Semua Bab Aku Tidak Mencuri Uangmu, Bu: Bab 21 - Bab 30
36 Bab
Ngidam
Pov Jingga.Setelah mengetahui kabar kehamilanku, Tuan Dafa benar-benar berubah. Lelaki itu menjadi lebih posesif, ia juga tidak membiarkanku pergi kemanapun sendiri kecuali jika hari kuliah. Sifat Tuan Dafa tidak membuatku risih, aku malah sangat menyukai dirinya yang begitu perhatian padaku. Contohnya sekarang, ia rela pulang awal karna aku tidak ingin makan."Sayang!" Aku terperanjat saat sebuah tangan memeluk perutku. Senyumku mengembang melihat wajah tuan Dafa di balik kaca. "Kenapa gak mau makan?" tanyanya. "Saya gendung banget yah, Tuan?"Aku mengelus perutku, melihat ke kaca bahwa sekarang postur tubuhku sudah naik drastis. Terlihat Tuan Dafa menggelengkan kepalanya, ia lalu memutar tubuhku agar berhadapan dengannya. "Hm, kamu kaya gini lebih menggoda," jawabnya membuat pipiku bersemu merah. Tuan Dafa berjongkok, lalu mengelus perutku yang sudah buncit. "Mamah harus makan yah! Kasian nanti anak Papah laper.""Tapi, pengen makan masakan Papah," ucapku dengan menirukan suar
Baca selengkapnya
Mencari bukti
"Jingga." "Ii--iya, Tuan." Aku yang sedang melihat ponsel Tuan Dafa terperanjat saat tiba-tiba lelaki itu sudah masuk ke kamar. "Maaf sudah lancang melihat ponsel anda Tuan," ucapku sembari menyodorkan benda pipih itu. "Tidak papa," jawabnya. "Ceritakan harimu tadi di kampus. Kenapa kamu bisa pingsan?" Tuan Dafa menatap ke arahku. "Hanya kecapen mungkin Tuan." Tuan Dafa tampak mangut-mangut, ia lalu menarik kepalaku ke pundaknya. Sesekali mencium pucuk kepalaku. Beginilah runtitas kami setiap malam, lelaki yang begitu kejam dulu sekarang sangat manis. Ia selalu bertanya tentang keadaanku setiap hari."Tuan.""Hm?" "Apakah kantor Tuan bermasalah karna kasus waktu itu?" "Kamu sudah melihat chat dari Rian?" tanyanya, membuatku menganggukan kepala. "Jingga, tidak usah di pikirkan. Hanya beberapa perusahaan yang menolak kerja sama dengan perusahaan kita, tidak akan membuat kita bangkrut," jawab Tuan Dafa, aku menatap wajah lelaki itu, ekspresinya begitu tenang. "Tapi Tuan, nama an
Baca selengkapnya
Dijebak
"Tuan, kenapa anda tidak menolong Tania? Padahal Papah sudah menyuruh anda untuk membantunya?" "Untuk apa saya menolongnya?" Lelaki itu malah balik bertanya. Aku menatap wajahnya, tenang. Seolah-olah masalah tadi tidak ada apa-apanya baginya. Aku menghela nafas pelan, sekarang harus terbiasa melihatnya seperti ini. Suamiku berbeda dengan lelaki lain, ia terkesan cuek tapi begitu peduli padaku. "Jingga.""Iya, Tuan?" Lelaki yang kepalanya sedang tiduran di pangkuanku itu mendongak menatapku. "Jangan panggil saya Tuan. Saya ingin percakapan kita tidak formal, biasa saja seperti pasangan lain!" "Terus mau panggilan apa?" Aku mengerutkan kening, tumben. "Ganti jadi Mas atau apa, dan harus panggil dengan sebutan aku kamu." Aku terkekeh mendengarnya. "Iya, Mas. Aku ngerti," jawabku. Tuan Dafa, eh maksudku Mas Dafa tampak tersenyum. Ia lalu mencium perutku."Oh, iya. Saya ingat tentang teman lelakimu itu. Doni, ternyata dia ...."Drrrt! Ucapan Mas Dafa terhenti saat mendengar pons
Baca selengkapnya
Hancur
Sudah setengah jam aku berjalan, entah kemana aku harus pulang. Pergi ke rumah itu tidak mungkin, karna jelas-jelas Tuan Dafa sangat marah sampai mengusirku. Ingin ke rumah Ibu juga cukup jauh. Sedangkan aku tidak punya sepeserpun uang untuk ongkos. Aku merutuki diri sendiri, kenapa harus percaya pada mereka. Mereka yang kuanggap sahabat tega menyakitiku. Rifa, satu bulan kemarin kami tidak saling sapa, ternyata dalam waktu singkat dia berubah menjadi orang paling kejam yang pernah ku kenal. Untuk menyesalpun rasanya percuma, sekarang aku hanya mengkhawatirkan anak yang sebentar lagi akan lahir. Dia yang dulu begitu ditunggu oleh Mas Dafa, apakah karena hal ini Mas Dafa langsung tidak mau mengakuinya.Aku terkekeh, Mas Dafa selalu bilang bahwa fitnah itu kejam. Semua orang memfitnahnya tanpa mencari tahu sesuatu, dan bagaimana dengan dirinya? Dia pun sama! Dia sama seperti keluarganya."AAA KENAPA!" Aku berteriak di sisi jembatan. "Kenapa aku harus mengalami ini semua, kenapa?"Sak
Baca selengkapnya
Menikah lagi
Aku terbangun lalu menatap ke sekeliling, bukannya semalam aku bersama Mas Dafa. Kenapa sekarang berada di kamar ini lagi. "Jingga sudah bangun?" Aku menoleh ke arah Hans yang sedang tersenyum di balik pintu, ia lalu mendekat ke arahku. "Minum dulu susunya," ujarnya lalu menyodorkan segelas susu padaku. "Hans, siapa yang mengantarku ke kamar ini. Bukannya semalam aku di kamar Mas Dafa?" Hans terdiam sejenak, lalu menjawab, "Maaf jika saya lancang, Jingga. Saya membopong tubuhmu dan membawamu lagi ke kamar ini, semalam saat saya ingin melihat Kak Dafa. Saya juga melihat kamu tidur di sisinya, karna takut Kak Dafa bangun dan menyelakai kamu makanya saya buru-buru membawa kamu yang sedang tidur." Aku menghela nafas Kecewa mendengar jawabannya, semalam aku merasa jika Mas Dafa yang membawa tubuhku. Ternyata itu hanya mimpi. "Jam berapa sekarang, Hans?" Hans melirik ke arah alrozinya. "Jam delapan," jawabnya membuat mataku terbelalak. Aku langsung bangkit, tapi Hans malah menahanku
Baca selengkapnya
Curiga
Seharian ini aku hanya berdiam diri di dalam kamar, tubuhku terasa begitu lemah. Namun, aku tidak peduli. Entah mengapa, semangat hidupku benar-benar hilang.Mas Dafa sepertinya sudah tidak peduli padaku. Dia terlihat biasa-biasa saja saat Hans dengan jelas mengungkapkan keinginannya untuk menikahiku.Aku merasa bahwa selama ini Mas Dafa tidak benar-benar mencintaiku. Dia hanya memanfaatkanku."Argh!" Aku melempar tisu ke sembarang arah, mataku membulat ketika aku melihat Mas Dafa sudah berdiri di sisi pintu, dan tisu itu malah melayang ke wajahnya."Mm--mas Dafa."Mas Dafa hanya memutar bola matanya, ia lalu menghampiriku dan memberikan beberapa roti serta susu padaku. "Makanlah," ujarnya membuatku tertegun. Apakah Mas Dafa masih peduli padaku."Mm--mas, kamu ....""Jangan kegeeran, biar bagaimanapun kamu masih istri saya. Saya tidak mau ada berita bahwa istri seorang Dafa meninggal dunia karna kelaparan. Hm, bukankah itu akan kembali membuat publik merasa kalo saya masih seperti ke
Baca selengkapnya
Sebuah rencana
"Pak, antar saya ke hotel melati sekarang!" ujar Jingga sembari menatap ke sekeliling, wanita itu takut jika Hans melihatnya. "Mau ke mana, Non? Sekarang sudah jam 1 malam!" "Pak, ayo cepat. Saya mohon!" Meskipun supir tersebut terlihat keberatan, ia tetap menganggukan kepalanya. Sang supir pun lalu membawanya ke sebuah hotel sesuai permintaan Jingga.Jingga terus menatap ke depan, sebenarnya hatinya terasa gelisah. Ia dengan berani pergi menghampiri Dafa dan Clara, di sana dirinya sudah merencanakan akan melabrak wanita itu. Jingga membayangkan, setelah Clara membukakan pintu, ia akan langsung memberinya pelajaran.Jingga tersenyum miris, ia menatap sebuah kotak yang berisi bubuk cabe. Ia berniat akan menggunakan itu untuk menaburkannya pada tubuh Clara. ***Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah hotel bernama Hotel Melati. Dengan jantung yang berdetak kencang, Jingga keluar dari mobil dan mengucapkan terima kasih kepada supir sebelum menyuruhnya untuk segera pulang.Jingga meng
Baca selengkapnya
Semuanya datang
Jingga duduk lemas di tepi trotoar, kaki terasa berat untuk melangkah. Ia tidak lagi memiliki rasa percaya kepada siapapun, hatinya begitu sakit karena semua orang yang pernah ia percayai telah menghianatinya."Bodoh, bodoh, bodoh. Kamu sangat bodoh Jingga, sangat bodoh. Kenapa kamu harus percaya sama mereka!" Jingga terisak, ia memukul kepalanya berkali-kali. "Dari semua hal yang paling menyakitkan, inilah yang paling sakit. Saat penghianatan itu datang dari orang yang kita percaya," gumama Jingga.Wanita itu terkekeh pelan. Ia terlihat benar-benar lelah karena setiap kali dirinya mencoba bangkit, dunia sepertinya selalu membuatnya kembali terjatuh. Jingga mengusap air matanya saat ponselnya berdering, wanita itu terdiam sejenak sebelum mengangkat panggilan telepon dari Papah mertuanya. "Hallo, menantu Papah. Apa kabar?" tanya Tuan William di sebrang sana. Jingga berdehem sejenak. "Alhamdulillah baik Pah ... Papah apa kabar?" "Kabar Papah baik Jingga, kamu lagi apa? Kok kaya di
Baca selengkapnya
Pelaku sebenarnya
"Ke--kenapa ada polisi?" tanya Clara dengan suara yang terdengar gugup. Semua tamu yang hadir pun menjadi gaduh, karena ternyata ada beberapa polisi yang berada di belakang Jingga."Acaranya akan kita mulai sayang," bisik Dafa di telinga Clara membuat wanita itu langsung menatap heran ke arah Dafa. Dafa mendekati Jingga, ia menatap lekat wanita yang hanya diam itu. Seketika Jingga terlonjak saat Dafa menarik tangan Jingga dan membawanya ke tengah."Mas apa ini, bukannya kamu akan meresmikan acara kita?" tanya Clara. Sekarang wanita itu terlihat sangat bingung, terlebih banyak kusuk-kusuk omongan orang. "Maaf Clara, itu tidak akan terjadi karna saya sudah menemukan semua bukti tentang kalian!" "Bukti? Bukti apa Mas?" Dafa tersenyum sinis, lelaki itu lalu menyuruh orang untuk menyalakan proyektor."Ada apa ini? Apa maksud ini semua Mas?" "Lihat saja!"Tatapan semua orang mengarah pada layar putih di depan, mata mereka tercengang melihat sebuah video terpampang di sana."Sekarang, D
Baca selengkapnya
Rencana Hans dan Dafa
"Mas Satria, jangan tinggalin aku Mas."Tania terus menangis histeris, wanita itu hendak berlari menghampiri tubuh Satria namun di hadang beberapa orang. "Lepasin, tolong lepasin. Mas Satria!" "Tania, Satria sudah meninggal!""Ngga! Mas Satria gak akan ninggalin aku, gak mungkin," jerit Tania. "Tenanglah, Tania. Tenang," lirih Tuan William. Ia ikut menangis saat Satria dan Angel di nyatakan meninggal.Jingga menatap Dafa yang hanya diam, matanya terus mengarah pada Jenazah mereka yang sedang di urus. Jingga melihat Dafa yang hanya diam, matanya terpaku pada jenazah mereka yang sedang diurus. Air matanya mengalir deras di pipi, ia berusaha meredakan kepedihan yang mendalam di hatinya. Pemandangan tubuh mereka yang seperti itu terlalu berat baginya. Bagaimana mungkin mereka nekat melompat dari ketinggian 5 lantai? Tubuh mereka hancur dan jiwa mereka telah meninggalkan tubuh, namun tangan mereka masih saling berpegangan erat."Argh." "Tania, kamu kenapa?"Jingga langsung menoleh k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status