlihat beberapa pembantu, yang disewa ibu sedang menyiapkan acara lamaran Naina. Berbagai hiasan rumah telah didekorasi. Mereka memanggil MUA terbaik di kota ini.Ibu meminta para pekerja untuk menghias ruang tamu, dan juga kamar. Tak lupa gapura juga dihiasi bunga. Lusa kamar ini akan berubah menjadi kamar pengantin Naina, dan juga Farhan. Pagi itu, setelah salat Subuh aku mengemasi pakaian ke dalam koper kecil. Aku dan Rafa akan siap siap, untuk angkat kaki dari sini.Ruang tamu sudah dicat warna putih. MUA memilih untuk menghias memakai hiasan bunga, dan renda-renda. Saat ku dongakkan kepala ke atas ada lampu hias kristal mewah. Ibu mertua juga mengganti perabot dalam kamar dengan yang baru."Ayah, apa kita akan pergi dari sini?" tanya Rafa menatapku."Iya.""Apa kita akan kembali ke rumah yang lama?""Iya, untuk sementara.""Kenapa?""Ayah masih memikirkan rencana selanjutnya. Kita akan pergi ke mana.""Apa Ayah dan Ibu Naina ingin berpisah lagi?""Iya."Aku m
Read more
Bab 39. Jambret
Bab 39. Jambret"Ayah, kita mau pergi ke mana?" tanya Rafa."Kita mau ke Jakarta, Nak.""Kenapa kita harus ke Jakarta, Yah? Nanti gimana dengan sekolahku?""Nanti Rafa bisa sekolah di sana.""Kita mau cari siapa di Jakarta?""Kakek.""Kakek?""Iya."Pertanyaan demi pertanyaan Rafa lontarkan. Rasa keingintahuan membuat bocah itu selalu bertanya.Bus yang kami tumpangi melaju dengan kecepatan sedang. Melakukan perjalanan dari Medan menuju ke Jakarta. Selama lima hari dan lima malam kami berada di perjalanan.Bus sudah tiba di Lampung tepat di pelabuhan Bakauheni. Kapal-kapal besar bersandar di dermaga. Lautnya yang biru terlihat sangat indah. Kini, tujuan sudah akan semakin dekat ke Jakarta. Kota yang dulu pernah memberiku kenangan bersama Erika."Ayah, sebentar lagi kita akan sampai di Jakarta. Apa kita akan tinggal di sana selamanya?""Iya, Nak. Kita akan mencari Kakek."Berbekal dengan surat wasiat dari ibu, aku dan Rafa mencari alamat yang tertera di sana. Mudah mudahan bisa menemuk
Read more
Bab 41. Bang Tagor
Bab 40. Bang Tagor"Bang Togar?!" wajah Rehan berubah menjadi pucat seketika.Suara teriakkan seorang laki-laki terdengar lantang. Terpaksa membuatku menghentikan aktivitas. Baru saja ingin menunaikan salat, tiba-tiba terdengar kegaduhan dari arah luar.Kemudian, Rehan bergegas keluar menemui pria tadi. Dari belakang aku mengikuti langkahnya dengan menggunakan tongkat kaku. Terpaksa niat untuk menunaikan kewajiban lima waktu ditunda.Di luar berdiri sosok pria bertubuh tinggi besar. Kulitnya yang hitam dan berotot kekar memperlihatkan dia pria yang kuat. Sejenak aku terpaku. Menelan ludah yang terasa kering di tenggorokan."Bang Togar!" seru Rehan. "A … ada apa datang mencariku?"Suara Rehan terdengar gemetar. Sontak raut wajahnya menjadi pucat pasi. Pria berkulit hitam itu, lalu menarik kerah baju Rehan.Buk!Tangan Togar langsung meninju wajah Rehan. Darah segar langsung menetes dari sela-sela bibirnya."Rehan, kau tidak apa-apa?""Tidak, Bang."Kubantu Rehan untuk berdiri. Aku masi
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status