Semua Bab Terjerat Cinta Kakak Ipar: Bab 31 - Bab 40
195 Bab
31). Saling Menjelaskan
***"Tante Senja, Tante mau ke mana, Tan? Tante!"Tiba persis di samping mobil, Senja seketika berhenti setelah Kirania yang sejak beberapa saat lalu mengejarnya, berseru.Kaget setelah mendapati Davion di ruang tengah, tanpa basa-basi Senja memang berbalik kemudian pergi begitu saja meninggalkan sang mantan. Tak dikejar oleh Davion langsung, langkah Senja diikuti Kirania sampai akhirnya setelah sejak beberapa menit lalu mencoba acuh, dia menoleh pada sang keponakan yang kini berada di teras."Tante Senja mau ke mana? Itu tamunya samperin ih!""Bilangin ke dia pulang, Kiran. Tante enggak mau ketemu.""Enggak!" tolak Kirania dengan segera. "Aku enggak mau usir tamu itu. Jadi kalau mau dia pergi, samperin terus usir sendiri. Lagian Tante Senja enggak ngehargain banget. Dia datang dari Jakarta lho. Masa enggak mau ditemuin?"Mendengar ucapan sang adik, Senja menghela napas. "Kamu enggak tahu apa-apa, Kiran.""Aku e
Baca selengkapnya
32). Senja dan Caca
***"Aku pamit ya, Nja. Kamu baik-baik di sini dan jangan lupa jaga kesehatan. Seminggu ke depan aku rencananya mau healing dulu di sini. Jadi kalau ada apa-apa kabarin aku. Nomor hp aku yang tadi aku sebutin dan aku harap kamu enggak blokir lagi nomor aku karena meskipun berat, aku akan belajar nerima semuanya."Diantar sampai ke dekat mobil, ucapan panjang lebar tersebut lantas dilontarkan Davion pada Senja yang kini berdiri tak jauh darinya. Menetap selama setengah jam lebih, Davion berhasil menyelesaikan kesalahpahaman dengan Senja.Namun, meskipun begitu hubungan mereka tak bisa kembali seperti semula karena Senja kini berstatus istri orang. Berat, jujur saja itulah yang Davion rasakan, tapi selain menerima, dia tak bisa berbuat apa-apa lagi karena Senja bulat dengan keputusan yang diambilnya sehingga mau tak mau, dia harus menghargai apa yang diputuskan sang mantan."Iya, Davion," kata Senja. "Kamu juga jaga kesehatan dan aku harap kamu bisa
Baca selengkapnya
33). Menemui Haikal
***"Ki, bisa keluar sebentar enggak?"Setelah sebelumnya mengetuk pintu kamar sang putri sambung, pertanyaan tersebut lantas Senja lontarkan. Tak dengan penampilan biasa, Senja kini sudah rapi dengan setelan atasan dan rok karena tak akan berdiam diri di rumah, malam ini dia akan pergi menemui sang ayah.Diajak bertemu lewat chat, Senja tak bisa menolak karena katanya ada hal penting yang harus dibicarakan. Entah apa, dia sendiri tak tahu. Namun, yang jelas Senja beruntung karena sampai saat ini para penghuni rumah yang sejak pagi tadi pergi, belum kembali.Juan masih di perjalanan pulang sementara Gian sendiri masih di luar untuk mengerjakan tugas sehingga permintaan Haikal untuk tak memberitahu siapa-siapa pun bisa dia kabulkan."Ada apa?"Setelah menunggu kurang dari dua menit, pertanyaan tersebut lantas didapatkan Senja dari Kirania yang kini berdiri di ambang pintu."Tante mau pergi, titip rumah," kata Senja. "Maka
Baca selengkapnya
34). Senja Dihukum Lagi
***Plak!"Ini hukuman untuk perempuan yang enggak bisa jaga kehormatan suaminya setelah menikah."Selesai mendaratkan gesper yang dia pegang di punggung Senja, ucapan tersebut dilontarkan Haikal yang kini berdiri di samping sang putri.Menyambut Senja dengan tamparan begitu putri bungsunya itu datang, Haikal tanpa ragu memberikan hukuman lain setelah laporan tentang Senja yang katanya sering membawa pria lain ke rumah Juan, diterimanya pagi tadi.Tak mau mendengar penjelasan apa pun dari Senja, Haikal memilih percaya pada foto juga pernyataan sang cucu, Kirania, sehingga tanpa memedulikan pembelaan yang dilontarkan Senja, permintaan untuk duduk di sofa dilontarkannya beberapa waktu lalu.Bukan ayah yang lembut, faktanya Haikal adalah orang tua yang selalu menggunakan hukuman fisik ketika anak-anaknya melakukan kesalahan, dan setelah sekian lama aman, malam ini Senja harus pasrah menahan sakit dicambuk karena memang hukuman itula
Baca selengkapnya
35). Senja Kemana?
***"Nih perempuan belagu banget. Aku telepon malah dimatiin."Sambil memandang layar ponsel yang dia genggam di tangan kiri, ucapan tersebut lantas Juan lontarkan setelah Senja menolak panggilannya.Masih berada di jalan, beberapa waktu lalu Juan tiba-tiba saja ingin membeli martabak. Punya niat baik membelikan Senja makanan manis tersebut, Juan menelepon sang istri untuk bertanya martabak apa yang disukai. Namun, niatnya itu gagal setelah panggilannya pada Senja justru tak dijawab—membuat rasa kesal jelas melanda."Enggak pengen dibaikin emang kayanya Senja."Tak mencoba untuk menghubungi lagi Senja, setelahnya Juan menyimpan ponsel miliknya di dashboard. Fokus mengemudi, mobilnya membelah jalanan malam kota Bandung hingga setelah sepuluh menit, dia berhenti di dekat penjual martabak.Turun untuk memesan makanan manis tersebut, Juan membeli tiga kotak dengan rasa berbeda yaitu; keju kesukaan Kirania, coklat kesukaan Caca kemudi
Baca selengkapnya
36). Menjemput Senja
***"Kalau ada apa-apa sama Senja, aku salahin Mas Juan ya, Mas. Senja kaya gini pasti karena kecapean."Di sela kegiatan mengemudi, ucapan bernada sinis itu lantas Gian lontarkan pada Juan yang kini duduk di sebelah kiri. Tak lagi di rumah, saat ini dia dan sang abang tengah berada di perjalanan menuju tempat Senja berada karena setelah dibuat khawatir, kabar dari Senja akhirnya datang.Namun, bukan kabar baik, yang Gian terima justru kabar buruk tentang pingsannya Senja di samping pemakaman Mentari. Ditemukan seorang pria penjaga warung, Senja katanya tergeletak di samping sebuah pusara dan setelah ditolong, perempuan itu kini berada di warung yang letaknya tak jauh dari tempat pemakaman.Entah apa alasan yang membawa Senja ke makam Mentari ketika hari tak lagi siang, Gian mau pun Juan sama-sama tak tahu. Namun, yang jelas di waktu yang sama kedua pria itu dilanda khawatir sehingga tanpa ba bi bu, keduanya pun bergegas."Kenap
Baca selengkapnya
37). Sedikit Peduli
***"Shit!"Masih dengan posisi tubuh membungkuk, Juan spontan mendesis setelah garis demi garis memar didapatinya di punggung Senja. Tak satu, ada tiga buah bekas memar yang dia lihat dan tak perlu bertanya, Juan tahu jika memar tersebut adalah bekas sabetan gesper.Mendengar Senja mengigau di tengah perjalanan, beberapa waktu lalu Gian memberhentikan mobil dan karena curiga akan sesuatu, keputusan mengecek kondisi Senja pun dilakukan.Tak oleh Gian, mengecek tubuh Senja dilakukan oleh Juan selaku suami dari perempuan itu dan benar saja dugaan dia juga sang adik, Senja tak baik-baik saja sehingga setelah menutup kembali punggung sang istri, Juan menarik tubuhnya dari mobil."Gimana? Apa ada sesuatu?" tanya Gian yang sejak beberapa menit lalu menunggu."Senja tadi bilang enggak mau ketemu sama siapa?" Alih-alih menjawab, Juan justru balik bertanya."Sama siapanya enggak bilang, tapi Senja ngomong kalau dia mau ketemu sam
Baca selengkapnya
38). Penjelasan Panjang Lebar
***"Halo, Bunda."Duduk di sofa sambil memandang Senja yang masih tak sadar, sapaan penuh ragu tersebut lantas Juan lontarkan setelah sambungan telepon dengan sang mertua, terhubung.Sempat dilema antara menghubungi Nirmala malam ini atau besok, Juan memang mengambil keputusan untuk menelepon sang mertua sekarang., dan beruntung panggilannya dijawab."Halo, Nak Juan.""Bunda udah istirahat belum, Bun? Barangkali Juan ganggu," ucap Juan—memastikan lebih dulu sebelum mengungkap tujuannya menelepon."Belum, Nak Juan. Kebetulan Bunda lagi nungguin Ayah. Belum pulang soalnya.""Ayah emang ke mana, Bun? Kok jam segini belum pulang?"Hening.Tak ada jawaban untuk pertanyaan darinya, yang Juan dengar adalah hening sehingga setelah beberapa detik berlalu tanpa obrolan, dia buka suara."Jawabannya pasti ke Bandung ya, Bun?""Nak.""Juan pengen nanyain sesuatu sebenarnya sama Bunda, da
Baca selengkapnya
39). Perasaan yang Bercampur Aduk
***"Editan atau bukan, Juan sendiri belum tahu, Bunda, tapi yang jelas Juan yakin Senja enggak selingkuh apalagi rutin bawa pacarnya ke rumah, karena setiap malam Juan selalu cek cctv rumah dan enggak pernah tuh Juan lihat Davion. Jadi, tolong sampaikan ke Ayah buat enggak marah lagi karena Senja enggak seperti yang dituduhkan."Membahas tentang foto yang Nirmala terima, ucapan panjang lebar tersebut lantas Juan lontarkan pada sang mertua. Sejenak melupakan dendamnya pada Mentari, Juan membela Senja karena meskipun istrinya itu hanya bahan pelampiasan dendam, entah kenapa ketika tuduhan berselingkuh dilayangkan, dia tak suka."Ya Allah gitu ya, Nak Juan?" tanya Nirmala. "Ya sudah nanti Bunda sampein ke Ayah setelah beliau pulang ya. Kalau perlu, Bunda nyuruh ayah minta maaf ke Senja karena udah nuduh yang enggak macam-macam.""Iya, Juan juga minta maaf kalau apa yang dilakuin Kiran bikin Bunda sama Ayah salah paham," kata Juan. "Nanti J
Baca selengkapnya
40). Senja Demam
***"Mas Juan lagi ngapain?"Tengah mengisi mangkuk besar dengan air panas dari dispenser, Juan spontan menoleh setelah pertanyaan tersebut dilontarkan Gian yang tiba-tiba saja datang ke dapur."Kamu.""Itu lagi ngapain?" tanya Gian—mengarahkan dagu pada mangkuk besar di tangan Juan. "Di rak gelas habis emangnya sampe minum aja pake mangkuk gede.""Ini buat Senja.""Senja udah sadar?" tanya Gian dengan raut wajah antusias. "Gimana kondisi dia sekarang? Masih sakit enggak katanya bekas gesper di punggung?""Enggak tahu.""Lah, enggak ditanyain?"Juan menghela napas. "Gimana mau nanyain orang baru belasan menit sadar, Senja pingsan lagi," ucapnya. "Tuh demam dia sekarang makanya Mas bikin air kompresan.""Enggak dibawa ke rumah sakit aja, Mas?" tanya Gian dengan raut khawatir yang tercetak jelas. "Takutnya ada apa-apa atau parahnya justru luka dalam.""Mas udah minta Dokter Fika ke sini
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
20
DMCA.com Protection Status