Semua Bab Salah Pilih Istri: Bab 31 - Bab 40
116 Bab
Bab 31
Tidak ada bantahan ataupun suara dari Hendra, membuat kening Bu Tari berkerut dalam. Beliau tidak tahu anaknya itu membela atau malah menyalahkan dirinya. Andai saja semua ini bukan permintaan Hendra, mungkin Bu Tari sudah pulang ke rumah. Membiarkan suaminya sendiri, tetapi dengan menantu sendiri tidak di hargai.Derap langkah dari lantai atas terdengar semakin dekat menuju tangga. Bu Tari yang sedari tadi mencuri dengar segera pergi menuju dapur. Takut jika itu Laila.Di ujung tangga Hendra tersenyum mendapati ibunya tengah mencuci piring. Ruang tengah dan dapur saling terhubung sehingga dari ujung tangga pun bisa langsung melihat aktivitas di dapur."Sini, biar Hendra aja yang cuci. Ibuk istirahat aja." Hendra ingin mengambil alih spons di tangan Bu Tari.Namun, Bu Tari segera menepisnya."Udah, nggak apa, Le. Kamu aja yang istirahat. Baru pulang kerja pasti capek kan." Wanita setengah baya itu terus melanjutkan mencuci piring tidak dibiarkannya Hendra memegang piring kotor yang
Baca selengkapnya
Bab 32
"Nggak, kalian nggak salah apa-apa. Cuma Ibuk kasian sama Bapak sendirian di rumah, apalagi orderan baju juga banyak, Ibuk mau bantu-bantu Bapak. Ibuk lihat Laila udah lebih baik, cuma pagi aja muntahnya. Nggak apa kan Ibuk pulang?"Panjang lebar Bu Tari menjelaskan agar tidak ada salah paham nantinya. Namun, nampak wajah Hendra belum rela."Rumah kita dekat, Ibuk bisa nanti sering ke sini atau Laila yang datang ke rumah," lanjut Bu Tari menyakinkan."Padahal aku senang Ibuk di sini," ucap Laila seolah melupakan segala tingkahnya jika Hendra tidak di rumah.Namun, Bu Tari hanya membalas dengan anggukan.Tidak terasa waktu zuhur sudah tiba, kini Bu Tari bersiap untuk pulang. Setelah pembicaraan tadi Hendra-lah yang akan mengantar sekalian pergi ke bengkel."Jaga kesehatan ya, Nduk. Banyak makan buah biar mualnya hilang." Pesan Bu Tari sebelum pergi."Iya, Buk," ucap Laila dengan malas."Kalau butuh apa-apa kabari Mas ya, Sayang." Laila mengangguk. Kemudian Hendra melajukan motor denga
Baca selengkapnya
Bab 33
Menangis, hanya itu yang bisa Laila lakukan. Berulang kali menghubungi Doni, tetapi tidak mendapat jawaban. Dilihat sekeliling semua berantakan. Dia menghapus air mata dengan kasar dan menyusut ingus menggunakan ujung kerudung, lalu dia bangkit mengambil sapu. Sebelum Hendra pulang semuanya harus tertata seperti semula, Laila tidak ingin semua terbongkar. Dibereskan dengan sisah tenaga yang dia punya. Kemarahan Doni tadi membuat Laila lemas serta pusing.Selesai membersikan dapur dia masuk ke kamar. Kemudian menghubungi Doni kembali. Sekali, dua kali yang terdengar hanya operator, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Begitu suara operator nyaring membuat Laila geram. Namun, ingin marah pada siapa? Laila tidak tahu."Kamu salah paham, By. Kenapa jadi begini?" Laila bergumam sembari membenamkan wajah di atas bantal, lalu diangkatnya kembali. [By, ada yang mau aku bicarakan. Aku punya rencana untuk anak dalam kandunganku. Kalau kamu udah nggak marah bisa hubungi aku.]Tidak ada pil
Baca selengkapnya
Bab 33
"Jadi begini. Hm .... Aku mau minta warisan untuk anak ini dan semoga aja nanti pas lahir laki-laki. Keluarga mertuaku belum punya cucu laki-laki. Dan, kamu bisa bangun dunia game yang kamu impikan," ujar Laila penuh ambisi.Ya, sejak keluar dari rumah sakit, Laila sudah memikirkan rencana itu. Melihat mertuanya memiliki kebun yang lumayan banyak. Seketika niat itu muncul begitu saja. "Memangnya di kasih?" Doni belum yakin."Kamu kan tau mertuaku gimana. Orang tuamu 'kan berteman sama mereka, taulah gimana sifatnya. Aku yakin apapun yang aku minta pasti di kasih. Lihat motor itu." Laila menunjuk motor berwarna merah yang terparkir di pelataran kafe. "Itu di kasih pas baru aja nikah. Langsung atas namaku.""Tapi-"Pelayan datang membawakan pesanan Laila, setelah itu barulah Doni melanjutkan ucapannya."Tapi, aku belum bisa percaya.""By, percaya sama aku. Cinta ini cuma untuk kamu." Laila meraih tangan Doni dan di genggam erat.Saat ini tugas Laila hanya satu menyakinkan Doni agar tet
Baca selengkapnya
Bab 35
Hendra sedang melakukan pengecekan sepeda motor harus menghentikan kegiatannya. Ponsel di saku bergetar terus menerus, membuat dia tidak bisa fokus."Ka, tolong cek yang ini, katanya nanti di jemput yang punya."Hendra menunjuk sepeda motor yang sudah hampir selesai di perbaiki. Saka sedang memeriksa onderdil bengkel pun lekas beranjak."Mau ke mana?" tanyanya, melihat Hendra membersihkan tangan."Istirahat dulu. Mau telepon Ayang," goda Hendra, dinaikkan satu alisnya, lalu tersenyum mengejek.Merasa di ejek, Saka membuang muka seraya mencibikkan bibir. Hendra tertawa puas melihat sahabat jomblonya itu terlihat tidak suka. Kemudian dia berjalan menuju ruang istirahat atau bisa di katakan kantornya bengkel yang Hendra miliki saat ini.Dia duduk, lalu membuka aplikasi hujau bergambar telepon.[Ndra, Laila di mana sekarang?[Mbak tadi ketemu sama Laila.][Tadi Mbak lihat dia sama temannya. Hm, Mbak baru ingat temennya itu laki-laki yang pernah ke rumah kamu pas acara syukuran. Laila uda
Baca selengkapnya
Bab 36
Seminggu berlalu, sejak Hendra curiga, sejak saat itu pula Laila mengurangi pertemuannya dengan sang kekasih. Takut jika orang terdekat Hendra memergoki dirinya. Hanya sesekali jika keadaan memungkinkan, barulah Laila bertemu atau Doni yang menyambangi rumah.Seperti saat ini Laila bingung harus bersikap bagaimana, sebab dia telah berjanji akan menghabiskan waktu bersama Doni, tetapi tiba-tiba saja Hendra mengajak pergi."Mau ke mana sih? Kan janjinya dia pergi seminggu ke luar kota, kita bersenang-senang di rumah," gerutu Doni di seberang sana."Aku nggak tau, By. Dia malah ngajak aku pergi, Jadi gimana dong?" "Alasan gitu biar nggak usah ikut pergi. Udah tiga hari loh kita nggak ketemu."Wanita itu memutar otak agar bisa membatalkan kepergiannya. Namun, otaknya tidak menemukan alasan yang pas. Selain itu juga Laila sebenarnya penasaran mau di ajak ke mana, sebab Hendra tidak mengatakan apa pun."Sayang .... Udah siap belum?" tanya Hendra sembari membuka pintu kamar utama.Laila ber
Baca selengkapnya
Bab 37
Bulan terus berganti, usia kehamilan Laila memasuk 16 minggu dan perselingkuhan itu pun masih terus terjalin hingga saat ini. Begitu apik Laila menutupi segalanya sampai Hendra atau pun yang lain tidak menyadari. Dan, sudah berpa puluh juta Laila habiskan untuk selingkuhannya. Pagi ini Laila tengah bersantai di sofa kecil dalam kamar. Jari jemarinya sibuk dengan ponsel, tidak lain, tidak bukan hanya untuk mentranfer uang pada Doni yang di dapat dari suaminya malam tadi, sebagai jatah bulanan biasa Hendra berikan."Tante, temenin main, yuk." Tiba-tiba anak Santi datang sembari menarik tangan Laila. Wanita itu terkejut, tanpa sengaja benda pipih yang di pegang terjatuh."Kamu itu bisa hati-hati nggak sih!" hardik Laila seraya berdiri dengan mata melotot, seperti akan keluar dari tempatnya.Anak kecil yang belum mengerti apa-apa itu tidak berani mengangkat kepala. Air mata telah menggenang di pelupuk mata. Clara hanya ingin bermain karen tidak ada yang menemani. Di dapur, semua orang sib
Baca selengkapnya
Bab 38
"Apa maksudmu Mas! Anak ini, anak kamu!" pekik Laila tidak terima dengan pertanyaan yang Hendra lontarkan.Suara Laila kuat sekali. Hendra memutar tubuhnya dan menutup pintu, tidak lupa mengunci."Siapa By? Selingkuhan kamu? Terus anak itu anak dia?" cecer Hendra dengan suara tertahan. Lelaki itu tidak ingin ada yang mendengar pertengkaran mereka. Padahal emosinya telah sampai di ubun-ubun.Mulut Laila mengangah serta jantung yang bergemuruh hebat, seperti genderang perang. Takut dan cemas menjadi satu. Semua yang disembunyikan sebentar lagi akan terbongkar karena kecerobohannya sendiri atau ini jalan dari Yang Kuasa agar Hendra mengetahui semua perbuatan Laila."Ini nggak seperti yang kamu-" Wanita itu mencoba berkilah, tetapi belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, Hendra lebih dulu mengangkat tangan, sebagai tanda agar Laila berhenti berbicara."Buka kunci ponselmu." Hendra menyodorkan gawai. Dengan tangan gemetar Laila menerima. Rasanya tungkai kaki lemas, tidak mampu menopang
Baca selengkapnya
Bab 39
Pov Hendra"Aku sayang banget sama kamu, By.""By, kita jalan, yuk. Aku baru dapet uang nih.""Kamu yang terbaik, By."Chat mesrah Laila dan selingkuhannya berputar layaknya kaset rusak yang menyakiti pendengar. Aku menutup telinga dan mata agar tidak terus terbayang. Potongan chat itu seperti puzzel yang siap menyatu untuk meremukkan hati.Kugenggam ponsel Laila dengan erat. Tiba-tiba saja emosi dalam diri ini memuncah. Ya, aku tidak mengizinkan Laila menggunakan ponselnya lagi. Dan, selama ponsel itu berada di tanganku, banyak pesan masuk dari lelaki bernama By itu, mencari keberadaan wanitanya yang tak kunjung membalas pesan. Sebab, pesan darinya hanya kubaca. Tidak sampai di situ, mungkin karena kesal umpatan kasar dia kirimkan. Aku tertawa sumbang, bisa-bisanya Laila mencintai lelaki berakhlak buruk. Aku tidak pernah menyangka istri yang kusayangi tega berselingkuh. Meski menikah karena perjodohan, aku bersungguh-sungguh membina rumah tangga bersamanya. Mencintai sepenuh hati,
Baca selengkapnya
Bab 40
"Kita batalkan aja, ya pertemuan ini. Aku janji-""Cukup, La. Aku nggak ingin mendengar penolakan."Motor matic yang Hendra kendarai berhenti tepat di depan kafe, tempat biasa Laila bersama teman-temannya dan Doni berkumpul.Sekujur tubuh Laila mendadak seperti orang meriang saat pertama kali turun dari motor. Panas, dingin tidak menentu. Dia mengusap kening yang basah oleh keringat. Sungguh Laila benci keadaan ini. Tidak pernah menduga aksinya akan ketahuan secepat ini. Namun, kini hanya tinggal penyesalan yang ada. Semua sudah terlanjur, ibarat nasi sudah menjadi bubur. Dia terus mengikuti Hendra yang lebih dulu berjalan menuju kafe.Saat pintu dibuka hawa dingin dari dalam kafe menerpa wajah keduanya, tetapi tidak membuat emosi dalam diri Hendra mereda, justru lebih bergejolak. "Yang mana?" tanya Hendra sembari mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan.Sebelum menunjukkan di mana keberadaan Doni, Laila dibuat tidak percaya, melihat teman-temannya juga ikut berkumpul. Dia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status