All Chapters of Seatap dengan Racun Rumah Tanggaku: Chapter 11 - Chapter 20
55 Chapters
Tamu Istimewa
Dengan berjalan sedikit angkuh, Yusuf masuk ke ruangannya. Pagi ini ia terlihat lebih rapi. Senyum mengembang dari kedua sudut bibirnya, kala mengingat kemesraannya bersama Shafira semalam. Yusuf duduk di ujung meja, seraya menghadap ke luar jendela. Rasanya masih terasa, bagaimana Shafira memperlakukannya dengan lembut dan penuh cinta. Yusuf akui, semua kriteria wanita idamannya memang ada di diri Shafira. Bodohnya, ia malah menghadirkan wanita lain di dalam rumah tangganya yang justru menjadi racun untuk hubungannya dengan Shafira.Lelaki itu menggeleng, lalu tersenyum tipis. Ia seperti tengah merasakan jatuh cinta kembali pada Shafira. Tatapan dan senyum manis wanita itu mampu menghilangkan segala kegundahannya. Bersama Shafira, seakan-akan semua masalah sirna sudah. Hati yang kalut dan gelisah pun, seketika menjadi tenang.Yusuf tak mengerti, mengapa ia bisa memutuskan untuk menduakan wanita yang sangat dicintainya itu. Padahal selama ini, Shafira mampu memberikan apa yang ia but
Read more
Irisan Luka
Tak ada yang bisa Shafira lakukan, selain memendam semua gundah gulana dalam hati. Perkataan Ibu mertuanya bagai pisau yang menghujam langsung relung kalbunya. Luka karena irisan pisau tidak seberapa sakit dibandingkan luka yang tertancap di hatinya akibat ucapan sang ibu mertua.Wanita mana yang tidak ingin memiliki anak! Tentunya semua wanita mengharapkan kehadiran sang buah hati untuk pelengkap kebahagiaan dalam bahtera rumah tangganya. Begitu pun dengan Shafira yang sudah lama mendambakan kehadiran buah hati di dalam hidupnya.Berbagai cara sudah Shafira lakukan, dari mulai ikut promil, alternatif, dll. Semua yang dianjurkan dokter dan keluarga sudah ia coba. Namun, semua kembali pada Sang Kuasa. Jika Dia belum menghendaki, tak ada yang bisa Shafira lakukan selain berpasrah diri. Mungkin Allah belum memercayainya untuk cepat memiliki momongan. Shafira percaya, Allah yang tahu mana yang terbaik untuknya.Di dunia ini, tak yang akan kuat hidup satu atap bersama madunya. Apalagi deng
Read more
Luka Tak Berdarah
Wajah Shafira bersemu merah, kala Yusuf memujinya seperti itu. "Umi tidak melakukan perawatan apa pun, Bi. Kalaupun Umi mau melakukannya, pasti meminta izin terlebih dulu pada Abi."Yusuf berdeham. "Tak perlu meminta izin, Sayang. Jika memang itu positif dan baik untuk hubungan kita, lakukanlah!""Apakah Abi sedang meminta Umi untuk melakukan perawatan? Apakah karena kulit Umi tidak sekencang dulu atau karena wajah Umi tidak secantik dulu lagi?" tanya Shafira penuh selidik.Yusuf terkekeh. Lelaki itu langsung mendekap Shafira, lalu mengecup lama puncak kepala sang istri."Cantikmu natural tanpa harus pergi ke salon kecantikan, Sayang.""Bohong!" balas Shafira seraya membelakangi Yusuf.Yusuf mengacak rambutnya frustrasi. "Salah lagi! Kenapa pria selalu salah di mata setiap wanita?"Shafira beranjak dari ranjang, lalu masuk ke kamar mandi. Sejenak, ia berdiri mematung di depan cermin, memperhatikan setiap inci dari wajahnya.Wanita itu berdecak kesal, saat melihat sedikit lemak di bag
Read more
Ketegaran Shafira
Shafira tak habis pikir, mengapa ibu mertuanya bisa begitu akrab dengan Almira? Sementara dengan dirinya yang sudah lama menjadi menantu, acuh tak acuh seperti tidak butuh.Dulu, ibu mertuanya tidak seperti itu. Sikap dan sifatnya berubah setelah tahu dirinya tak kunjung memiliki anak. Sejujurnya, ia pun sangat menginginkan untuk segera memiliki keturunan. Namun, apa daya, jika yang di atas belum memercayainya. Bukankah manusia itu hanya bisa berikhtiar, sisanya Allah lah yang menentukan.Tak ada yang bisa Shafira lakukan selain pasrah menjalani semua yang telah terjadi dalam hidupnya. Ia tidak pernah menyangka, jika kehadiran madu dalam rumah tangganya akan menjadi bom yang akan menghancurkan pernikahannya dengan suami.Shafira mengembuskan napas kasar. Biasanya sang ibu mertua juga hanya sepekan sekali mengunjungi rumahnya, tetapi mengapa sekarang menjadi setiap hari? Apakah mereka sengaja ingin membuatnya tidak kuat bertahan di rumah itu, sehingga nantinya berharap ia pergi dari s
Read more
Kehamilan Almira
Keesokan harinya, sesuai dengan yang sudah disepakati bersama. Bimo dan Aldo meluncur menuju sebuah pedesaan terpencil. Mereka akan menuju desa tempat kelahiran Almira.Pagi itu cuaca sangat dingin, ditambah lagi jalan yang curam dan bercampur tanah. Membuat Bimo sangat berhati-hati dalam menyetir mobil."Yusuf memang tak memiliki hati, masa kita ditugaskan ke tempat seperti ini. Gue tidak ingin mati sia-sia di sini. Ingat dan catat, ya! Gue belum merit, jadi kalau mau mati, Lu mati sendiri aja. Kagak usah ngajak-ngajak. Gue ikhlas!" ucap Aldo seraya berpegang erat pada sandaran jok mobil."Siapa juga yang pengen mati di tempat seperti ini. Gue juga kagak mau. Pengen nyicipi dulu rasanya punya bini.""Apa Lu bilang nyicipi? Kayak makanan aja dicicipi!" timpal Aldo."Kalau kita tidak menuruti keinginan Yusuf, tentu gaji kita yang akan jadi korbannya. Bayangkan aja dari mana gue bayar kontrakan, biaya hidup satu bulan, setoran mobil, nabung buat nikah, belum lagi buat ngirimi emak di ka
Read more
Penyesalan Yusuf
Yusuf terkejut, kala mendapati Shafira tengah menangis di kamar. Lelaki itu mendekat, lalu menarik tubuh Shafira ke dalam dekapannya."Mengapa Umi menangis? Apakah ada sikap Abi yang menyakiti perasaan Umi?"Shafira menggeleng, lalu menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya. Mengapa tidak dirinya saja yang hamil? Mengapa harus Almira yang memberikan suaminya keturunan? Apakah ia harus menyerah dan pergi dari kehidupan Yusuf? Pertanyaan demi pertanyaan terus berkecamuk hebat dalam diri. Menghadirkan kesedihan yang begitu mendalam dan menyayat hati. Mengapa semua itu harus terjadi padanya? Mengapa Allah tak kunjung mempercayainya untuk memiliki momongan? Mandul ... apakah benar kalau dirinya mandul dan tidak akan pernah memiliki anak? Ingin rasanya Shafira berteriak sekeras mungkin untuk sedikit menghilangkan rasa sesak di dada. Betapa besar keinginannya untuk memiliki anak. Rindunya begitu menggebu-gebu untuk menyambut hadirnya sang buah hati di dalam rahimnya."Jawab, Umi.
Read more
Kedatangan Galang
"Apakah kalian sudah mendapatkan hasil dari penyelidikan yang kalian lakukan? Bagaimana kabar anak itu? Kapan aku bisa membawanya pulang ke rumah?" tanya Yusuf.Bimo dan Aldo beradu tatap. Baru saja mereka masuk ke ruangan, langsung disuguhi Yusuf dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. "Kenapa kalian tidak menjawab? Kalian tidak lupa kan, separo dari gaji kalian akan aku potong kalau sampai kalian gagal mendapatkan informasi tentang anak sambungku."Aldo berdeham. "Tenang saja, Bro. Tunggu informasi selanjutnya dari kami.""Kenapa tidak kalian jelaskan sekarang? Jangan-jangan kalian tidak melakukan apa yang kuperintahkan!""Semua sudah beres, kamu tenang saja. Tahu-tahu anak itu nanti ada di hadapanmu. Mana bayaran kami!" pinta Bimo."Etdah ... kalau udah masalah uang aja, kalian semangat. Ngutang dulu.""Tidak bisa! Uang akan turun, setelah tugas kalian selesai. Jangan ada yang membantah, kecuali kalau kalian ingin diberhentikan dari perusahaan ini.""Selalu saja ancaman itu yang kelu
Read more
Keberanian Shafira
Yusuf yang sudah siap memeluk Galang, langsung menurunkan tangannya, saat melihat Galang bersembunyi di belakang tubuh besar Bimo."Kemari. Nak. Jangan takut, ini Papa!" ucap Yusuf. Akan tetapi, bukannya berlari menghampiri, Galang malah berlari dan bersembunyi di belakang mobil."Kenapa?" tanya Yusuf pada kedua sahabatnya."Sudah kubilang, sulit untuk membujuk anak itu percaya pada orang yang baru dikenalnya. Aku dan Aldo saja butuh waktu kurang lebih tiga hari untuk akrab dengannya.""Oh, Almira! Sebagai ibu kandungnya dia pasti bisa membujuk putranya sendiri," ucap Yusuf. Tanpa menunggu tanggapan kedua sahabatnya, Yusuf langsung berlari menaiki tangga untuk memanggil Almira.Aldo menggeleng singkat. "Apalagi wanita itu ... dia gak akan mungkin mau membujuk putranya sendiri.""Bisa saja dia melakukannya! Biar mendapat nilai plus dari Yusuf," timpal Bimo."Apa yang kalian bicarakan? Sebenarnya anak siapa yang kalian bawa ke sini?" tanya Shafira.Bimo menggaruk tengkuknya yang tidak g
Read more
Fitnah
"Apa yang terjadi? Siapa yang membuat Galang menangis?" Suara bariton seseorang yang tak asing lagi di telinga mereka, terdengar dari ambang pintu. Almira panik, wanita itu langsung menggendong Galang."Cup ... jangan menangis lagi, ya, Sayang," ucap Almira seraya mengelus-elus rambut Galang. Almira langsung menghampiri Yusuf. Terlintas ide jahat di pikirannya untuk membuat hubungan Yusuf dan Shafita retak."Tidak apa-apa, Mas. Tadi Galang tidak sengaja menumpahkan jus di lantai, terus Mbak Shafira memarahinya. Sampai-sampai mendorong Galang ke lantai. Mungkin Mbak Shafira juga tidak sengaja, aku paham kok kalau dia lelah mengerjakan pekerjaan rumah."Shafira terkejut, saat mendengar Almira memutarbalikkan fakta di depan Yusuf. Jelas-jelas dia sendiri yang mengatai anaknya dengan kasar. "Umi ...."Yusuf menatap tajam ke arah Shafira. "Aku tidak percaya, kamu bisa melakukan hal sejahat itu pada anak sekecil Galang. Kupikir kamu bisa belajar menyayangi Galang, dan menganggapnya seperti
Read more
Kegalauan Yusuf
Pagi-pagi sekali, Yusuf sudah berada di kantor. Lelaki itu menyandarkan kepala di sofa seraya memijat-mijat keningnya yang terasa sedikit pening. Sehari saja tak bertegur sapa dengan Shafira, berhasil membuat hati dan pikirannya menjadi tak menentu. Lelaki itu mengembuskan napasnya dengan kasar. Ia tak habis pikir, mengapa Shafira tega melakukan semua itu pada Galang. Padahal setahunya, Shafira itu wanita penyayang dan begitu merindukan suara anak-anak untuk meramaikan rumah."Mengapa secepat itu dia berubah? Aaa ...!" teriak Yusuf seraya menjambak rambutnya frustrasi.Tiba-tiba pintu ruangan dibuka seseorang dari luar. "Woy ... masih pagi udah teriak-teriak kayak orang stres aja! Lagi kesambet, ya?"Yusuf berdecak kesal. "Kebiasaan! Masuk tanpa mengetuk pintu. Kembali keluar dan ketuk pintu terlebih dulu!" Lelaki bertubuh atletis itu tak mengindahkan ucapan Yusuf. Ia duduk di sofa, lalu menyandarkan kepalanya di sana. "Aku malas menuruti perintahmu! Aku udah duduk nyaman di sini.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status