Semua Bab Suami Lupa Diri: Bab 11 - Bab 20
86 Bab
Balada sop asin
Bab 11"Alea sudah siap belum?" "Axel, kamu juga sudah siap belum?" Kuketuk pintu kamar cucuku satu per satu, mereka pun keluar kamar sudah berpakaian rapi.Aku mengajak mereka untuk sarapan. Kuambil masing-masing satu mangkok sup untuk kedua cucuku. Mereka makan dengan lahap. Aku pun ikut sarapan dengan mereka berdua. "Lho Mama sama anak-anak kok sudah makan supnya. Itu belum aku kasih garam lho." Suara lembut tapi terdengar cempreng bagiku, siapa lagi kalau bukan suara Irene."Gak papa, ini sudah enak kok!" jawabku ketus."Ihh Mama, lidahnya sudah mati rasa ya. Masakan masih anyep begitu dibilang enak." gerutunya.Lalu dengan pedenya dia menambahkan dua sendok makan garam tanpa mengetes rasanya terlebih dahulu.Aku tersenyum geli melihatnya. Kedua cucuku saling memandang heran, lalu ikut tersenyum melihat Irene.Aku menyuruh Alea dan Axel untuk menghabiskan sup di dalam mangkok masing-masing tanpa sisa. "Biar gak ada barang bukti," bisikku disambut tawa geli kedua cucuku."Wah
Baca selengkapnya
Rencana Alea
Bab 12Pov Alea."Nanti pulangnya dijemput sama Pak Tarjo ya Sayang, seperti biasa!" ucap Mami padaku."Iya Mi, Mami hati-hati ya!" balasku sambil mengecup pipi Mami.Aku masuk kedalam sekolah dengan hati riang. Karena melihat wajah Papi dan Tante Irene saat sarapan tadi. Aku terkikik geli kalau ingat ekspresi mereka."Senang banget Le!" sapa Cindy teman sebangkuku."Hihi kamu tau Cin, hari ini aku senang sekali!" ucapku sambil tertawa."Emangnya kenapa? Cerita dong!" Tawa Cindy pecah kala kuceritakan kejadian tadi. Cindy memang tahu keadaan keluargaku. Aku dan Cindy selalu berbagi cerita susah maupun senang."Haha hebat banget Oma ya, bisa kepikiran gitu lho ngerjain Tante Irene." Tawa Cindy sambil memegangi perutnya."Oma bilang dia gak sengaja kok, mulanya niatnya baik. Gak tau malah jadi begitu."Kami pun tak habis-habisnya tertawa. Sayang harus terhenti karena bel berbunyi."Selamat pagi anak-anak!" salam Pak Satria wali kelasku."Selamat pagi, Pak!" sahut murid-murid kompak."
Baca selengkapnya
Pelakor hina
Bab 13"Alea!" panggil Cindy.Aku membalas lambaian tangannya. Aku baru turun dari Taksi bersama Tante Irene.Aku melirik pada Tante Irene. Dandanannya wah banget, memakai pakaian mini dress berwarna merah. Dengan lipstik yang juga berwarna merah menyala. Sungguh menyilaukan dilihat apalagi saat hari panas begini. Padahal masih jam 9 lho ya. Gimana kalau sudah tengah hari nanti. Aku terkikik geli sambil berjalan disamping Tante Irene. Semua pandangan mata mengarah pada kami.Pada Tante Irene sih sebenarnya. Dia dengan pede berjalan menuju kekumpulan Ibu-Ibu temanku yang sedang ngerumpi.Para Ibu yang melihat Tante Irene langsung menghentikan obrolannya. Mereka memandang Tante Irene sambil saling berbisik. "Itu siapa Le?" tanya Mamanya Cindy."Tante Irene, istri barunya Papi Tante," jawabku sopan. "Istri baru, jadi benar gosip yang Tante dengar itu. Papi kamu kawin lagi. Jadi dia ini pelakor!" sambung Mamanya Heni teman sekelasku.Wajah Tante Irene memerah. Entah marah atau malu ak
Baca selengkapnya
Kasihan kepada Pelakor?
Bab 14Pov Nadhifa.Aku merasa lega saat tiba di sekolah Alea. Masoh banyak waktu sebelum rapat dimulai. Alea pasti senang melihat kedatanganku. Setelah turun dari mobil, aku pun melangkah memasuki gedung sekolah. "Mami!" teriak Alea sambil menyongsongku."Rapatnya belum mulai kan Sayang?" tanyaku."Belum Mi, tapi kok Mami datang. Kan Alea dah bilang Tante Irene bisa ikut.""Mana Tante Irene nya?" tanyaku lagi."Sudah pulang Mi, hihihi," jawab Alea sambil tertawa."Kok malah ketawa, ada apa sih?" tanyaku penasaran."Sini, Ma. Duduk di sini!" Alea mengajakku duduk di bawah pohon di halaman sekolahnya."Kamu kenapa, sih, Lea. Ketawa terus dari tadi?" tanyaku setelah kami duduk Alea masih terus tertawa geli. Wajahnya sampai memerah, kelihatan sangat menggemaskan. "Habis lucu, Ma. Tadi Tante Irena ...."Alea menceritakan kejadian yang dialami Irene tadi. Aku tertawa geli sekaligus kasihan. "Sudah ah Sayang, gak boleh tertawa di atas penderitaan orang. Kita masuk yuk!" ajakku sambil men
Baca selengkapnya
Otewe Bercerai
Bab 15"Dengar ya Mas, sampai saat ini aku masih berbaik hati membiarkan kalian tinggal di rumah itu. Dan Mas masih aku ijinkan kerja disini, bukan karena aku takut kehilangan kamu. Tapi karena aku masih ingat pesan kedua orang tuaku!" Aku menarik nafas mencoba melonggarkan paru-paruku yang terasa sesak karena emosi.Mas Fatan hanya menunduk tanpa bicara. "Maafkan Mas ya Fa, tapi Mas akui sampai sekarang Mas gak bisa benar-benar mencintai kamu," ucap Mas Fatan."Kalau begitu lepaskan aku!" geramku.Mas Fatan menatapku lalu menggeleng."Kenapa, takut hidup miskin lagi. Tenang aja Mas, kamu gak akan kudepak dari kantor ini. Aku masih punya hati nurani dan masih mengingat semua pesan orangtuaku!" sambungku lagi."Kamu urus sendiri saja kalau begitu Fa, tapi ingat harta gono gini juga jangan kamu lupakan ya!" ucap Mas Fatan dengan liciknya.Dia meninggalkan aku sambil tersenyum puas.Oke Mas, sekarang kamu boleh tersenyum. Aku gak akan tinggal diam, aku akan membuatmu menyesal mengkhiana
Baca selengkapnya
Mengusir Mama
Bab 16Pov FatanAku pulang dengan hati gembira. Puas rasanya bisa melihat wajah bingung Nadhifa tadi. Fatan mau dilawan, huh mana mungkin dia berani menggugat cerai aku. Dia itu cinta mati padaku. Tapi kalau dia melakukan hal itu, aku lebih senang. Aku akan menuntut harta gono gini padanya. Walau selama pernikahan kami, aku tak pernah memberi dia nafkah. Buat apa, hartanya kan banyak. Warisan dari papanya gak akan habis untuk tujuh turunan. Kita-kira aku dapat berapa ya nanti. Coba aku hitung, rumah ada dua, mobil dua. Terus tanah dan perkebunan warisan papanya di daerah entah berapa luasnya, nanti coba aku cek. Terus perusahaan, hmm berapa nilainya sekarang ya. Hahaha, aku bakal jadi orang kaya. Ya, orang akan menghormati aku sebagai orang kaya tanpa embel-embel Nadhifa di belakangku.Kenapa gak dari kemarin ya panas-panasin dia biar cemburu terus menuntut cerai dariku.Ah bodohnya aku. Hmm oke, aku akan melakukan sesuatu yang akan mempercepat keputusan dia untuk menuntut cerai
Baca selengkapnya
Rumah Ini Dijual
Bab 17Satu jam kemudian aku turun bersama Irene. Mama dan anak-anakku sedang menonton televisi.Mereka tertawa-tawa menonton acara lawakan yang menurutku gak ada lucunya itu."Lho, kenapa kalian masih bersantai. Sebentar lagi Dhifa datang kemari!"Aku kesal karena mereka tak mengindahkan perintahku tadi. Kumatikan televisi dengan gemas. "Papi lupa ya?" tanya Alea sambil tersenyum."Lupa apa?" tanyaku kesal."Lupa dengan syaratku kalau kalian tak mau mengurus Mama dan anak-anak, maka kalian harus angkat kaki dari sini!" Suara dingin Nadhifa mengejutkanku. Dia masuk tanpa suara dan langsung mengatakan hal yang aku lupakan selama ini.Aduh, kenapa aku bisa lupa. Ya ampun, gawat ini. Langsung aku pasang wajah manis pada mereka. Bisa-bisa aku yang diusir malam ini."Aku gak lupa kok Fa. Aku hanya bercanda tadi." "Mas!" sela Irene dengan kesal. "Sstt sudah kamu diam dulu!" bisikku."Sebaiknya kamu dan Irene segera mengemasi pakaian kalian Mas. Aku mau malam ini juga kalian pergi dari r
Baca selengkapnya
Menumpang
Bab 18Pov Fatan lagi.Aku dan Irene tiba di kontrakan ayahnya Irene saat hujan semakin deras. Setelah turun dari taksi, aku berlari sambil membawa dua buah koper besar. Irena menyusul beberapa langkah di belakang. "Assalamualaikum," salamku begitu berada di depan pintu. Hari mulai larut, ditambah lagi sedang hujan. Mungkin kedua mertuaku sudah tidur, pikirku. "Ayah, Ibu kami datang!" teriak Irene sambil mengetuk pintu tak sabaran. "Pelan-pelan saja, Ren. Mungkin mereka sudah tidur," ukarku mengingatkan Irena. "Aku sudah kedinginan, Mas," keluh Irena. Memang sebagian pakaiannya basah terkena hujan saat kami menunggu taksi datang tadi. Pintu terbuka, wajah kusut mertuaku muncul dari balik pintu. Kami pun masuk ke dalam, mertuaku hanya diam melihat kami."Ada apa kalian datang malam-malam begini?" tanyanya seraya melirik koper yang ada di Samling kakiku. "Kami diusir, Bu," jawabku malu dan kesal. "Bu, mulai malam ini kami tinggal di sini!" ucap Irene. "Masuklah!" Ibu mertuaku m
Baca selengkapnya
Masa Lalu
Bab 19"Saat hari terakhir di kota, Mas masih berusaha menawarkan diri pada orang yang membutuhkan tenaga Mas. Tapi mungkin nasib lagi apes, sampai sore tak ada satupun yang mau menerima Mas. Mas putus asa, mau pulang ke rumah Budhe, uang buat ongkos sudah habis. Mas terpaksa pulang jalan kaki, saat itu sudah pukul 7 malam. Mas memilih jalan memotong biar cepat sampai.""Terus?" "Jalan yang Mas pilih sangat sepi, sangat jarang orang atau kenderaan yang lewat. Mas berjalan kadang berlari biar cepat sampai. Tetapi saat Mas mendekati areal pemakaman Mas melihat sebuah mobil yang berhenti dengan lampu menyala. Mas dekati ternyata mobil itu habis kerampokan. Pengemudi dan istrinya pingsan." Mataku mnerawang, seolah semua kejadian itu tergambar jelas di depan mataku. "Terus Mas lapor polisi?" tanya Irene penasaran."Gak, Mas pernah belajar bawa mobil waktu di kampung. Mas bawa korban ke rumah sakit. Saat mereka sadar dan sudah sembuh, mereka sangat berterima kasih dan merasa berhutang bud
Baca selengkapnya
Syok
Bab 20Seminggu kemudian, saat aku baru pulang dari kantor. Irene menyambutku di depan pintu lalu menyerahkan sebuah amplop coklat padaku.Hm, surat dari Pengadilan Agama, jadwal sidang sepuluh hari lagi. Oke, waktunya kamu menangis semakin dekat Dhifa."Mas gak pakai jasa pengacara untuk mendampingi Mas. Soalnya kan harta yang Mas tuntut gak sedikit," usul Irene.Iya juga ya, aku bakal kerepotan menghadapi pengacaranya Dhifa nanti."Nanti Mas coba hubungi teman Mas yang pengacara," sahutku."Jangan kelamaan Mas, biar Mas dan Pengacara itu nanti bisa membuat persiapan yang matang!" "Iya, sekarang Mas lapar. Kamu masak apa?" "Gak masak Mas, aku beliin baso aja ya atau gado-gado buat teman nasi?" Yah Ren, semenjak tinggal disini kamu jadi malas masak. Bosan Mas makan baso lagi."Terserah deh!" ucapku akhirnya.Kalau gak nanti Irene ngambek, bisa runyam lagi nanti. Bakalan tidur di ruang tamu lagi aku."Ya sudah Mas mandi dulu, biar aku beliin gado-gadonya!" Aku masuk ke rumah sambil
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status