All Chapters of Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar: Chapter 31 - Chapter 40
99 Chapters
Hampir
Laju mobil Mas Danang yang aku kendarai mulai melaju secara perlahan meninggalkan pelataran kantor kami. Mas Danang rupanya tidak mempersoalkan bila aku mengambil alih kemudinya. Hanya dia mengatakan padaku untuk tetap dalam laju kecepatan normal. Dia tahu bila aku membawa mobil dan memegang kendali. Biasanya aku tidak sabaran dan ingin segera pulang. Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu ingin cepat pulang. Lalu merebahkan semua lelah dan penat seharian bekerja di atas kasur kesayanganku.Mungkin ini yang dinamakan dengan kata jodoh. Mas Danang yang cenderung kalem dan apa adanya. Malah bertemu denganku yang cenderung banyak tingkah dan tak bisa diam dalam waktu lama. “Pelan-pelan Dek nanti juga sampai. Alon-alon asal selamat, jangan mengebut kesehatan itu mahal,” selalu satu perkataan dari rangkaian mengingatkanku. Selalu terucap dari bibir Mas Danang yang masih merah. Tiada satu kali saja aku lihat bibir itu tersentuh asap tembakau. “Pelan ini berapa sih Cuma delapan puluh,”
Read more
Lelaki Itu Raja
Lelaki itu mengendarai motor trail. Memakai jaket serba hitam dengan helm teropong hitam. Tetapi aku sempat melihat dari wajahnya dengan tatapan mata tajam. Saat lelaki itu berhenti sejenak di samping kaca mobil sebelah aku mengemudi. Tatapan matanya sama persis dengan mata kekasihku Mas Danang. Tapi Mas Danang sedang ketakutan di sampingku. “Ia, ia, saya mengerti Mas tolong ya.” Sesaat saat aku masih tertegun dengan tatapan matanya. Lelaki itu memberi kode agar aku melanjutkan perjalanan dan ia akan mengawal dari belakang laju mobil kami. Aku pun menuruti arahan kode tangan lelaki itu. Mulai menjalankan mobil kembali sembari menenangkan Mas Danang yang terus gemetar ketakutan. “Sabar sayang masih ada pertolongan orang baik yang tetap peduli akan keselamatan orang lain. Kita akan pulang tenanglah Mas Danang.” Aku terus mencoba menenangkan Mas Danang. Aku tak menyalahkan Mas Danang yang cenderung lemah nyali. Cenderung tidak bisa bertarung dan memilih menghindari konflik. Mungk
Read more
Pasrahnya Rindu
Malam sudah teramat larut di depan kamar Ibu Juariah dan beliau sudah pulas terlelap. Bahkan terlalu larut untuk sekejap memejamkan mataku. Pekerjaan memeriksa berkas-berkas dari kantor tinggal dua lagi. Tetapi mataku sudah teramat mengantuk. Sehingga membuat aku tanpa sadar tertidur beralaskan meja kerja Mas Danang dalam posisi masih duduk. Mas Danang juga entah ke mana. Beberapa waktu yang lalu dia berpamitan hendak mencari ingin segar sebentar. Malah meninggalkan aku sendirian di depan kamar Ibunya. Raja juga entah ke mana, bahkan saat Raja diminta tolong Mas Danang. Agar membantuku untuk ikut memeriksa berkas-berkas yang kami bawa. Dia malah pergi dengan motor trilnya. Sambil terus marah-marah tak jelas. Bahkan sempat beradu cekcok dengan Mas Danang. Bu Juariah juga sempat bertanya padaku sebelum ia pergi ke dalam kamar yang berada tepat di sisi kiriku kini berada. Beliau bertanya tentang aku, apa sudah meminta izin pada Ayah dan Ibuku kalau menginap di rumahnya. Aku belum s
Read more
Tidak Jadi
Wing, Slap, tar, Tiba-tiba satu bola kasti melayang cepat lurus mengenai kening Doni yang kebetulan menoleh. Doni tampak asyik dengan aktivitasnya mengerjai Rindu yang ia ikat di atas kursi. “Au gila ya!” Doni seketika berteriak dan terlepaslah derita Rindu seketika. Sebab sebelumnya sepuluh jari Doni seakan bergerilya rata ke seluruh bagian lekuk tubuh Rindu. Tak ada sejengkal saja yang tidak di datangi oleh tangan kotor Doni. Wing, dar, Satu kali lagi bola kasti warna kuning melayang kencang. Kali ini pas tepat di mata kiri Doni mengenainya telak. Bahkan Doni sampai terhuyung-huyung jatuh ke lantai tak jauh dari tempat Rindu. Kali ini telapak tangan yang tadi untuk menjelajahi area-area sensitif di bagian tubuh Rindu. Malah digunakan Doni menutup matanya yang baru saja terkena lemparan bola kasti. Ada darah bercampur cairan aneh putih dati sela jemarinya. “Ah, sakit! Mataku, mataku!” Doni tampak kesakitan sambil merangkak mundur ketakutan. Kali ini darah sudah berjatuhan di
Read more
Dia Yang Di Pojo Kamar
Mas Danang merebahkan tubuhku di atas kasur di dalam kamarnya. Aku masih belum bisa bergerak juga badanku kaku. Semua ini sebab oleh minuman teh hangat beberapa saat lalu. Mas Danang sungguh lelaki yang baik dan aku beruntung dapat menemaninya. Mas Danang adalah lelaki sabar yang berjiwa besar yang pernah aku temui. Bahkan ia mampu memaafkan lelaki kasar, lelaki jahat yang hendak mencelakaiku. Aku tak menyalahkan Mas Danang atas peristiwa ini. Semua terjadi tentu di luar prediksi kami. “Maaf ya sayang aku datang terlambat tadi. Untung saja Raja datang tepat pada waktunya. Aku merasa sebenarnya tidak pantas mendampingimu seorang gadis yang begitu indah menurut lelaki lain.” Baru malam ini aku melihat Mas Danang meneteskan air matanya. Lelaki yang menurutku tidak pernah menangis hari ini meneteskan air matanya. Ingin rasanya aku mengusap air mata itu. Tetapi aku masih tidak mampu bergerak sama sekali. “Nak Danang bagaimana keadaan Rindu menantuku,” lalu Bu Juariah dan Mr. Khotim d
Read more
Rindu Bingung
“Bangun Rindu, Nak sudah teramat siang bangunlah, tiga hari lagi kamu akan menikah loh. Bagaimana nanti kalau kamu sudah menjadi istri Masmu Danang?” Telingaku serasa mendengar suara Ibuku sendiri. Tetapi di dalam otakku terus berbicara dengan pertanyaan mendasar. Apa alu benar-benar berada di rumah? Bukankah aku berada di tempat berkabut itu. “Rindu bangun Ndok sudah siang, itu loh di luar ada Masmu Danang datang. Katanya kalian mau jalan-jalan ke taman.” Memang benar itu suara Ibu, tapi bukankah pernikahan kami direncanakan dua bulan lagi. Bukankah aku masih terbaring di kamar Mas Danang. Lalu mataku mencoba mengintip akan siapa yang membangunkanku. Apakah benar Ibu yang ada di sampingku atau masih makhluk setan jahanam kuntilanak itu. Perlahan kelopak mata aku buka sedikit demi sedikit. Aku masih belum percaya bila yang duduk di sampingku terbaring adalah Ibu. Masak ia bisa begitu cepat waktu berlalu hanya aku dengan berbaring saja. “Allahuakbar, Astagfirullah pergi!” aku sem
Read more
Sore Terakhir
Matahari terus bergulir di peredarannya dan aku sudah melupakan peristiwa kemarin. Kali ini Mas Danang mengajakku menuju satu taman tak jauh dari rumahku. Sebenarnya kami sudah hendak pulang. Bahkan satu belokan lagi kami sudah sampai di gang rumahku sendiri. Tetapi ada satu hal yang menarik perhatianku. Sore hari di taman ujung gang desaku tentu sangat indah dan sayang untuk dilewatkan. Aku merengek pada Mas Danang untuk sekedar menikmati senja disalah satu kursi panjangnya. Akhirnya setelah membujuknya agak lama. Mobil yang ia kendarai menepi di tempat parkir taman. Demi membuatku senang bahkan Mas Danang membatalkan semua janjinya dengan klien hari ini. Katanya bisa dikerjakan esok hari saja. Dari sini aku tahu jikalau aku sudah tak menemaninya bekerja lagi. Pada satu sisi taman di samping tanaman bunga agak rindang dan berwarna-warni. Kami duduk berdua di kursi panjangnya. Menikmati es krim yang kami beli di mol beberapa saat yang lalu. Mas Danang tampak cerah sekarang dan
Read more
Aku Melihat Tapi Mereka Tidak
“Mas sudah ya aku mau istirahat. Kamu istirahat juga ya sayang, jangan bergadang dan jangan bobok larut malam. Ingat jaga kesehatanmu untuk aku ya calon istrimu.” Ketikan terakhir dari kata calon istrimu membuat anganku melambung. Pertanyaan klasik di benakku apa benar ada hari esok untuk aku menikah dengan Mas Danang. Aku mulai rebahkan tubuhku yang terlalu lelah memikirkan semua peristiwa aneh yang aku alami. Tapi tadi sore di taman ujung gang. Seakan Mas Danang berkata mengucapkan salam perpisahan. “Ah tidak mungkin hanya firasat kosong dariku saja.” Segera aku tepis pikiran buruk yang terus melayang di otakku. Mas Danang sosok lelaki baik dan sangat bersahaja. Tak mungkin ada seseorang yang menaruh dendam dengannya. Lalu mencelakainya di jalan seperti yang aku dengar dari setan itu. “Kenapa aku malah percaya omongan setan. Lebih baik aku mengambil wudu. Eh tapi aku sudah salat isya, masak aku mau salat isya dua kali.” Aku mulai berbicara dengan sepinya kamarku malam ini. Aya
Read more
Pov Danang
Pov Danang, Sudah sebulan setelah kejadian di depan kamar Ibu. Rindu masih tampak murung tak bergairah. Seakan cahaya hidupnya meredup tak asa keinginan untuk sehat kembali. Setiap sore dan hampir setiap hari aku mampir ke rumahnya. Sehabis bekerja dan selalu aku bawakan buah-buahan segar. Tak lupa juga seperti biasanya aku bawakan vitamin. Agar tubuhnya kembali segar tak lagi murung. Tak lagi lesu, lusuh tak ada cahaya semangat seperti biasanya. Seperti sore kemarin dan kemarinnya lalu. Aku kembali mampir setelah kerjaku selesai di kantor. Aku juga membawakan buah, susu dan vitamin. Seperti biasanya Rindu duduk melamun di teras. Seperti biasa juga Bu Dian berdiri di belakangnya. Sambil merapikan rambut Rindu dengan sisir kecil. “Asallamualaikum Dek, Bu?” Aku sampaikan salam dengan doa rahmat dan kesehatan dari Sang Pencipta. Tetap dengan senyuman walau dalam hati sangat teriris. Melihat kekasihku seperti hidup enggan dan mati pun enggan. “Waalaikumsalam Mas,” Rindu menjawabn
Read more
Pesan Kakek Buta
Danang masih di atas kursi kemudi di dalam mobilnya. Pikirannya terus tertuju pada cara untuk menyembuhkan Rindu kekasihnya. Bahkan ia sering menemui orang-orang pintar kenalan teman atau rekan-rekannya. Namun masih belum ada hasil jua. Membawa Rindu berobat ke rumah sakit juga percuma. Sebab pernah Danang membawa Rindu berobat ke rumah sakit. Dokter malah berkata Rindu baik-baik saja, tidak ada penyakit dan tak perlu dikhawatirkan. “Argtz, aku harus bagaimana! Oh ia aku ingat. Hal-hal yang berbau spiritual seperti ini Raja yang paham. Baiknya aku menemui Raja dan merundingkan tentang Rindu dengannya.” Danang bergegas mengambil ponsel yang ada di dalam tas yang ia taruh di dasbor mobil. Tetapi tiba-tiba di depan mobilnya yang tengah melaju. Ada satu kakek tua tengah menyeberang jalan. Walau agak jauh jarak Kakek tua dengan laju mobil Danang. Tetapi laju mobil Danang cukup kencang kecepatannya. “Astagfirullah, Allahuakbar!” Sitz, Danang segera membanting setir dan arah laju mob
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status