Semua Bab Istri Kedua Ayah Kekasihku: Bab 11 - Bab 20
30 Bab
Bab 11 Tidak Mungkin
“Kenapa kamu diam saja? Apa pertanyaannya terlalu sulit untukmu?” tanya Paul karena Sierra masih diam meski hampir satu menit berlalu.Sierra menggigit bibir sembari memainkan jemarinya. “Tuan tahu … ““Aku ingin mendengar dari mulutmu sendiri, Si,” sambar Paul, dengan suara tenang nyaris tanpa ada nada tinggi maupun rendah. Benar-benar seimbang.“Maafkan saya, Tuan … “ Lagi-lagi Sierra menunduk. “Semua itu kesalahan. Saya berjanji untuk tidak melakukannya lagi,”Untuk kali ini Sierra tidak menunggu dua kali, dia bergegas keluar dari mobil Paul. Tak peduli meski Paul menjadi murka atas sikapnya. Dia bahkan tidak menghiraukan Lukman yang sempat memanggil namanya, meminta penjelasan. Sierra sudah terlalu gugup dan muak kepada dirinya sendiri, serta diliputi penyesalan ketika harus mengingat malam panas waktu itu.“Tuan, apa perlu saya susul Sierra?” Lukman melongok melalui jendela untuk mengecek keadaan Paul.Paul mengangkat lima jarinya, tanda menolak. “Biarkan saja dia, Lukman. Aku ti
Baca selengkapnya
Bab 12 Menemuimu
“Sierra?” Terdengar suara pintu toilet yang diketuk. Sierra buru-buru menghapus air matanya, segera berdiri dan berusaha membereskan kekacauan yang sempat membuatnya mengalami semacam syok ringan. Setelah menarik nafas demi menjaga ketenangan, Sierra pun membuka pintu.“Ada apa?” Sierra membuka pintu toilet dan mendapati Tasya berdiri di baliknya dengan muka masam.Tasya melipat kedua tangannya. “Kenapa lama sekali? Lima belas menit lagi kita ada rapat dengan Pak Martin,” Mendengar nama Martin disebut, entah kenapa hati Sierra terasa begitu sakit. Tiba-tiba dia teringat akan hasil tes sebelumnya, yang menunjukkan bahwa dia tengah berbadan dua. Walaupun tidak tahu apa yang sedang terjadi, namun Tasya menyadari perubahan sikap Sierra yang tadi pagi begitu cerah, kini berubah sendu dan pucat. Namun karena rapat penting itu sebentar lagi dimulai, Tasya urungkan niat untuk bertanya lebih jauh pada Sierra. Keduanya berjalan cepat menuju meja masing-masing, untuk menyiapkan segala keperlu
Baca selengkapnya
Bab 13 Hanya Ingin Mencintainya
Dari kejauhan Elisha melihat Sierra yang menabrak tubuh Lukman dan terjadi kegaduhan singkat. Dia memang memutuskan untuk mengejar Sierra, merasa cemas karena sepertinya Sierra sedang tidak baik-baik saja. Namun dia harus berhenti ketika melihat Sierra saling berhadapan canggung dengan Paul Pandia.Bagi Elisha, percakapan itu tampak tidak biasa. Apalagi Paul yang seperti melirik situasi sebelum benar-benar mengobrol dengan Sierra. Kemudian keduanya–dengan tuntunan Lukman bergegas meninggalkan lobi.“Sepertinya ini belum waktu istirahat,” tegur Martin, tiba-tiba berdiri di belakang Elisha.Elisha yang terkejut spontan menoleh. Dia kaget melihat Martin berdiri menghadapnya dengan tatapan curiga. Cepat-cepat Elisha menunduk, berusaha menutupi sebisanya agar Martin tidak bisa melihat kecanggungan antara Sierra dan Paul.“Maaf … Pak Martin,” Elisha memberi penegasan ketika menyebut nama Martin.Martin menarik nafas panjang. “Sebaiknya kamu segera menyelesaikan desain yang kumau,”“Saya sud
Baca selengkapnya
Bab 14 Tidak Punya Pilihan
“Apa yang harus saya lakukan?” Sierra kembali mencengkeram perutnya. “Saya terlalu takut untuk menghadapi ini semua, Tuan. Saya … saya juga … ““Sejak kapan?” sambar Paul. Dia sengaja memotong ucapan Sierra. Kini matanya begitu tajam tertuju pada Sierra. “Sejak kapan kamu positif hamil?”Sierra berusaha mengingat kembali tanggal seharusnya dia menstruasi. “Saya tidak bisa memastikan, Tuan,” jawabnya lirih. Tangisannya sudah berhenti, namun meninggalkan bekas memerah pada wajahnya. Sembab.Paul mengusap sisa air mata di pipi Sierra. Dengan lembut dia kembali mendekap wanita itu. “Akhirnya … aku berhasil mendapatkan keturunanku. Darah dagingku sendiri,” ucap Paul sambil mengecup ujung kepala Sierra.Masih dalam dekapan Paul, Sierra bisa dengan jelas mendengar ucapan itu. Ada sedikit rasa terkejut. Tak menyangka Paul justru menyambut kabar kehamilannya dengan begitu gembira, sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Yang lebih mengejutkan, Paul menyebut seakan-akan inilah kali pertama d
Baca selengkapnya
Bab 15 Salome
Dengan senyumnya yang tenang namun misterius, Paul mengajak Sierra ke sebuah tempat yang tidak pernah dikunjungi Sierra sebelumnya. Bahkan saat Sierra masih resmi bekerja sebagai sekretaris Paul. Perjalanan mereka berakhir di depan sebuah rumah yang sangat mewah, yang berdiri megah dengan arsitektur elegan dan taman yang terawat rapi.“Ayo turun,” ajak Paul, setelah Lukman memarkir mobil.Sierra menatap ke arah rumah besar tersebut, dengan matanya membesar karena terkejut. “Ini rumah siapa, Tuan? Sepertinya ini bukan rumah Tuan,” Sierra berusaha mengingat kembali bentuk rumah mewah yang ditinggali Paul. Sangat berbeda dari rumah yang ada di depannya kini.Paul tersenyum dan menggenggam tangan Sierra. “Kamu tunggu diluar. Masuklah setelah Lukman memberimu aba-aba,” Paul sampai menangkup kedua pipi Sierra, berusaha meyakinkan wanita itu bahwa semua akan baik-baik saja.“Tapi … “Belum sampai Sierra berhasil menyelesaikan ucapannya, bibirnya sudah dikulum habis oleh Paul. “Ikuti saja per
Baca selengkapnya
Bab 16 Satu Lagi
Paul mendekap erat kedua bahu Sierra, berusaha menguatkan wanita itu. Seakan tahu jika Sierra bisa saja kabur atau tumbang kapan saja, tak kuat menghadapi Martin dan Salome secara bersamaan. Dan reaksi Martin menjadi reaksi yang paling dramatis, karena kini dia melotot sangat tajam.Martin berjalan mendekati Sierra, dengan kedua mata yang memerah dan membulat sempurna. Urat di lehernya begitu terlihat menegang. Martin yang biasanya selalu penuh kepercayaan diri dan wibawa, sekarang tampak bingung dan kecewa menjadi satu.“Apakah ini semua benar, Sierra?” Suara Martin akhirnya pecah. Tenang namun terdengar sangat tajam di telinga Sierra. Rasa pengkhianatan yang tidak terucapkan tampaknya memenuhi ruangan saat Martin mencoba memproses informasi tersebut.Sierra menunduk begitu dalam, tidak berani menatap Martin. Yang ada dia hanya terus menangis, merasa dirinya begitu kotor dan tak berperasaan.“Kapan? Kenapa?” Bola mata Martin terus bergerak, berusaha menjaga agar kewarasannya tetap be
Baca selengkapnya
Bab 17 Memiliki Masing-Masing
Salome menghampiri Sierra yang masih terpaku di tempatnya, ketakutan jelas terlihat di wajah Sierra. Salome menghela napas panjang. “Apa sebenarnya tujuanmu? Kamu ingin menjadi wanita kaya?” tanya Salome pada Sierra, tanpa perlu berbasa-basi. Matanya tajam sekaligus dingin, seakan tengah menusuk Sierra.“Kalau hanya sekedar ingin uang, kamu cukup tidur dengannya, tidak perlu sampai minta dinikahi,” Salome melanjutkan kelakarnya. “Lalu apa yang menjadi tujuanmu, hah? Apakah kamu dan teman-teman kampunganmu itu sudah bersekongkol menggunakan cara magic untuk Paul?”“Salome, berhenti!” bentak Paul, karena ucapan Salome semakin tidak terkontrol.Namun Salome tidak peduli. Semakin Paul menarik mundur tubuh Sierra, semakin Salome muntab. “Inilah yang kubenci dari orang miskin sepertimu. Setelah dibantu untuk hidup, selalu ingin yang lebih. Bisa-bisanya kamu menginginkan tahtaku,” geram Salome. Dia hampir menampar Sierra, andai dia tidak sadar atas statusnya sebagai seorang wanita kaya yang
Baca selengkapnya
Bab 18 Melanjutkan Hidup
“Kamu yakin berangkat ke kantor? Wajahmu pucat sekali, Sierra,” tegur Rachel, cukup cemas. Sierra mengangguk mantap sambil mematut diri di depan cermin. Dia tahu, datang ke kantor hanya akan membuatnya makin menyedihkan. Namun dia harus menyerahkan surat pengunduran diri itu kepada Martin, layaknya pegawai yang baik.“Kamu mau kuantar?” tawar Sam, karena juga sama-sama cemas dengan keadaan Sierra. Selain pucat, hampir semalaman Sierra muntah dan tidak tidur.Sierra tidak menolak dengan tawaran itu. Menurutnya memang mengandalkan seseorang di saat seperti ini adalah pilihan yang baik. Maka keduanya pun segera pergi kantor dengan menaiki mobil butut milik Sam. Di perjalanan Sam beberapa kali melirik Sierra, seakan hendak mengucapkan sesuatu namun urung.“Sebenarnya aku punya banyak pertanyaan. Tapi aku yakin kamu akan mengatakannya padaku. Bukankah begitu?” ujar Sam.Sierra diam sambil menggigit bibir. Dia tahu, bagaimana pun kehamilannya ini akan diketahui oleh semua orang. Apalagi Sa
Baca selengkapnya
Bab 19 Terlindungi
Martin tampak sangat memohon. Tatapannya sedih ke arah Sierra setelah menyeka air mata wanita itu. Namun usaha Martin tentunya sia-sia, karena Sierra kembali menangis. Kali ini dia memalingkan muka, memilih untuk menunduk. Sebisa mungkin dia menghindari bertatapan dengan Martin, atau segalanya akan luluh lantak. “Aku sudah mencintaimu … jauh sebelum kamu mulai tertarik padaku,” ucap Sierra dengan suara serak. “Aku amat mencintaimu,” ulangnya lagi. “Lalu kenapa kamu meninggalkanku?” “Semua terjadi di malam kamu melamar Elisha,” lanjut Sierra. “Apakah aku tidak diizinkan untuk patah hati? Mendengar langsung orang yang kucintai melamar kekasihnya,” Martin terkesiap. Fakta baru ini tentu saja tidak pernah dia tahu sebelumnya. Rasa kekecewaan yang terus tertancap kuat di dalam hatinya, perlahan memudar. Tergantikan perasaan bersalah. “Andai aku mencintaimu lebih dulu … “ “Tidak ada yang bisa disalahkan,” sahut Sierra cepat. Dia mendorong mundur tubuh Martin, seakan ingin memiliki sedi
Baca selengkapnya
Bab 20 Seperti Kekasihku
Mendapatkan pertanyaan yang begitu menohok itu, membuat Sierra terdiam. Apalagi ekspresi wajah Elisha tampak datar, tidak seperti orang yang tengah menginterogasi. Maka Sierra memilih untuk berpaling, kembali sibuk menata barang-barangnya. Dia sengaja melakukan itu karena enggan menjawab pertanyaan Elisha.“Aku tidak akan mendesakmu untuk menjawab, karena itu bukan urusanku,” Pada akhirnya Elisha angkat bicara. “Tapi semoga firasatku salah. Aku harap, kalian tetap baik-baik saja,”Setelah mengucapkan kalimat panjang itu, Elisha memutuskan untuk pergi dari ruangan Sierra demi memberi waktu bagi Sierra untuk berkemas. Dan saat berada di depan pintu lift, Tasya, rekan Sierra di kantor tiba-tiba berlari kecil mendekati Elisha. Dia maju dan setengah berbisik.“Apa yang terjadi? Kenapa Sierra berkemas?” bisik Tasya. “Apa dia dipecat? Bukankah dia dan Pak Martin … ““Maaf,” potong Elisha. Dia menoleh ke arah Tasya dengan tatapan terganggu. “Itu semua bukan urusanku,” Dia melempar pandangan t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status