All Chapters of Istri Yang Kucampakkan: Chapter 21 - Chapter 30
55 Chapters
Bab 21
Yang tadinya tenang dan pulas, sosok tampan itu mulai terbangun karena suara keras dan membuat jantungnya hampir lepas. Dadanya berdebar hingga tak dapat ia kendalikan. Fatih bangkit dan memastikan keadaan. Namun, apa yang dia lihat kini tengah mendekam di pojok ruangan. Kaki bertekuk dan tubuh bergetar. Rambut yang semula terbungkus jilbab, kini sudah terurai dan menutupi bagian wajah."Rani!""Rani, ada apa?" Kedua tangan berotot itu menyentuh pangkal lengan yang terasa ringan. Membuat Rani semakin kencang berteriak dan meminta tolong."To ...." Untungnya, dengan sigap Fatih menutup mulut Rani segera. Agar tak membuat gaduh suasana yang sudah mulai tenang dan air sudah mulai surut. Hujan semalam membuat sebagian warga yang tinggal di dataran agak tinggi berjaga-jaga."Diam!" Fatih mendekap tubuh sang gadis. Rani mulai menguasai keadaan. Ia menuruti kata Fatih setelah ancaman yang ia kumandang lirih di dekat telinga. "Kalau kau teriak lagi, kucium sampai kapok!" Ancaman macam ap
Read more
Bab 22
Suara sepeda motor terdengar memasuki halaman. Rintik hujan pun sudah tak terdengar lagi. Rani bangkit dari pembaringan. Ia langsung menyibak gorden dan melihat ke luar. Melihat Fatih di sana, bergegas gadis itu membuka pintu kamar. Menuruni anak tangga dan membuka pintu utama.Fatih yang tadinya berjalan dengan kepala menunduk, kini mendongak kaget melihat siapa yang datang menyambut.Fatih bersikap tak acuh. Dia melewati Rani begitu saja."Fatih, tunggu!" Rani buru-buru menutup pintu lagi dan mengejar pemuda itu. Jaket kulit terhempas ke sembarang arah, Fatih melepas sepatunya dan membuka lemari pakaian. Ia mencari kaus ganti."Fatih, kamu dari mana saja?" Rani mengikuti setiap gerakan pemuda itu. Fatih sama sekali tak mengindahkan, ia membuka kaus yang sejak siang melapisi tubuhnya. Melihat pemandangan putih mulus dengan lekukan otot pria itu, seketika Rani berhenti bicara. Gadis itu langsung membalik badan. Memejamkan matanya sesaat. Seolah hanya sendirian tanpa ada orang di d
Read more
Bab 23
Fatih dengan kesal mengintip dari balik pintu. Seorang pria dengan kumis melintang tipis tengah membukakan pintu mobilnya dan keluarlah seorang wanita cantik berbalut gamis hitam. Di tangannya terdapat setumpuk buku dan tas yang biasa dipakai ke mana-mana."Makasih, ya, Mas Arfan? Sudah diantar sampai rumah." Senyum manis tersaji untuk pria itu."Sama-sama. Kamu segera istirahat aja, lagian besok juga libur. Enggak usah terlalu ngebut juga, tugas kita, kan, dibagi dua. Nanti bilang aku kalau ada yang tidak bisa atau tidak kamu mengerti," jelas Arfan dengan sangat lembut. Sosok yang sangat dewasa dan selalu menjaga tutur kata serta ucapan, Arfan banyak ditaksir oleh karyawati kantor. Menjadi idola dan sangat disegani."Tinggal sedikit lagi, Mas. Lagian baru jam delapan." Rani mengangkat tangannya melilit benda melingkar dengan jarum berdetak."Oke, aku pulang dulu, ya?! Assalamualaikum?" "Wa'alaykumsalam. Hati-hati, Mas!" Arfan melambaikan tangan. Rani menatap mobil yang terus berja
Read more
Bab 24
Setelah beberapa saat, pemuda dengan tubuh polos itu tersadar. Kepalanya berdenyut nyeri dan seperti berputar-putar. Terasa berat dan seperti habis menabrak sesuatu. Fatih mendesis, menekan rasa sakit.Setelah berhasil menyandar dipan ranjang, ia memperjelas pandangan yang semula kabur. Pencahayaan yang terang membuatnya menyipitkan mata. Mulai dari jemari yang kaku, merambat hingga lengan, Fatih menyadari sesuatu.Bola mata yang awalnya redup, kini melotot seperti hendak menggelinding. Dibukanya bagian selimut yang menutupi separuh dirinya. Fatih terlonjak. Ia panik dan segera mencari pakaian. Namun, sama sekali tak ada jejak di mana pakaiannya. Fatih mulai menarik selimut dan membungkus tubuhnya. Ia melangkah ke arah lemari tetapi seseorang terdengar membuka pintu.Keduanya sama-sama kaget. Rani membalik badannya segera. Ia menutup matanya."Awas saja kalau menoleh. Aku tidak akan memaafkanmu!" Suara Fatih menggema seisi ruangan."Lagian siapa suruh pulang-pulang dalam keadaan mabu
Read more
Bab 25
"Mas, hari ini Om Bram tidak masuk. Jadi kita gantikan meeting nanti. Beliau sudah bilang tadi di rumah." Rani mengetik sesuatu pada komputer saat Arfan datang seperti biasa. Ia membawakan sebuah kotak makan berisi buah-buahan.Di ruangan berkaca itu, mereka duduk berhadapan. Sementara tatapan Arfan tidak mendapat balasan, dia tidak mempermasalahkan. Baginya, sesuatu yang disenangi oleh Rani adalah bagian dari tujuannya."Oke. Aku enggak banyak kerjaan sekarang sampai waktu meeting nanti datang. Kamu, perlu bantuan?" tawarnya masih dengan wajah memindai lekat."Aku masih menyalin berkas buat pengajuan kerja sama yang disuruh Om Bram, Mas. Mungkin sebentar lagi. Maaf, ya, kamu jadi dicuekin. Habisnya, harus selesai sekarang, nih. Sebelum kita tambah sibuk nanti." Kalimat terkait membuat Arfan berdiri dan melihat apa saja yang tengah dikerjakan Rani. Arfan memberitahu cara yang lebih cepat. Terlihat mereka begitu serius. "Ran!" Sebuah panggilan yang membuat kaget keduanya. Rani mendo
Read more
Bab 26
Selepas mengantar Alin ke rumahnya, Fatih kembali pulang. Dia membuka pintu hingga menaiki anak tangga memastikan ada orang di kamarnya. Namun, sejauh mata memandang dia tak mendapati siapa pun di sana. Kasur tertata rapi dan semua ruang telah ditelusuri. "Bik, lihat Non Rani?" tanya Fatih ketika ia sampai di dapur."Oh, Non Rani pergi tadi, Mas. Sudah izin Tuan Bram. Tapi, saya tidak tahu ke mana Non Rani pergi. Tidak dengan sopir tapi mobil jemputan." Wanita paruh baya itu menjawab sopan."Apa, mobil jemputan? Siapa yang menjemput Rani?" Fatih membalik badan dengan tangan berkacak pinggang. "Maaf, Mas, saya juga tidak tau." Wanita yang sudah bertahun-tahun bekerja pada keluarga Fatih itu melanjutkan lagi pekerjaannya.Fatih kembali ke kamar. Ia mengeluarkan ponselnya dan menekan kontak Rani. Lama tidak diangkat, telah itu terdengar ponsel tidak aktif. Pikiran Fatih tertuju langsung pada seorang lelaki yang akrab dengan Rani."Kalau benar kau sama dia, Ran, awas saja nanti kalau su
Read more
Bab 27
"Tugasmu belum kelar, aku masih punya kejutan untuk Fatih. Nanti kutelpon lagi. Sejumlah nominal juga sudah terkirim. Kau bisa cek sendiri." Seorang wanita berperawakan tinggi kurus dan rambut pendek bergelombang tengah mengulas seringai puas. Panggilan dia akhiri dan kembali pada singgasananya.Dalam layar segi empat ia menatap dan jemari menari di atas papan ketik, wanita tadi menerima file yang ia butuhkan untuk menguasai perusahaan. Hanya butuh satu langkah lagi. Yaitu tanda tangan Fatih dan Papanya. Pintu terdengar berderit dan seorang gagah muncul melukis senyuman. Buru-buru wanita itu menyembunyikan berkas tadi. "Bagaimana rencana kita, Din?" Pria itu memutar kursi di depan meja lalu duduk menghadap sang istri."Beres. Tinggal dua laki-laki yang masih saling bersitegang. Aku akan urus nanti. Kamu tinggal jalankan misi selanjutnya. " Wanita itu terus memasang wajah datar. Salah satu sifat yang tidak disukai oleh Leo."Aku kangen sama kamu. Bagaimana kalau nanti malam kita ngin
Read more
Bab 28
Teringat dengan janjinya, Rani mengubah rasa takut menjadi tantangan. Ia terus menajamkan tatapannya membalas Fatih yang semakin memangkas jarak. "Aku tidak takut denganmu. Lagipula, kau suamiku sendiri." Rani tetap di tempat."Dasar," pekik Fatih. Dia mundur dan mengurungkan niatnya. "Di mana harga dirimu? Apakah sebelumnya kau pernah menjajakan tubuhmu pada laki-laki di luar sana? Aku heran, kau begitu berambisi mendekatiku." "Terserah apa kata kamu. Yang jelas, aku adalah istrimu. Tidak akan membiarkanmu dekat-drkatt dengan wanita mana pun. Kalau kau tidak mau Om Bram tau apa yang kau lakukan di kantor tadi, maka jauhi dia." Rani membungkam Fatih dengan ucapannya.Rani dengan jalan sedikit pincang mengarah ke kamar mandi. Kali ini, Fatih yang kesal atas sikap berani Rani. Seisi ruang kepalanya mulai menerka-nerka. Rencana apa yang akan dilakukan oleh gadis itu padanya. Malam mulai menyapa dengan indahnya jelita di atas langit. Memancarkan cahaya bagai kedipan mata bidadari. Fati
Read more
Bab 29
Penerbangan menuju Bangkok berlangsung lancar. Dua sejoli yang masih saling sikut itu terlihat kaku dan beberapakali memalingkan wajah. Seorang pramugara yang tersenyum pada Rani dan mendapat balasan serupa membuat Fatih mengeluarkan ultimatum."Di mana-mana selalu menggoda lelaki." Pemuda itu menggeleng kepalanya. "Biarin dan terserah!" Rani tersenyum miring. "Lagian kamu juga sebagai suami selalu mengacuhkan aku. Katamu pernikahan ini tidak akan lama, ya, sudah, jangan urus aku!" Fatih mendelik. Ia mencebik menarik bibir atasnya karena geram.Pesawat mendarat dengan sempurna, mereka jalan menuju lobi keluar dan menggeret koper masing-masing. Fatih sengaja berjalan lebih dulu dan menunggu taksi. Setelah mobil berhenti di hadapan mereka, semua barang masuk bagasi. Rani mengambil posisi duduk di sebelah Fatih dan terus mengulum senyuman. Dalam perjalanan menuju hotel, Rani mengeluarkan ponselnya. Ia membalas pesan untuk Arfan yang menanyakan kabarnya. Pria di seberang sana bilang,
Read more
Bab 30
Lalu lalang pengguna jalan melewati mereka dan bunyian klakson kendaraan terdengar nyaring. Fatih dan Rani berjalan menyusuri trotoar dan melihat keadaan sekitar kota itu. Penjual manik-manik cindera mata menyita perhatian, Rani membelok tanpa sepengetahuan Fatih karena pria itu berjalan lebih dulu.Rani menyentuh kerajinan dari berbagai batu mutiara dan batu-batu alam yang dibentuk dengan sedemikian indah. Ia tak tahu jika Fatih yang kebingungan mencarinya di jarak yang lumayan jauh.Pemuda itu kembali memutar jalan dan memperhatikan kanan kiri yang berjejer toko-toko. Saat Rani mengangkat sebuah liontin dan saat itu juga Fatih melihatnya dari balik kaca pameran di toko tersebut."CK, menyusahkan saja." Fatih segera masuk dan mencekal tangan Rani, mengajaknya keluar."Tunggu, Fatih!" Rani meletakkan lagi benda tadi. "Sebelum kita pulang, aku ingin beli sesuatu. Buat kenang-kenangan." Gadis itu meringis dengan dua jari terangkat.Fatih menghela napas. "Dasar bocah!" Akhirnya, demi me
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status