All Chapters of Istri Pungut Sang Pewaris: Chapter 41 - Chapter 50

147 Chapters

Balasan Untuk Kutu Pengganggu

“Maaf? Anda siapa?” Kening Anais mengerut penasaran.Dirinya belum pernah sekalipun melihat sosok lelaki tinggi besar dengan wajah seberingas itu. Ya, figurnya bukan seperti kebanyakan orang yang sering dia temui.“Mengapa Anda ada di sini?” tukas Anais melanjutkan tanya.Alih-alih memberi penjelasan, lelaki dengan air muka garang itu justru memamerkan seringai mengerikan. Dan reaksi tersebut memacu kabut resah menyelubungi Anais.“Bukankah Anda ke tempat ini untuk bertemu seseorang?” balas lelaki tadi seraya melangkahkan kakinya mendekati Anais.Seketika, sang wanita pun mundur karena tatapan lawan bincangnya bukanlah sorot yang biasa.Dengan wajah tegangnya, Anais pun menyambar, “di mana Tuan Cooper?”Nadanya yang tegas, tiba-tiba memicu gelak tawa lelaki di depannya. Dia terbahak-bahak seakan mengejek Anais yang tampak konyol.Tanpa menguarkan sepatah kata, laki-laki itu terus mengikis jarak dengan sang wanita. Sungguh, gerak-geriknya yang mencurigakan langsung membuat Anais kian m
Read more

Menghimpit Sang Wanita di Pintu Hotel

Suasana dalam lift yang hanya ada Anais dan Jade, terasa sangat canggung. Udara di antara keduanya seperti membeku karena tak ada satu pun yang membuka suara. Akan tetapi, Anais tak bisa bungkam saja usai mengetahui tingkah Jade yang hanya diam menonton seseorang yang nyaris sekarat. “Mengapa Anda melakukannya? Bagaimana bisa Anda begitu tenang saat ada orang yang hampir mati di depan Anda?!” sungut Anais tanpa melihat pria di sampingnya. Jade semula tak ingin membahas perkara ini, tapi agaknya Anais terkejut karena dirinya baru saja menginjak ujung jurang kematian. Walau akhirnya dia selamat, tapi sensasi merinding masih melekat di punggungnya. “Saya hanya akan bertindak untuk orang-orang yang saya inginkan.” Nada Jade terdengar dalam, tapi juga menekan. Anais yang mendengarnya pun otomatis menyernyitkan dahinya. Jika ditilik kembali, bukankah Jade tak segan bergerak setiap kali dirinya dalam situasi sulit? ‘A-apa maksud pria ini sebenarnya?’ Anais membatin getir. Rasa kering m
Read more

Sampanye yang Sia-Sia

“Apapun yang kau lakukan, sama sekali tidak ada hubungannya denganku. Karena itu, jangan pernah mengaitkannya padaku, sebab aku sangat muak hanya dengan melihatmu!” Setelah sekian lama dan untuk pertama kalinya, Leah sudi membuka suara di depan sang putra. Ya, dirinya yang terbiasa menganggap Jade tak ada, kini seakan menegaskan bahwa dia tak ingin diusik. “Sayang sekali, Ibu. Ke depannya Ibu akan sering bertemu dengan saya. Jadi Ibu harus terbiasa!” sahut Jade yang sengaja memprovokasi. Leah tak melirik sedikit pun, tapi seringai keji yang tersebar di bibir tipisnya cukup untuk mengiaskan rasa jijiknya. Dia segera melenggang pergi dengan lahar api meledak dalam dadanya. ‘Teruslah bermimpi!’ dengusnya membatin. Dirinya mengenakan kacamata hitam dan melanjutkan dengan sengit. ‘Menginjaknya di awal, tidak akan menyenangkan. Namun, ketika anjing liar itu terlalu percaya diri jika dia akan naik ke atas, itulah saat yang tepat untuk menjatuhkan dan menindasnya!’ Sungguh, bukankah hara
Read more

Berita Tak Terduga

‘Sialan! Bagaimana mungkin orang suruhan Ibu gagal menghabisi Kak Anais?!’ Aretha memaki dalam batin. Dirinya menilik Pineti yang tertegun karena mendapat sarkasan dari Anais, dan itu membuatnya amat kepanasan. Anais mengisi gelasnya dengan sampanye. Namun, sampai cairan itu meluap melebihi kapasitas wadah, Anais terus menuangkannya seraya memaku tatapan tajam pada Pineti. “Apa Kak Anais sudah gila?!” sentak Aretha yang tak habis pikir dengan kelakuannya. Sang lawan bincang sengaja tak mendengar, dia tetap mengucurkan sampanye itu hingga tak tersisa satu tetes pun. “Apa kau sudah kehilangan akal?!” Akhirnya Pineti buka suara. Dirinya yang masih bersantai di sofa dengan segelas anggur putih di tangannya, tampak ingin mengunyah anak angkatnya tersebut. Dengan wajah datar, Anais meletakkan botol kosong itu di meja. Kakinya bertumpu di tungkainya yang lain sembari menyahut tegas. “Ibu kesal karena sampanye ini?! Haruskah saya memberikan sebotol sampanye yang baru? Tapi bagaimana, y
Read more

Krisis yang Mencekik

‘Disita?!’ Velma tersentak dalam hati.Beruntung ucapannya itu tidak tersiar terang. Dirinya yang baru saja masuk ke ruang pertemuan dengan menyangga nampan minuman untuk Anais, sontak tertegun ketika mendengar warta mengejutkan dari pihak Saint Morena Bank.‘Tidak mungkin ‘kan? Itu mustahil!’ tuturnya mengelak dalam batin.Namun, mendapati ketegangan dan udara yang terasa membeku di tempat tersebut, Velma sungguh tak bisa menampik fakta.“Baik, saya mengerti. Tuan sekalian tenang saja, kami pasti akan memenuhi kewajiban Dante’s Gallery pada Saint Morena Bank,” tutur Anais memecah sunyi.Dirinya berlagak setegar karang, sungguh tak ingin menampakkan secuil kelemahannya pada orang lain.Dengan tatapan tegas, salah seorang lelaki di depan Anais pun menyahut, “syukurlah Nona Anais bisa bekerja sama. Kami harap Anda menepati janji, dengan begitu pihak Saint Morena Bank bisa tetap mendukung acara amal Dante’s Gallery setiap tahun seperti biasa.”Sungguh, dari kata-katanya tersebut, lelaki
Read more

Menggali Kuburan Untuk Anak Sendiri?

“Kak Anais?” Aretha mencetus dengan nada cibiran.Maniknya menatap sinis seraya melanjutkan. “Untuk apa Kakak datang ke kantor Ayah?”Anais yang sengaja menemui Tigris sampai ke DV Group untuk menghindari ibu dan adik angkatnya, malah bertemu dengan Aretha di sini. Bahkan sialnya, Denver pun bersamanya.“Masuklah, Anais,” tutur Tigris yang duduk di sofa berseberangan dengan putri dan calon menantunya.Namun, kaki Anais seperti tertuang lem, terasa amat berat untuk melangkah. Tidak mungkin juga dirinya membahas masalah peliknya ketika pasangan biadab itu ada di depannya.“Ah, sepertinya saya salah waktu. Ayah sedang ada tamu, kalau begitu saya akan menemui Ayah nanti.” Anais menjawab dengan tatapan dingin.Tigris mengangkat kedua alisnya, lalu melirik kedua orang di sisi lain meja.“Saat ini kami hanya membahas hal ringan. Kau boleh bergabung, lagi pula jam kerja juga sudah selesai,” sahut pimpinan DV Group itu.Akan tetapi, bagi Anais duduk dan menghirup udara yang sama dengan adik da
Read more

Saya Hadir Hanya Untuk Wanita Saya

"Dari pada kau terus terlibat masalah karena galeri itu, bukankah lebih baik melepasnya? Kau sudah ada nama sebagai Seniman, untuk apa terus mengurusi galeri jika sekarang terlilit hutang, Anais?"Sontak, Anais tertegun mendengar ucapan ayah angkatnya.Telinganya serasa tak berfungsi, hingga dia kembali memastikan. "A-apa yang Ayah katakan?""Maksud Ayah, kau lebih berbakat menjadi Seniman. Jika kau melepas Dante's Gallery, itu bukan masalah besar 'kan?" tutur Tigris yang semakin membuat sang putri membelalak.Bukannya mendapat solusi, menemui Tigris hanya kian membuat Anais lebih meringking. Galeri yang sudah bertahun-tahun dirinya kelola, mana mungkin dia lepas begitu saja?"Ah ... baiklah. Saya mengerti, Ayah." Anais menyahut datar, tapi maniknya terpampang amat tajam."Namun, Ayah harus tahu. Dante's Gallery adalah peninggalan mendiang Ibu, meski harus kehilangan segalanya, saya akan tetap mempertahankan galeri itu!" sambungnya tegas.Seketika, Tigris pun mengulas senyumnya. Walau
Read more

Lamaran Mendadak?

Anais melirik Jade dengan tatapan amat menusuk. ‘Apa dia sadar dengan ucapannya?! Mengapa dia tiba-tiba … ah tidak, bagaimana jika Cosseno malah salah paham?!’ Namun, meski sang pria mendapat ancaman dari sorot mata Anais, dirinya tetap tak gentar. Alisnya terangkat seolah meminta wanitanya untuk lekas membenarkan asumsi. “Tu-tuan tidak sedang bercanda ‘kan? Anda dan Nona Anais?” Cosseno seolah tak bisa mempercayai pendengarannya. Akan tetapi, Jade yang berada di hadapannya, tak sedikit pun menunjukan wajah bergurau. Ekspresinya itu sudah menjawab segalanya. “Sebenarnya saya tidak peduli dengan apapun yang Anda lakukan, tapi saya ingatkan agar Anda lebih berhati-hati dan menjaga kata-kata Anda, Nona Cosseno!” tukas Jade akhirnya buka suara. Dirinya yang tiba-tiba menyinggung tentang tindakan Cosseno pada Anais sebelum dirinya mendekat, langsung membuat lawan bincangnya tertegun. “Membicarakan masalah orang lain di tempat terbuka, itu sangat tidak sopan!” Jade melanjutkan dengan s
Read more

Ayo Kita Lakukan

“Anda pikir saya gila?!” sungut Anais mendelik tajam. “Saya tidak butuh bantuan Anda dan tidak pernah sudi menikah dengan Anda!”Tanpa basa-basi, wanita itu langsung menolak lamaran Jade. Giginya saling mengerat seolah siap mengunyah pria di hadapannya. Namun, Jade yang mendapat lampu merah dari Anais, sama sekali tak gentar.“Tawaran saya berlaku selama 24 jam. Saya tidak akan memaksa Anda, Nona!” Jade menyahut dengan wajah yakin.Alis Anais menyatu seiring dengan mulutnya yang menyergah dingin. “Apapun yang Anda katakan, saya tidak peduli!” Menilik sang wanita terbakar kedongkolan, Jade akhirnya melonggarkan cekalan. Celah itu tak disia-siakan Anais. Dirinya langsung menyingkirkan telapak Jade, hingga lepas darinya, lantas beranjak tanpa berpaling sedikitpun. Jade pun memamerkan seringai kala mengamati wanitanya menjauh dari aula pameran.‘Mengapa dia senang sekali marah? Melihatnya seperti itu, aku semakin penasaran dengan sisinya yang lain.’ Jade berujar dalam benaknya. ‘Nona, k
Read more

Tawaran Kontrak Hubungan

“Apa yang ingin Anda lakukan, Nona?” Jade mengangat salah satu alisnya, berlagak bodoh seakan tak mengerti maksud Anais. Mendapati tingkah pria itu, membuat ego sang wanita mencuat. Sebelah sudut bibirnya melengkung, dan lekas menimpali dalam hati. ‘Apa ini? Dia sangat menyebalkan!’ “Anda tahu, jadi tidak perlu berpura-pura dungu!” sengitnya tanpa ragu. Jade memiringkan kepalanya sembari memutar gelas mojito kristal berisi cairan alkohol yang memabukkan. Ingin sekali dia langsung merengkuh Anais ke pangkuannya, menatap dekat wajahnya dan mendengar lebih tedas permohonannya. Namun, dia terpaksa urung karena sorot mata wanita tersebut amat tajam, bahkan mirip pedang yang siap menusuknya. “Nona, bukankah tidak sopan berbicara dari tempat sejauh itu? Saya tidak bisa mendengar suara Anda dengan jelas,” tutur Jade semakin memprovokasi. Anais yang diburu waktu pun tak bisa egois. Di sini dirinya-lah yang membutuhkan bantuan, tidak mungkin dia bertingkah sesuka hati. ‘Memang sialan! Ji
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status