Semua Bab Istri Yang Kucampakkan: Bab 41 - Bab 50
55 Bab
Bab 41
"Biar aku saja yang buka. Lagipula, hujan-hujan begini siapa malam-malam, yang datang?" Arfan mendorong kursi dengan kakinya ke belakang. Ia membenahi kemeja tiga perempatnya lalu memutar kunci pintu.Saat dibuka, kedua matanya terlihat melebar. "Fatih?" Fatih juga terkejut. Ia tak melihat tadi jika di depan sana ada mobil Arfan. Ke mana lagi Rani tak pulang selain ke rumah orangtuanya."Ada apa, Fatih?" tanya Arfan. Masih membiarkan Fatih berdiri di luar sana."Harusnya aku yang tanya, ngapain kamu ada di sini? Satu atap di rumah istri orang, malam-malam lagi." Fatih menarik ekor matanya menatap ke lain arah."Aku tadi habis mengantar Rani. Kehujanan juga, dan diajak makan malam sekalian dengan keluarga ini. Keluarga yang sangat menghargaiku meski aku bukan suami Rani." Seperti tak pernah takut dengan sikap arogan Fatih, Arfan memang ingin membenturkan ego dari suami gadis yang ia sukai."Lebih baik kamu pulang! Atau penduduk akan mengira kalian kumpul kebo. Sekarang, di mana Rani?!
Baca selengkapnya
Bab 42
"Baju siapa aja terserah aku mau nyuciin punya siapa juga bukan masalah kamu, kan?" Rani hendak melangkah tetapi tangan Fatih mencegah dengan kilatnya. Cengkeraman bagai elang itu membuat denyut nadi seperti tersumbat."Ya, enggak bisa gitu lah! Gimana nanti kalau Papa tau?!" katus Fatih lagi. "Bukan urusan aku! Lagian aku tinggal bilang aja itu bajunya Mas Arfan. Gitu aja, kok, repot!" Rani membalik badan lagi dan buru-buru pergi tetapi lagi-lagi Fatih mendapatkannya. Kali ini, bukan hanya tangan yang sampai pada pemuda itu melainkan tubuh Rani terpental pada dada bidang yang masih terlihat aliran bening nan dingin.Sesaat, Rani merasakan sesuatu. Bumi seakan menghimpit mereka berdua. Sampai-sampai, Rani merasakan debaran yang ia rasakan lewat punggungnya. Fatih yang terpaku juga, sekarang tak bisa berkata-kata lagi. Mendadak bibirnya terkalahkan oleh rasa yang belum pernah melewati relung hatinya. Rani mencoba bergerak melepas dekapan lengan kekar itu. Pria dengan tubuh atletisny
Baca selengkapnya
Bab 43
Bram menatap awan yang bergumul dengan bayangan seorang wanita. Pernikahan tak bertahan hingga napas terakhir, saling mempertahankan ego masing-masing. Dirinya dan Melania sudah melewati hidup bersama bukan setahun dua tahun melainkan puluhan tahun. Mereka terlepas oleh sebuah takdir yang memang menjadi bagian yang harus dilewati.Di balik pot-pot bunga itu, pria matang dengan wajah yang masih tampak segar terus merenungi kesalahannya. Cara mendidik yang memang kurang perhatiannya, membuat Fatih cemburu. Apalagi ketika Mamanya pun lebih mementingkan karir. Tidak ada yang Bram salahkan selain dirinya sendiri. Pria itu mengusap wajahnya penuh penyesalan. "Sedang apa di sini, Pa?" Rani mengambil posisi di sebelah pria itu yang duduk pada kursi yang menatap taman."Eh, kamu, Ran? Papa cuman mau menghirup udara segar saja. Cuman ingin menatap rindangnya taman ini. Mumpung udara panas, di sini cukup segar daripada AC ruangan.""Iya, Pa. Tapi, ngomong-ngomong apa Fatih ada bilang sesuatu?"
Baca selengkapnya
Bab 44
"Fatih, sudahlah. Kau pulang saja sendiri. Aku ingin cari ketenangan." Rani yang membalik badannya tetap saja Fatih mencegah. Pria itu tak ingin Rani membantahnya.Satu tarikan tangan Fatih membuat tubuh Rani terpental dan membentur dada bidang Fatih. Sesaat mereka saling tatap dan terpaku saling memindai wajah masing-masing. Tangan yang menyentuh dada pria itu, Rani merasakan degup yang begitu kencang. Ia yakin sekali, Fatih merasakan hal yang sama dengannya. Tersadar dengan hal itu, mereka melepaskan diri. Menetralisir rasa yang tak pernah dimengerti. Salah tingkah dan wajah memerah, Fatih menghela napas panjang. Membenahi pakaiannya lalu tetap memaksa Rani untuk ikut dengannya.Saat mereka berjalan menuju mobil, Rani melihat sosok bertopi dengan jaket hitam serta masker menutupi wajah. Menatap mereka penuh misteri dan terus mengunci setiap langkah mereka. Di balik pohon besar, pria itu menyembunyikan tangannya di balik saku jaket.Rani membalas tatapan pria itu sambil mengikuti Fa
Baca selengkapnya
Bab 45
Melihat foto mesra di dalam foto itu, dada Fatih bergemuruh hebat. Hatinya yang sempat dibalut, kini retak kembali. Kedua mata berkedip dengan cepat untuk menghalau panasnya dari dalam. Patah hati yang kedua kalinya, Fatih membawa semua bukti itu ke luar ruangan.Langkahnya yang panjang dengan hentakan yang begitu kuat, Fatih membanting pintu ruangan Rani. Ia melempar semua benda tipis itu tepat mengenai wajah Rani. Seketika Rani pun ternganga dan kaget. Tak tahu menahu masalah yang dimaksud oleh Fatih, ia langsung berdiri."Apa yang kamu lakukan, Fatih?" "Lihat saja itu! Matamu belum buta, kan?" Bentakan itu terdengar hingga ke luar. Beberapa karyawan saling membisik dan menatap ke arah ruangan berkaca itu. "Dasar, wanita murahan!" "Astaghfirullah, jaga ucapan kamu, Fatih! Kamu tak bisa sedikit saja bersikap lembut pada wanita?" Air mata Rani siap tumpah. Ia menunduk dan meraih selembar dari foto yang tercecer di lantai.Rani menggeleng setelah melihatnya sendiri. Ia membantah deng
Baca selengkapnya
Bab 46
Fatih berjalan dengan langkahnya yang panjang, ia menuju ruangan Rani. Setelah dibuka, tak ada seorangpun di sana. Pria muda itu mengerutkan dahinya. Di mana gadis itu?"Kamu cari siapa, Fatih?" Dini yang kebetulan lewat sana, kini berhenti dan menatap adiknya. Sebenarnya, Fatih tak begitu dekat dengan kakaknya itu, tetapi ia harus tetap bersikap baik apalagi sekarang berada di dalam lingkup kantor."Rani," balasnya singkat.Dini tersenyum miring. Sudut bibirnya terangkat sebelah. "Dia lagi pacaran sama Arfan di taman."Fatih terkejut tetapi ia tak mengatakan apapun. Hanya sebatas rasa jengkel dan tangan mencengkeram kuat. Fatih menahan rasa panas dari dalam dadanya dan segera pergi ke tempat yang tadi dikatakan oleh Dini.Sekarang memang jam istirahat, dua anak manusia menatap langit biru, duduk di kursi pinggir kolam ikan. Fatih masih menguping, apa saja yang mereka bicarakan. "Ran, aku mau kasih kamu sesuatu. Diterima, ya!" Arfan mulai merogoh sesuatu dari dalam sakunya.Tubuh Fat
Baca selengkapnya
Bab 47
"Makasih Mas Arfan," ucap Rani seraya mengulas senyuman di tengah pesta pernikahan salah satu rekan kerja. Arfan juga menarik kursi untuk gadis itu agar duduk di sebelahnya. Mereka duduk dengan gelas-gelas minuman juga makanan yang tersaji di atas meja. "Ran, kamu mau makan apa? Banyak menunya. Kebetulan kita kan tadi memang sengaja janjian makan di sini." Arfan tertawa. "Aku apa aja deh, Mas. Salad aja dulu, tiba-tiba kenyang." "Aku ambilkan, ya." Lelaki dengan jas hitam itu itu segera meletakkan sepiring salad hijau di depan Rani. Sambil menatap pada hiburan seorang penyanyi, mereka mulai makan. Dari pintu utama, seorang pria dengan jas dark green berjalan menggandeng wanita cantik. Mereka masuk ke dalam. Tampak wanita itu mengenakan gaun dengan belahan dada dan rambutnya mengembang hitam legam. Tentu Fatih mencintainya. Namun, yang ada di dalam kepalanya saat ini adalah Rani. Hanya istrinya saja. Meskipun ada wanita cantik yang selalu menemaninya, tetap saja Fatih tak bisa t
Baca selengkapnya
Bab 48
Fatih duduk di sebelah rani yang tak bergerak sama sekali. Lalu Bram menahan napas sejenak, ia berusaha bersikap adil dan menyesali perpisahan Rani dan putranya itu. "Papa kecewa sama kamu, Fatih. Kalian harusnya bisa bicarakan semuanya baik-baik. Papa batu tau kalau Rani dan kamu sudah bercerai. Dan akta nikah kalian baru sampai hari ini. Kalau bukan karena Papa bertemu tukang pos tadi, mungkin Papa tidak akan tau kalau kalian sudah ...." Bram menggeleng kepala sambil menghentakkan ucapannya. Rani terlihat menunduk. Ia tak lepas dari lirikan mata Fatih. Fatih sendiri pun tak bisa berkata-kata lagi. Selain kata maaf untuk papanya yang ia sampaikan dengan lirih. "Maaf, Pah." "Apa kalian tidak berniat rujuk? Papa sangat berharap kalian kembali bersatu. Bagaimana, Ran?" Bram meminta pada Rani sebuah pertimbangan lagi. "Maaf, Pak Bram. Terima kasih sebelumnya, tapi saya sudah memutuskan untuk sendiri juga. Saya dan ibu saya juga adik saya satu-satunya, akan kembali pulang tempat kela
Baca selengkapnya
Bab 49
Setelah kembali ke depan ruangan Fatih, Rani bertemu dengan salah seorang suster. Gadis itu segera bertanya, "Sus, bagaimana keadaan Fatih?" "Sudah membaik, Mbak. Boleh dijenguk. Silakan!" "Makasih, Sus."Suster membalas dengan senyuman. Lalu pergi setelah Rani izin masuk ke dalam. Rani mengusap wajahnya melihat Fatih terbujur dengan alat bantuan kesehatan. Kepalanya dibalut dengan perban, hidungnya tampak cup oksigen menempel. Rani pun segera duduk dan mencoba menyentuh tangan Fatih. Meskipun Fatih sudah memporak-porandakan hatinya, tetap saja ia tak bisa diam saja melihat Fatih begitu. "Fatih, kamu belum bisa bangun ya? Aku menunggumu membuka mata sejak semalam. Bertahanlah, Fatih!" "Fatih, aku tau kalau kamu sangat membenciku. Aku tidak marah karena itu hakmu. Tapi, kumohon buka matamu.""Setelah kamu sadar, aku janji akan pergi dari sini. Kau tidak akan melihatku lagi."Beberapa menit Rani di sana, Fatih tak juga membuka mata. Tak lama Bram masuk dan Rani menoleh ke belakang.
Baca selengkapnya
Bab 50
"Bisa aja kamu, Roy." Rani menunduk sambil tertawa. Mereka berdua berjalan melewati lorong dan setiap pintu yang tertutup. Sambil mengobrol kenapa Roy pindah dari perusahaan Bram, mereka berdua memasuki lift dan berniat pergi meeting dengan mobil yang sama. Sampai di lantai bawah, ketika Rani baru saja membuka pintu mobil Roy, tiba-tiba seorang pria mencegahnya. Menutup pintu mobil itu di depan Rani. Sontak kedua mata Rani melebar melihat Fatih datang dengan mengejutkan. Fatih menutup pintu mobil lalu menarik tangan Rani agar mendekat padanya. "Fatih!" Rani ternganga. "Ran, please ikut aku!" Fatih terus menarik tangan Rani. Akan tetapi, Rani tidak mau. Gadis itu menarik tangannya lagi agar terlepas dari Fatih. Roy yang melihat kejadian itu pun langsung berlari mengejar mereka. "Fatih!" panggil Roy lalu ketika ia sampai di dekat dua orang itu, Roy melepas tangan Fatih dan Rani. "Fat, kamu jangan memaksanya. Kasian dia. Sadarlah, kalian sudah pisah.""Roy, tolong! Aku mau bicara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status