Bayi Asing itu Milik Suamiku

Bayi Asing itu Milik Suamiku

Oleh:  Ajeng padmi  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
74Bab
14.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tiara merasa hidupnya sudah sempurna. Suami yang sangat sayang padanya dan dua anak laki-laki menggemaskan yang melengkapi harinya. Satu hal yang mengusik kehidupan rumah tangganya adalah keinginan sang suami untuk memiliki anak perempuan yang belum dapat dia wujudkan. Saat membuka pintu di pagi hari Tiara menemukan bayi perempuan di teras rumahnya. Dia merasa inilah jawaban Tuhan untuk do'a-do'anya. Akan tetapi lambat laun dia menyadari kasih sayang sang suami lebih condong pada anak angkat mereka dari pada anak kandungnya sendiri. Bayi yang dia anggap sebagai anugerah ternyata...

Lihat lebih banyak
Bayi Asing itu Milik Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
74 Bab
Bayi Siapa?
“Apa kamu yakin dia bukan anak suamimu? Kok wajahnya mirip.”Waktu Keysa mengatakannya, Tiara langsung tertawa. Konyol sekali pemikiran itu, mana mungkin anak yang dia temukan di depan pintu rumahnya adalah anak suaminya. Akan tetapi hari ini Tiara sama sekali tidak berpikir hal itu konyol. Perhatian dan kasih sayang suaminya, bahkan melebihi pada dua orang anak yang telah dia lahirkan. Sejak awal suaminya memang menginginkan anak perempuan, kelahiran Araz si bungsu yang berjenis kelamin laki-laki membuat Farhan begitu kecewa dan mendesak Tiara untuk memberinya anak perempuan, tapi sampai si bungsu berusia lima tahun, Tiara tak juga hamil lagi padahal mereka sudah mengupayakan segala cara. Akhir-akhir ini memang suaminya sama sekali, tidak menyinggung tentang anak perempuan yang dia inginkan, dan itu sedikit membuat Tiara lega, awalnya.Penemuan bayi perempuan di depan rumahnya waktu itu seperti jawaban do’a yang dia panjatkan selama ini, yah disaat suaminya begitu menginginkan a
Baca selengkapnya
Prasangka
“Apa mas mengenal Alena sebelumnya?” Pertanyaan itu langsung keluar begitu saja dari mulut Tiara saat dia berhadapan dengan suaminya, sepuluh tahun mereka sudah mengarungi rumah tangga bersama, dengan dua orang anak yang menjadi anugerah untuk mereka. Meski sang suami tidak puas karena dia belum bisa memberikan anak perempuan.Tiara melihat wajah suaminya sedikit pias saat dia mengucapkan kalimat itu, wajah Farhan yang tadi sesekali menoleh pada box tempat Alena berada langsung sempurna menghadapnya, membuat ular yang dari tadi menebarkan bisa diotaknya menggeliat bangun dan siap menerkam. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” “Bukankah mas seharusnya tinggal menjawab.” Tiara masih menunggu jawaban dari suaminya, melihat gelagat suaminya yang gelisah membuat hati Tiara sakit. Apa sepenting itu anak perempuan untuk suaminya? Tidak bisakah suaminya berbaik hati dengan melakukan usaha yang lain? Atau memang itu hanya alasan untuk membenarkan kekejaman ini? “Aku menunggu,” kata Tiar
Baca selengkapnya
Titik Awal
Suasana ruangan yang memanas langsung membeku seketika, oh ini tidak ada hubungannya dengan pendingin ruangan yang sedang menyala. Ini tentang suasana hati yang tak bisa diterka.“Apa yang perlu aku tahu? Kenapa tidak sekarang saja?” “Bukan hal penting.” Farhan melangkah mendekati Tiara dan bermaksud mengambil Alena yang sedang menangis dari gendongannya, tapi dengan gesit Tiara menepis tangan suaminya itu. “Katakan apa yang harus aku tahu, aku bukan anak kecil yang mudah teralihkan.” Sejenak suasana kembali canggung. “Hari minggu ada arisan di rumah, Ibu ingin mbak datang membantu,” suara Fariz memecah ketegangan, tapi tentu saja Tiara tahu bukan itu permasalahan yang sedang mereka bicarakan. Akan tetapi beberapa hari ini dia sudah terbiasa. Terbiasa untuk berpura-pura bahagia, terbiasa bahwa semua baik-baik saja, meski ada bom besar yang bisa saja meledak sewaktu-waktu tanpa dia sadari. Tiara tidak akan mengumpankan diri untuk menyalakan bom itu, tentu saja tidak, dia akan men
Baca selengkapnya
Satu Langkah
Tiara langsung mengusap air mata yang nekad jatuh di pipinya, dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka. Ini rumah mertuanya dan dia datang ke sini untuk membantu acara, bukan mendekam dalam kamar untuk menangis. Harum bau kue langsung menyebar begitu Tiara membuka pintu kamar, dan mendapati ibu mertuanya sedang duduk di meja panjang di ruang tengah dengan berbagai kotak kue yang sepertinya baru datang. “Apa yang bisa Tiara bantu, Bu?” “Kamu istirahat saja kalau masih lelah, farhan bilang kamu tidak enak badan.” Tiara menggeleng dengan pelan, bukan badannya yang sakit tapi hati dan jiwanya. “Tiara baik-baik saja, Bu.” Tiara langsung menundukkan kepalanya saat pandangan ibu mertuanya yang terkesan lembut tapi tegas seolah menelanjanginya. “Kamu pasti kesulitan dengan anak itu.” “Mas Farhan?” “Yah dia juga, tapi maksudku adalah anak yang kalian temukan itu.” “Alena maksud ibu, ehm... tidak sebenarnya dia anak yang manis.” “Benarkah? Tapi ibu tidak ingin membuat anak itu
Baca selengkapnya
Sebuah Foto
Ruangan itu sudah seperti kapal pecah. Buku-buku berserakan di mana-mana, baju, botol parfum semuanya sudah tak pada tempatnya, dan sepertinya keadaan ini belum cukup kacau karena dari lemari pakaian mash berhamburan baju-baju. “Aku yakin itu ada di sini kenapa sekarang tak ada?” Disekanya peluh yang telah membanjiri keningnya dengan tangan yang kotor terkena debu di tangannya, membuat wajahnya yang putih bersih ternoda. Tiara terduduk di ranjang kamarnya menatap nanar semua kekacauan yang telah dia buat.Kotak itu tak ada. Padahal dia sangat yakin beberapa hari yang lalu melihatnya di dalam almari. Apa Farhan memindahkannya? Tapi kenapa? Tiara menarik napas panjang, bertanya pada Farhan bukan opsi yang akan dia pilih, laki-laki itu sangat protektif pada kotak itu. Di mana lagi tempat yang bisa digunakan Farhan untuk menyembunyikan kotak itu? tidak mungkin dibawa ke kantor? Tiara sedikit terkejut saat melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dia harus berge
Baca selengkapnya
Test DNA
Tiara mengerjapkan matanya saat merasakan tangan mungil menepuk pipinya. Alena tertawa senang memperlihatkan giginya saat Tiara membuka mata, refleks Tiara ikut tersenyum juga, dia memeluk anak itu sejenak. Bohong kalau dibilang tidak menyayangi anak ini, lebih dari satu bulan dalam pengasuhannya, membuat rasa sayang itu tumbuh subur, tapi saat mengingat siapa anak ini hatinya tidak baik-baik saja. Bagaimnapun dia hanya wanita biasa yang tidak ingin berbagi apapun dengan wanita lain, apalagi yang dikorbankan disini adalah kasih sayang seorang ayah untuk anak-anaknya. Dia tidak bisa menerima semua ini. “Ibu baik-baik saja, tumben bangunnya siang.” Senyum yang terulas di bibir Tiara langsung memudar saat mendengar suara sang suami. Tadi malam seingatnya Farhan yang meminum obat tidur tapii kenapa dia yang bangun kesiangan. “Aku hanya capek,” kata Tiara datar. Yah capek hati dan pikiran. “Ini sudah jam berapa?” Mata Tiara langsung membulat saat jarum jam sudah menunjukkan angka
Baca selengkapnya
Percikan
“Ini bukan salahmu, jangan konyol.” “Tetap saja andai aku tidak mengatakannya kamu pasti tidak akan melakukan hal ini.” “Dan membuatku terus saja dibodohi, tidak terima kasih.” “Sepertinya kamu sudah menduga hasil dari test ini.” “Sebenarnya aku berharap dugaanku salah,” suara lirih Tiara yang penuh dengan kesakitan mengundang tatapan kasihan dari Keysa. Tiara berdecak kesal. “Jangan menatapku seperti itu, aku tidak suka dikasihani.” “Maafkan aku, tapi apa kamu tahu penampilanmu saat ini sungguh mengenaskan,” ejek Keysa. Tiara menatap kesal pada Keysa lalu mengambil ponselnya dan melihat pantulan wajahnya di ponsel itu. “Apa yang salah tidak ada noda di wajahku dan bajuku juga tidak aneh.” “Bukan itu maksudku, kurasa penampilanmu bahkan lebih pucat dari pada mayat, di mana temanku yang cantik dan membuat banyak laki-laki bertekuk lutut,” kata keysa dengan judes. Bersahabat sejak SMA membuat keduanya seperti saudara, bahkan Keysalah tempat satu-satunya bagi Tiara untuk bercer
Baca selengkapnya
Terlambat
Jarum jam sudah menunjukkan pukul empat sore saat Tiara menginjakkan kakinya di rumah mertuanya. “Mau jemput anak-anak ya mbak?’ sapa bi Tati, asisten rumah tangga di rumah ibu mertuanya ini. “iya, Bi. Di mana mereka?” tanya Tiara. “Di kamar mas Fariz, Mbak barusan pulang mereka mungkin sedang mandi.” Tiara mengangguk dan memberikan bungkusan pudding buah kesukaan mertuanya. Langkah kaki Tiara langsung terhenti begitu dia menginjakkan kaki di ruang tengah, anak-anaknya ada di sana dan tentu saja bersama Fariz. Fariz sedang duduk memangku Araz yang terlihat mengantuk tapi masih ingin bermain dengan kakak dan pamannya, tangan Fariz kadang menepuk pantat Araz, sambil sesekali mengoreksi Arkan yang sebuah mobil-mobilan dari kardus bekas. Arkan dan Araz tentu saja memiliki banyak mainan mobil-mobilan di rumah bahkan beberapa juga dibawa kerumah ini, tapi yang Tiara bicarakan bukan mainan itu, tapi kebersamaan mereka yang pernuh kasih sayang seolah Fariz adalah ayah kandungnya, bukan
Baca selengkapnya
Barter
“Karena kamu lebih memilih sibuk dengan orang lain dari pada menjemput anak dan istrimu,” kata Fariz dengan tak kalah sinis. “Apa kamu bilang.” Dengan suara rendah dan dingin Farhan melangkah maju dan mendekati adiknya dengan rasa marah yang berkobar, bahkan Alena yang terlelap dalam gendongan Farhan tak mampu menahan langkah laki-laki itu. “Tunggu.” Tiara langsung mengambil Alena dari gendongan Farhan, mengajak kedua anaknya untuk masuk ke dalam rumah. “Aku masuk dulu, silahkan lanjutkan percakapan penuh cinta kalian jika aku dan anak-anak sudah di dalam.” Sambil menggendong Alena yang sudah terlelap, Tiara memberi isyarat pada Araz untuk turun dari gendongan pamannya dan masuk ke dalam rumah. “Jangan ikut campur urusan keluargaku.” Sayup-sayup masih bisa Tiara dengan perkataan pedas Farhan pada adiknya. Dia menoleh pada kedua anaknya yang sesekali menoleh dengan penasaran pada paman dan ayahnya yang masih di luar. “Kalian segera bersihkan diri, sebentar lagi ibu menyusul setel
Baca selengkapnya
Sesakit inikah?
Tiara membolak-balik kertas hasil ulangan muridnya. Matanya sesekali melirik pada Alena yang sedang mencorat-coret buku dengan crayon yang dia berikan. Sore ini memang sedikit tak biasa, ada senyum manis di bibirnya. Tentu saja alasan yang membuatnya tersenyum adalah dua orang anak manusia berbeda usia yang sedang berusaha keras untuk mengajari anak berusia lima tahun menaiki sepeda roda dua pertamanya. Hal yang sederhana memang, tapi apa lagi yang dapat membuat seorang ibu tersenyum kalau bukan karena melihat kebahagiaan putranya. "Ibu! aku bisa naik sepeda!" teriak Araz kesenangan, satu tangannya melambai pada sang ibu yang menatap mereka. Tapi... Brukk! Astaga! Tiara spontan berlari meninggalkan semua pekerjaannya di meja dan juga... Alena. "Kamu baik-baik saja, Nak, mana yang sakit?" tanya Tiara dengan panik, saat mendapati Araz terjungkal dari sepedanya. "Sakit, Bu!" rengek anak itu, tapi tangan Tiara yang akan membantu Araz bangun di tahan oleh Farhan. "Kamu jaga Alen
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status