All Chapters of Salah Pilih Istri: Chapter 11 - Chapter 20
116 Chapters
Bab 11
Pagi ini seperti biasa selesai memasak Bu Tari memanggil semua orang untuk menyantap sarapan.Hendra dan Laila turun, dengan sigap Laila membantu Bu Tari yang menyusun lauk dan piring. Kemudian dengan cekatan menyendokkan nasi ke piring suaminya.Itu semua tidak luput dari pandangan Pak Tono dan Bu Tari. Keduanya saling lirik dan tersenyum tipis."Lihat Pak, Hendra berhasil didik istrinya," bisik Bu Tari dan diangguki oleh Pak Tono."Ayo, La. Kamu makan juga, jangan terlalu sibuk ngurus Hendra," ujar Bu Tari sembari menyendokkan nasi. Namun, belum sempat mendarat di piring, Laila lebih dulu menolak."Maaf, Buk. Aku belum bisa makan nasi." Kemudian Laila mengambil appel yang tersedia. Ya, dia memutuskan makan buah saja dari pada makan nasi yang konon katanya bisa membuat tubuh langsingnya berubah."Oh, iya. Ibuk lupa, kamu belum terbiasa makan nasi kalau pagi."Akhirnya disela makan Bu Tari banyak bertanya tentang kehidupan Laila selama ini. Tentu saja Laila sedikit melebih-lebihkan ce
Read more
Bab 12
"Aku nggak kenal, Buk. Ayo kita pergi." Laila menarik paksa tangan Bu Tari."Tapi, kita belum selesai belanja, La." Bu Tari sedikit terhuyung, sebab Laila menariknya terlalu kuat. Namun, wanita yang mengenakan gamis hitam itu tidak perduli dengan keadaan mertuanya.Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah pergi menjauh dari mantan kekasihnya itu. Jika berlama-lama ditakutkan Bu Tari akan tahu siapa lelaki tadi.Ya, lelaki yang menyapa Laila adalah Doni. Dari kejauhan dia melihat Laila sendiri, itu sebabnya Dia menghampiri karena rindu yang menggebu."La, pelan-pelan. Kaki Ibuk sakit," ujar Bu Tari dengan napas terengah.Sontak saja Laila langsung melepas genggaman tangannya. Terlihat kulit putih Bu Tari memerah, lalu wanita itu mengusap kulitnya yang terasa sakit.Melihat itu Laila mengucapkan maaf dan meminta pada mertuanya untuk segera pulang dengan alasan tubuhnya lelah dan Bu Tari mengiyakan, wanita itu pun merasakan hal yang sama. "Kayaknya Ibuk pernah jumpa laki-laki tadi, tapi
Read more
Bab 13
Hendra melakukan perjalanan bersama sahabat karibnya. Lelaki itu menyandarkan tubuh di sandaran kursi sembari menutup kedua matanya."Kenapa Bro? Kusut amat tuh muka?" tanya Saka memecah keheningan di antara mereka. Di nada bicaranya terselip kekhawatiran sebab tidak biasa sahabatnya itu tidak banyak bicara.Perlahan mata Hendra terbuka dan tersenyum melihat Saka."Nggak ada, pengen istirahat aja." Hendra masih belum jujur apa yang membuatnya terlihat berbeda. Lagi, lelaki itu memejamkan mata.Saka menghela napas dalam."Ayolah jujur, ada apa? Nggak usah sungkan, Ndra. Kita berteman bukan sehari dua hari, udah belasan tahun."Hendra tetap saja tidak ingin memberitahu kegundahan hatinya tentang keuangan. Sejak Laila menjadi istrinya ada saja yang diminta, Hendra pun tidak mampu menolak dan akibatnya keuangan tidak stabil. Dia bukan tidak mau bercerita. Namun, Hendra hanya menjaga perasaan sahabatnya. Jika tahu perangai Laila tentu saja sahabatnya itu akan merasa bersalah karena sedikit
Read more
Bab 14
Tidak terasa pernikahan yang dibangun atas dasar keterpaksaan itu kini memasuki minggu kedua. Hendra dan Laila memutuskan untuk pindah rumah setelah rencana bulan madu untuk kedua kalinya kembali gagal karena Laila tiba-tiba sakit. Hendra pun lebih memilih membatalkannya dari pada menanggung resiko. Lelaki itu mulai menyayangi istrinya terluar bagaimana sikapnya."Rencana nanti malam jadi 'kan, Ndra?" tanya Pak Tono sembari melihat sekeliling. Lelaki tua itu memindai seluruh ruangan sekiranya ada yang kurang."Jadi, Pak. Semoga nanti acaranya lancar."Bu Tari, Pak Tono dan Santi mengaminkan. Saat ini mereka berkumpul di ruang tamu, menanti pihak ketring datang untuk mengantar makanan. Ya, nanti malam Hendra berencana membuat acara syukuran dengan mengundang anak yatim dan teman dekat. Tidak lupa warga sekitar sebagai ucapan perkenalan."Enak banget suasananya. Ibuk jadi betah tinggal di sini," ujar Bu Tari sembari menghirup oksigen dalam-dalam."Yakin Buk Mau tinggal di sini?" tanya
Read more
Bab 15
Laila salah tingkah mendapat pertanyaan dari Hendra. Otaknya berpikir keras mencari alasan. Namun, tidak juga menemukan alasan yang tepat. Dia menggaruk tengkuk yang tertutup jilbab. "Kamu sakit, Sayang?" "Ng-gak, Mas. Cu-ma udaranya sedikit panas aja. Ya, udaranya panas. Gerah," jawab Laila terbata. Untuk menutupi rasa gugup dia mengibaskan tangannya.Alasan yang Laila berikan cukup masuk akal menurut Hendra, lalu berusaha mencari kipas yang tadi sengaja dibawa untuk berjaga-jaga jika Laila merasa gerah, sebab banyaknya tamu membuat pendingin ruangan tidak telalu berfungsi dengan baik. Setelah menemukan kipas, Hendra memberikan pada istrinya. Kemudian lelaki itu kembali fokus mendengarkan tausiah yang tengah membahas menuju rumah tangga sakinah.Dalam tausiah yang disampaikan Ustadz Musa arti dalam rumah tangga sangatlah dalam hingga membuat Hendra termenung, memikirkan mampu tidak dirinya mewujudkan rumah yang benar-benar sakinah.Digenggam jari jemari Laila sembari menatap dalam
Read more
Bab 16
Doni tersenyum."Kami baru ngobrol, Mbak. Sebagai teman lama. Cuma sebentar kok karena tadi nggak sengaja ketemu di sini," jawab Doni setenang mungkin. Tidak ada sedikitpun rasa takut terlihat di wajahnya."Kamu yakin?" Santi belum percaya."Iya, Mbak. Aku tadi ke luar, di dalam panas banget. Eh, taunya ketemu dia di sini. Ya, karena temen lama ya udah, kita ngobrol sebentar." Laila menimpali ucapan Doni.Santi manggut-manggut."Ya udah. Kamu di cariin Hendra tuh, sampai puyeng dia nyari kamu dari tadi. Udah kayak anak ayam kehilangan induk, ribut banget," ujar Santi diiringi kekehan sembari berlalu pergi.Laila memberi kode menggunakan dagunya agar dia lebih dulu masuk. Namun, saat Laila melangkah Doni mencekal tangannya."Aku cemburu kamu terlalu dekat sama dia." Laila memulas senyum, hatinya berbunga-bunga melihat Doni cemburu."Nggak usah khawatir, cintaku hanya untuk kamu." Laila Mengedipkan sebelah mata. "Aku masuk dulu, nanti ada yang curiga lagi."Dengan terpaksa Doni melepa
Read more
Bab 17
Seperti biasa Hendra akan berangkat ke bengkel pukul 08.00. Namun, sebelum itu harus menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga istri tercinta yang kini tengah bergulung dalam selimut.Ya, Hendra selalu melakukan semuanya sendiri, sudah terbiasa tidak terasa canggung, sebab dulu Hendra tinggal di bengkel seorang diri. Memasak adalah hal biasa untuknya. Laila tidak perduli apa yang suaminya lakukan. Yang dia tahu sehabis salat subuh wanita itu kembali tidur atau sekadar bermain ponsel di atas ranjang.Hendra selalu memanjakan Laila sejak tinggal di rumah sendiri. tidak pernah sekalipun meminta istrinya memasak dan membersihkan rumah. "Akhirnya siap juga." Hendra meletakkan tangan di pinggang sembari tersenyum puas melihat hasil masakannya. Nasi goreng seafood menjadi menu andalan.Segera Hendra membuka apron yang melekat pada tubuhnya, lalu duduk menyantap sarapan.Sepi yang lelaki berkulit putih itu rasakan kini. Memiliki istri, tetapi semua dia lakukan sendiri. Keinginannya untuk mem
Read more
Bab 18
Bagai dunia milik berdua itulah yang terjadi pada dua sejoli yang tengah dimabuk asmara. Sehingga hilang sudah rasa malu. Tidak lagi malu mengumbar kemesraan di depan umun layaknya sepasang suami istri. Mereka berjalan mengitari Mall dengan bergandengan tangan, sesekali Laila menyandarkan kepala di bahu kekasihnya. Dan, Doni mencuri kesempatan untuk menggoda atau tangannya sedikit nakal. Padahal Laila berpakaian layaknya wanita baik-baik, gamis longgar menutup tubuh indahnya dan jilbab menambah kecantikan di wajah ayu itu. Beberapa pasang mata memperhatikan, jika saja mereka tahu Doni dan Laila bukanlah pasangan halal, mungkin saja telah dirazam. Perbuatan mereka termasuk berzina, sebab Laila telah memiliki suami, tetapi nyatanya Laila lupa akan dosa dan hukum Tuhan.Sementara kedua sahabat Laila telah pulang lebih dulu setelah membeli banyak barang. Tasya dan Tiara beralasan akan bekerja."Aku tambah sayang sama kamu," ujar Doni usai mendapat teranferan uang. Rayuan-rayuan selih ber
Read more
Bab 19
"Hm, begini, aku .... mau minta uang lagi, yang di ATM udah habis semua."Laila menunduk tidak berani menatap Hendra. Namun, dari sudut matanya bisa dilihat lelaki yang memiliki rahang tegas itu pun santai tanpa ada beban. Tidak ada raut terkejut sama sekali. Hanya saja lelaki itu menghela napas, hembusan napasnya bisa Laila rasakan.Lantas wanita itu tersenyum tipis merasa aman telah menghabiskan uang sepuluh juta untuk satu hari. Namun, senyum itu menyusut karena Hendra belum juga angkat suara, dia bungkam sembari menatap lekat istrinya."Mas ...." panggil Laila, dipegang tangan Hendra."Mas, udah tau kalau kamu habiskan uang di ATM. Untuk apa uang itu?" Tidak mau gegabah mendulukan emosi, Hendra bertanya baik-baik.Kemudian dia kembali menelisik wajah istrinya, mencari jawaban. Semua penarikan yang Laila lakukan langsung masuk ke ponsel Hendra. Tidak heran jika dia sudah mengetahui lebih dulu, tanpa diberi tahu. Sempat ada rasa marah dan ingin langsung pulang meminta penjelasan,
Read more
Bab 20
Laila berteriak histeris mendengar dentuman kaca yang terkena benda padat. Tubuh yang terbuka akibat pertempuran panas bersama sang suami segera ditutupnya dan beringsut di sudut ranjang.Batu sebesar kepalan tangan orang dewasa menggelinding tepat di bawah ranjang. Untung saja tidak mengenai wanita yang kini tengah duduk ketakutan."Mas ...." teriak Laila takut"Mas Hendra!"Hendra segera menyelesaikan mandi dan keluar dengan terburu-buru karena mendengar teriakan sang istri. Lelaki itu belum tahu apa yang terjadi."Ada apa, Sayang?" tanya Hendra panik."Itu, kacanya pecah." Laila menunjuk kaca dengan tangan bergetar.Mata lelaki itu terbelalak. Kemudian diambilnya batu itu, lalu dia berjalan mendekati jendela, maksud hati ingin mencari tahu siapa pelakunya."Woy!" Melihat ada seorang lelaki di bawah sana, Hendra berteriak dan bersiap melemparkan batu, tetapi lelaki itu cepat mengendarai motornya melesat meninggalkan kediaman Hendra. Namun, sayup-sayup lelaki itu meneriakkan nama La
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status