All Chapters of Bayi Asing itu Milik Suamiku: Chapter 61 - Chapter 70
74 Chapters
Partner
Untuk ukuran cafe yang letaknya berada di depan rumah sakit dan kemungkinan besar para pelanggannya adalah para pegawai rumah sakit juga para penunggu pasien cafe ini cukup untuk melepas lelah. Dekorasi di tata dengan sangat elok, banyak tanaman hidup yang mengisi ruangan, meski begitu tak membuat cafe ini terlihat sumpek. “Bu Tiara mau pesan apa?” tanya Ilham sambil membuka buku menu. Tiara sedang tidak ingin makan apapun, siapa juga yang bisa makan dengan tenang kalau suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja, belum lagi keselamatannya dan anak-anak juga terancam, tapi tak enak juga jika menolak kebaikan Ilham. “Saya jus alpukat saja terima kasih.” Ilham mengangguk dan menuliskan pesanan mereka. Makan berdua ditemani dengan music lembut mendayu membuat Tiara merasa sedang melakukan dosa besar, apalagi dia meninggalkan suaminya yang sama sekali keberatan dia melakukan hal ini. Tiara hanya bisa berdo’a semua langkahnya ini benar adanya, banyak konsekuensi yang harus dia tanggu
Read more
Bagai Orang Asing
“Jadi kamu lebih memilih makan malam dengan laki-laki itu dari pada menemani suamimu yang sakit.” Kata sambutan itu diucapkan Farhan saat Tiara membuka pintu ruang rawat suaminya, tidak ada dua orang perawat yang tadi dia minta untuk menjaga suaminya. “Perawat yang aku minta bantu, Mas tadi kemana?” tanya Tiara tanpa mengacuhkan pertanyaan suaminya. Seingatnya ini bukan jam pergantian perawat yang biasanya mereka infokan. “Mereka bukan istriku jadi untuk apa mereka disini,” kata Farhan ketus.Bayi besarnya ngambek ternyata dan mengusir dua orang perawat itu. Kalau ingin menuruti emosi Tiara akan berteriak kalau ini juga salah Farhan yang tidak pernah mempercayainya dan selalu main rahasia, tapi nyatanya dia malah menghancurkan kedamaian keluarga mereka, jadi jangan salahkan Tiara kalau mencari solusi lain. “Oh baiklah, apa kamu menginginkan sesuatu, ke kamar mandi atau makan?” tan
Read more
Fakta
Luka yang diderita Farhan memang cukup parah. Akan tetapi karena ketelatenan Tiara salah satunya dan tim dokter yang sangat kompeten laki-laki itu sembuh dengan cepat, tidak sampai lima hati Farhan sudah diperbolehkan untuk pulang dan disinilah kejutan yang akan dia terima. Pagi tadi Tiara datang dengan membawa koper besar, membuat Farhan langsung panik kalau wanita yang telah membersamainya bertahun-tahun ini akan pergi meninggalkannya. “Aku cuma bawa baju kita saja, kalau tidak bawa koper memang mau ditaruh di kantong keresek,” kata Tiara menanggapi kepanikan suaminya.“Baju kita? Kenapa kita harus membawa banyak baju kalau aku bisa pulang hari ini?” “Karena kita akan pulang ke rumah mama untuk sementara waktu,” kata Tiara lempeng. Tiara bisa melihat pandangan Farhan yang menyipit curiga padanya, tapi dia tidak peduli. Setelah berpikir dengan matang dan juga berunding dengan Fariz dan orang tua Farhan yang tentunya tanpa m
Read more
Tempat Pulang
“Ini tidak benar.” “Hah!” Tiara menatap suaminya dengan wajah terkejut juga marah. Jadi kamu benar-benar tak terima kalau jalang itu buruk di mata orang lain, padahal jelas-jelas dia sudah mencelakainya, meski tujuannya untuk mencelakai Tiara. Tak ingin terjadi pertengkaran lagi dengan Farhan, Tiara memilih melanjutkan acara beres-beresnya. “Tiara apa kamu juga terlibat, kita akan kesulitan kalau benar seperti itu.” Kemarahan yang tadi coba diredam Tiara kali ini tak bisa dibendung lagi. “Aku penasaran kenapa kamu waktu itu langsung memelukku, bukannya akan lebih mudah kalau aku yang terluka, apapun yang kamu rencanakan aku tidak bisa menghalangi,” katanya dingin. “Kamu tahu alasannya dengan baik, kamu istriku dan aku mencintaimu, apa alasan itu tidak cukup untukmu.” “Tapi kamu selalu saja membela wanita yang jelas-jelas ingin mencelakaiku, apa sebenarnya yang kamu inginkan, Mas?
Read more
Perpisahan
"Saya minta maaf kalau harus meninggalkan mas Farhan yang baru saja keluar dari rumah sakit." TIara menundukkan kepalanya, dia tahu semua orang pasti menilainya sebagai istri durhaka  yang meninggalkan suami yang telah menyelamatkannya. Farhan terlihat tidak terima dengan keputusan Tiara, tapi dia  juga tidak bisa melawan saat mata mamanya menatapnya dengan tajam. "Jika itu menurutmu  yang terbaik mama akan mendukungmu." "Ma!""Jangan berteriak pada mama Farhan, ini semua kesalahanmu, jadi kamu yang harus membereskannya, atau kamu memang mau kalau istri dan anakmu terluka." "Aku akan melindungi mereka, Ma. Jika Tiara dan anak-anak jauh aku akan kesulitan menjaga mereka." "Omong kosong, lihat kamu  sekarang, kamu bahkan tak sanggup memenjarakan wanita itu padahal sudah jelas dia melukaimu, apa kamu berpikir kalau Tiara tidak terluka dengan semua ini hah!" Ini keputus
Read more
Orang Misterius
“itu namanya kamu tidak tanggung jawab pada pekerjaan hanya karena masalah pribadi.” Tiara langsung menunduk saat sang ayah mengatakan hal itu. Araz dan Arkan sedangdiantar ibunya bermain bersama bude Ningsih, asisten rumah tangga yang sudah bekerja pada keluarganya sejak dia masih kecil. Wajah Tiara bagai terbakar saat mendengar perkataan ayahnya. Malu. Dia akui dia memang sangat tidak bertanggung jawab pada pekerjaannya. Ayahnya adalah sosok yang kaku dan disiplin, membuat Tiara ataupun saudaranya yang lain sama sekali tidak bisa dekat dengan laki-laki yang menjadi alasannya terlahir di dunia ini. Tiara bahkan tak pernah tahu bagaiaman rasanya dipeluk oleh sang ayah, meski ibunya meyakinkan dia bahwa waktu kecil ayahnya sering melakukan hal itu pada mereka, dan membantu sang ibu jika tidak bisa menghandle anak-anaknya, ucapan yang selalu diragukan oleh Tiara karena dia tahu benar sejak adiknya lahir sang ayah tidak pernah menggendongnya, bah
Read more
Lelaki Lain
Sore itu Tiara mengendarai motornya ke pusat perbelanjaan, sesekali dia menoleh ke belakang dan melihat beberapa orang yang ditugaskan Ilham untuk melindunginya mengikuti dari jarak aman. Duh sudah seperti artis saja aku, gerutu Tiara. Jika biasanya dia bisa nongkrog  di gerobak kang cilok atau kang es dawet berlama-lama hanya untuk menikmati waktu sendirinya, sekarang Tiara tak akan mungkin melakukan hal ini. dia tidak akan sok-sokan dengan memanfaatkan orang-orang yang menjaga dengan pergi sekehendak hatinya. Kali ini saja dia terpaksa pergi ke sebuah toko buku sendiri karena ada beberapa buku yang harus dia beli sekalian membeli pensil warna yang baru untuk Araz. Selama lebih dari satu bulan Tiara tinggal di sini bersama anak-anak memang tidak ada kejadian yang membuat khawatir. Pun dengan orang-orang yang ditugaskan untuk menjaganya bertindak seperti bayangan yang tak terlihat, bahkan Tiara tak yakin kalau orang tuanya tahu kalau mereka te
Read more
Curiga
Bagaimana mungkin ayahnya mengatakan hal semenyakitkan itu? Tiara hanya bisa berdiri mematung menatap kedua orang tuanya dengan pandangan bingung dan kesakitan, dia memang tidak terlalu dekat dengan ayahnya yang kaku dan kolot itu, tapi bagaimanapun dia sangat menyayangi kedua orang tuanya. Hampir saja Tiara tersungkur karena kakinya begitu lemas hanya untuk melangkah ke kursi di depan orang tuanya, syukurlah ibunya bertindak cukup bijak dengan membimbingnya untuk duduk dan meremas tangannya dengan lembut. Itu memang hanya hal kecil, tapi bagi Tiara itu punya banyak arti, dia merasa mendapat tempat untuk berlindung. "A-apa maksud ayah?" tanya Tiara tergagap. jAyahnya memang tidak pernah membentak apalagi memukul, hanya dengan tatapan dan ucapannya yang tajam saja semua anak-anaknya sudah keder duluan termasuk Tiara. "Apa maksudnya laki-laki datang kemari mengantarkan makanan untukmu? Dia juga b
Read more
Di antara Dua
"Kamu kenal dia?" Tiara sedikit terlonjak saat tiba-tiba sang ibu sudah ada di sampingnya dan berbisik lirih. Tiara berdiri diam mengamati laki-laki yang duduk membelakanginya di sofa ruang tamu rumah kedua orang tuanya. Dia menggeleng dengan samar, dia merasa tidak mengenali laki-laki ini, apa dia salah satu orang yang ditempatkan Ilham untuk menjaganya? tapi dia sama sekali tidak ingat kalau Ilham meminta orang baru untuk menjaganya, meskipun dia juga tidak terlalu kenal dengan orang-,orang yang bertugas menjaganya itu. Akan tetapi satu hal yang dia tahu, orang-orang itu bekerja dalam bayangan, bukan malah bertamu terang-terangan dan membelikannya makanan mewah. "Entahlah, Bu. Aku merasa tidak mengenalnya.""Apa ibu minta dia pergi saja?" kata sang ibu yang menampakkan wajah khawatir. Tiara terdiam, dia sangat ingin tahu siapa dan apa yang diinginkan laki-laki itu. 
Read more
Tak Goyah
“Ada apa ini? kenapa ayah dengar ada yang bertengkar?” Ya ampun Tiara merasa seperti bocah baru gede yang ketahuan pacarnya diapelin cowok lain dan membuat keributan sehingga sang ayah harus turun tangan. Akan tetapi kali ini sedikit berbeda, bukan hanya soal remeh seperti itu yang dia hadapi tapi juga soal hidup dan matinya dan anak-anak.Ilham yang berdiri dengan tangan bersidekap langsung menurunkan tangannya dan menunduk dengan sopan, sedangkan Andreas sudah lebih dulu pergi dari rumah orang tua Tiara sambil memberikan senyum sinis penuh ancaman.“Ada apa Tiara?” tanya sang ayah dengan pandangan tajam pada dua orang di ruang tamu rumahnya. “Lho tamunya tadi sudah pulang?” sang ibu yang baru muncul bertanya heran saat menatap Ilham. “Bukannya mas ini atasanmu yang kamu bilang banyak membantumu itu, Tiara?” lanjut sang ibu lagi. Tiara hanya bisa mengangguk dengan pasrah saat sang ayah sudah mem
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status