Semua Bab IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU : Bab 11 - Bab 20
35 Bab
11. Penggerebekan
Keesokan harinya."Mbak Nel, mukanya kok kayak zombie gitu, semalam nggak tidur ya?" tanya Mas Anton bercanda sembari membantuku menurunkan barang-barang dagangan ku."Hehe ... iya, Mas. Kelihatan banget ya?""Ealah, beneran nggak tidur tow, kalau begitu kenapa maksain jualan, Mbak? Seharusnya Mbak istirahat dulu, takutnya nanti kenapa-napa," sahut Mas Anton yang terlihat khawatir."Enggak ah, Mas. Justru kalau nggak jualan nanti jadi tambah stress, hehe ....""Ho oh, Mbak. Memang bener, orang kalau sudah biasa bekerja, terus nggak kerja sehari aja, rasanya memang seperti ada yang kurang gitu.""Iya, Mas. Udah semuanya, Mas. Makasih ya, Mas.""Sama-sama, Mbak."Setelah kepergian Mas Anton, Mbah Marni dan Bu Yanti juga menanyakan hal yang sama padaku, dan meskipun aku tidak pernah bercerita soal rumah tanggaku pada mereka, namun mereka seolah sudah mengerti bahwa aku dan suamiku sedang tidak baik-baik saja. Mereka bisa mengetahui kondisi rumah tanggaku, sebab mereka juga pernah mendenga
Baca selengkapnya
12. Talak
Lalu tidak lama kemudian satu persatu warga mulai berdatangan karena mendengar suara teriakan Pak Roni tadi, berbeda dengan aku yang masih berdiri di ambang pintu dapur karena tidak berani melihat keadaan Ibuku dan suamiku saat ini.Namun, tidak lama kemudian Bu Ajeng datang menghampiriku seraya mengatakan, "Nell, ayo, cepat kamu lihat mereka, dan kamu harus segera putuskan hukuman apa yang pantas untuk mereka." Sembari memapahku, aku hanya bisa mengikuti langkah kaki Bu Ajeng, sebab pikiranku benar-benar kosong saat ini, yang ada hanya perasaan takut melihat mereka karena ini sudah pasti akan membuat hatiku terlampau sakit.Dan, benar saja, aku hancur ketika melihat suamiku dan Ibuku sendiri yang berada di atas ranjang dengan menggunakan selimut yang sama untuk menutupi tubuh polos mereka.Pandanganku mengabur karena air mata yang mulai berdesakan meminta keluar, namun di sana aku dapat melihat wajah malu suamiku, dan juga tangis Ibuku.Aku tidak bisa berkata-kata, begitu juga deng
Baca selengkapnya
13. Tempat Tinggal Baru
Author Pov.Setelah menghabiskan waktu selama lima belas menit dengan mengandarai motor, Winda dan Wati akhirnya tiba di rumah mereka.Namun, saat mereka berdua hendak masuk rumah, tidak lama kemudian Rohman yang menaiki motornya sendiri ikut menyusul mereka."Heh, kamu ngapain ikut ke sini?!" ketus Winda yang kini semakin benci dengan Rohman, sebab gara-gara mantan kakak iparnya ini juga, ia harus menanggung malu di hadapan banyak orang yang tinggal di area kos-kosannya."Lha, memangnya kalau nggak pulang ke sini, aku harus ke mana?" sahut Rohman santai seraya mengedipkan sebelah matanya ke arah Wati.Winda yang melihat kelakuan Rohman, ia semakin muak dengan lelaki yang ada di hadapannya ini."Ibu! Aku nggak mau tahu, pokoknya cepat usir dia dari sini, Bu! Dan, jangan pernah lagi Ibu berhubungan dengan dia!" teriak Winda seraya menuding wajah Rohman."Winda, tenanglah! Jangan ribut seperti ini, nanti tetangga pada denger," sahut Wati yang kemudian menyeret Winda masuk ke dalam rumah
Baca selengkapnya
14. Dilamar
Satu tahun kemudian..."Nella, nanti malam kita jalan ya?" ajak Sugeng yang berdiri di samping pagar, sedangkan Nella baru saja pulang dari pasar."Nella mengangguk, membuat Sugeng tersenyum senang, lalu kemudian ia berpamitan, "Kalau begitu Mas pergi kerja dulu.""Iya, hati-hati," sahut Nella seraya melambaikan tangannya. Nella menggelengkan kepalanya seraya tertawa ketika melihat Sugeng pergi dengan wajah semringah layaknya seorang bocah yang baru kasmaran."Astaga, padahal kita sudah tua, tapi kenapa pas pacaran seperti ini jadi seperti bocah lagi ya?" gumam Nella yang heran pada dirinya sendiri.Ya, Nella dan Sugeng akhirnya resmi pacaran dari dua Minggu yang lalu. Setelah mereka mengerti cerita hidup masing-masing, dan Sugeng yang juga gencar mendekati Nella, akhirnya membuat hati Nella menjadi luluh dan mau menerima cintanya Sugeng.Sugeng ternyata seorang duda tanpa anak, istrinya sudah lama meninggal, yang lebih tepatnya Sugeng sudah menjadi duda sejak lima tahun yang lalu.B
Baca selengkapnya
15. Tinggal Seatap Dengan Winda
"Bu, Ibu, ... Bu, Ibu di mana?!" teriak Winda yang sedang mencari Ibunya."Sedangkan Wati yang sedang berada di dapur, ia merasa kesal mendengar suara teriakan Winda."Ish, itu anak berisik banget!" gerutunya seraya memijat kepalanya yang terasa pusing."Bu, ....""Apa?!" balas Wati yang kemudian ikut berteriak.Mendengar suara Ibunya yang berada di dapur, Winda pun langsung pergi ke sana. "Ibu, aku cariin dari tadi ternyata ada di sini?""Kamu ini kenapa teriak-teriak sih? Bikin kepala Ibu jadi tambah pusing aja!""Ish, Ibu. Aku punya berita penting, Bu.""Apa?" sahut Wati malas."Itu, Mbak Nella mau nikah lagi, Bu. Mana calon suaminya gagah dan ganteng banget lagi, aduh ... kenapa dia selalu beruntung ya? Itu meski si Rohman malas kerja, dia juga lumayan ganteng. Tapi, yang sekarang hemmm ...." Winda mengacungkan dua jempolnya di depan Wati."Memangnya kamu ketemu Kakakmu di mana?""Di taman kota.""Oh, berarti sekarang dia pindah ke kota?" "Enggak, dia sekarang tinggal di daerah
Baca selengkapnya
16. Iri
Empat bulan kemudian ..."Selamat pagi, Bu Romlah," sapa Nella pada tetangganya ketika ia hendak berjalan mendahului Romlah."Pagi ... eh, Nella. Mau ke mana?""Mau ke warungnya Bu Nur, Bu.""Oh, sama dong, kalau begitu kita bareng ajak yuk!" Dengan cepat Romlah segera menyusul langkah kaki Nella.Sedangkan Nella dalam hati sontak berdecak, sebab ia sebenarnya sedang terburu-buru, namun karena Bu Romlah mengatakan seperti itu, ia hanya bisa mengangguk seraya tersenyum."Mau belanja apa, Bu?" tanya Nella sedikit berbasa-basi, sebenarnya Nella sedikit malas membuka obrolan dengan Bu Romlah, karena beliau terkenal sebagai orang yang suka nyinyir.Namun, kalau Nella hanya diam saja, Nella pasti akan dicap sebagai orang yang angkuh karena dianggap enggan berbicara dengan Romlah."Mau beli beras, kamu sendiri mau belanja apa?" balas Romlah seraya tersenyum. Di permukaan Romlah memang seperti orang yang ramah kepada semua orang, namun di belakang ia suka membicarakan orang, apalagi jika oran
Baca selengkapnya
17. Keinginan Yang Gila
"Assalamualaikum ....""Wa'alaikumsalam ... wah! Kamu bawa apa ini, Mas?" tanya Nella seraya menerima kantong kresek yang diberikan oleh Sugeng."Martabak manis, kesukaanmu ...." sahut Sugeng seraya mengedipkan sebelah matanya.Nella yang mengerti kode itu, ia hanya tertawa saja melihat kelakuan Sugeng. Sugeng terkadang memang sering membelikan oleh-oleh kesukaannya Nella, lalu kemudian malamnya nanti ia akan meminta jatah dengan durasi yang sangat lama sebagai gantinya. Jadi seperti inilah cara Sugeng membuat rumah tangganya agar selalu harmonis.Di saat mereka berdua tengah tertawa, Winda yang juga baru saja pulang bekerja, ia langsung menyapa kakak dan kakak iparnya itu."Mbak, Mas," sapa Winda seraya tersenyum, saat ini Winda sedang berjalan kaki menuju kos-kosannya."Lho, kamu jalan kaki, Win? Lha temanmu yang biasanya antar jemput kamu ke mana?""Dia sudah pindah kerja, Mbak. Sudah dari seminggu yang lalu aku berangkat dan pulang jalan kaki.""Owalah ... ya sudah, sekarang kamu
Baca selengkapnya
18. Ada Yang Aneh
Tiga Bulan kemudian...."Nella, aku tadi melihat suamimu membonceng adikmu. Tapi, mereka berdua kok kelihatannya mesra gitu ya?" ujar Romlah yang saat ini sedang belanja di pasar."Hehehe ... mesra bagimana, Bu. Bu Romlah ini ada-ada saja, dan beberapa bulan ini kan Winda memang aku suruh numpang motornya Mas Sugeng, sebab aku kasihan lihat dia pulang dan pergi kerja jalan kaki setiap hari.""Iya, aku tahu itu. Tapi, yang kulihat tadi ... Winda kok pegangan pinggangnya Sugeng kayak orang lagi pacaran gitu, pokoknya mereka berdua nempel banget gitu.""Hehe ... Bu Romlah ini, mungkin Mas Sugeng lagi buru-buru kali, Bu. Jadi bawa motornya kenceng, dan Winda tidak sengaja pegangan pinggangnya Mas Sugeng.""Ya memang Sugeng bawa motornya kenceng sih, Nell. Tapi, aduh gimana ngomongnya ya, memangnya kamu sendiri nggak khawatir gitu? Soalnya ipar kan halal dinikahi, Nell? Kamu paham kan maksudku?"Degh ....Setelah mendengar kalimat itu, tomat yang sedang dipegang Nella terjatuh dan mengge
Baca selengkapnya
19. Kemarahan Sugeng
"Hayo! Mbak Nella ngelamun lagi," goda Nessa seraya menepuk bahu Nella dari arah belakang.Nella sontak terkejut, namun ia mengatakan, "Enggak kok, emang siapa yang ngelamun? Aku lho lagi lihat Ibu itu." Menunjuk asal seorang ibu-ibu yang sedang berbelanja.Nessa mencebikkan bibirnya tidak percaya, sebab ia bukan anak kecil yang bisa dibohongi."Sudahlah Ness, jangan ganggu Mbak Nella, dia mungkin semalam tidak dapat jatah dari suaminya, jadi kelihatan kayak orang linglung gitu."Semua orang sontak tertawa mendengar candaan Bu Yanti, namun berbeda dengan Nella yang hanya tersenyum tipis menanggapi candaan Bu Yanti.Sebab, apa yang dikatakan Bu Yanti memang benar, Nella semalam memang tidak mendapat jatah batin dari Sugeng, dan bukan hanya semalam saja, namun sudah dari tiga bulan yang lalu Nella sudah jarang mendapat nafkah batin dari Sugeng.Awalnya Nella memang tidak mempermasalahkan, sebab ia mengira jika Sugeng kelelahan hingga ia tidak berminat melakukan hubungan suami istri.Nam
Baca selengkapnya
20. Winda Hamil
"Mas, kenapa kamu menamparku?!""Kenapa? Kamu bilang kenapa?" Lalu tiba-tiba saja Sugeng langsung merebut ponsel di tangan Winda."Ini, coba kamu lihat! Kamu sengaja ingin merusak rumah tanggaku ya?!" Menyodorkan ponsel tepat di depan wajah Winda, yang menampilkan sebuah pesan yang dikirim Winda ke nomornya Nella tadi."Lho, Mas. Memangnya kenapa? Aku kan hanya ingin titip rujak sama Mbak Nella, lalu apa salahnya?" "Kamu jangan sok polos, Winda! Kamu pikir aku tidak tahu akal busukmu itu! Kamu sengaja kan, ingin memberitahu Mbak mu tentang kehamilanmu ini?"Winda sekilas tampak terkejut, ia tidak menyangka jika Sugeng bisa mengetahui apa yang dipikirkannya, lebih tepatnya ia sedang sial karena ponselnya Nella ketinggalan di rumah."Huh, kenapa Mbak Nella nggak bawa HP nya sih? Kalau begini jadi rusak kan rencanaku," gerutu Winda dalam hati."Lebih baik sekarang kamu gugurkan anak ini, karena aku tidak mau punya anak denganmu!" sentak Sugeng seraya hendak menarik tangan Winda untuk me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status