Semua Bab Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh: Bab 21 - Bab 30
131 Bab
Bab 21. Mengumbar Banyak Janji
"Maaf, kamu udah nunggu lama ya?"Sanjaya baru pulang dari luar dengan membawa dua bungkus nasi uduk untuk sarapan bersama Alena. Padahal saat di warung makan tadi, Sanjaya sudah makan di tempat karena Zahera yang memintanya, dengan alasan ingin makan bersama Sanjaya meski hanya tersambung melalui video call saja. Karena tidak mungkin video call sambil sarapan di rumah saat ada Alena, maka Sanjaya menurut untuk makan di tempat sambil video call dengan anak istrinya. "Ayo sarapan dulu," ajak Sanjaya pada Alena. "Makasih banyak ya, Mas. Aku jadi keenakan dong. Udah numpang tidur, masih dikasih sarapan juga," ucap Alena sambil memamerkan deretan gigi rapinya."Jangan dipikirin. Katanya mau jadi sugar baby aku? Masa dikasih sarapan nasi uduk aja mau sungkan?" godanya lebih berani dari biasanya. Alena tersipu sampai wajahnya memerah. 'Ah, sepertinya benar. Perangai aslinya mulai kelihatan begitu ada kenaikan level status hubungan seperti ini,' batin Alena dalam diam. 'Tapi kenapa bawa
Baca selengkapnya
Bab 22. Terjebak Rencana Sendiri
"Beruntung tadi di jalan macet, jadi sampe sini udah gelap. Makin bagus pemandangannya.""Baru ini aku dengar orang habis kena macet tapi malah bilang beruntung," kekeh Sanjaya menanggapi ucapan Alena. "Setiap hal baik maupun hal buruk yang kita alami, pasti ada hikmah yang bisa disyukuri, Mas. Sekecil apapun itu," jelas Alena. Sanjaya mengangguk tanda setuju. Diam-diam menyukai cara berpikir Alena yang sangat bijak. Alena dan Sanjaya baru saja sampai di Sky Bar. Restoran yang terletak di lantai paling atas tepatnya lantai 8 dari Hotel Gran Senyiur, Balikpapan. Alena dan Sanjaya disambut ramah oleh pelayan restoran. Seperti biasanya, Sanjaya sudah bersiap dengan melakukan reservasi untuk mereka berdua. Sky Bar memiliki tempat yang strategis di tengah kota. Selain itu juga menarik karena berada di ketinggian. Dari tempat ini mereka bisa menikmati pemandangan malam Kota Balikpapan yang indah. Tempatnya juga nyaman dan menyenangkan. Penataan furniturnya sangat baik dan tertata rapi.
Baca selengkapnya
Bab 23. Obat Tidur
Alena berjalan perlahan menuju toilet sambil menundukkan pandangannya. Pikirannya sedikit kacau membayangkan malam ini akan tidur sekamar dengan Sanjaya di sebuah hotel mewah. Jika saat di kontrakannya semalam Sanjaya memilih untuk tidur sendiri di sofa, kali ini Alena yakin Sanjaya tidak akan berlaku demikian. 'Jelas Mas Jaya bakal perlakukan aku sebagai sugar baby sebagaimana status pura-pura ini. Terus aku harus gimana ini?' Alena merogoh ponselnya dan bersiap untuk menghubungi Zahera saat di dalam toilet nanti. Tapi begitu di depan toilet khusus wanita itu, Alena dikejutkan dengan papan pengumuman jika toilet sedang rusak. Alena sudah akan berbalik badan dan mencari toilet lain tapi tangannya ditarik seseorang untuk masuk ke bilik kamar mandi tersebut. Alena terkejut hingga hampir saja berteriak untuk minta tolong. Namun setelah melihat siapa yang menariknya, Alena tidak jadi berteriak. "K-kamu? Kamu kok bisa ada di sini? Terus, kamu ngapain juga bawa aku ke toilet yang rusak
Baca selengkapnya
Bab 24. Love Bites
"Kok lama banget di toilet? Kamu beneran gak kenapa-kenapa kan? Takut kamu sakit perut karena gak cocok makanan di sini.""Gak kok, Mas. Aman. Yaudah yuk." Sanjaya menggandeng pinggang Alena supaya berjalan di sampingnya. Sejak hari ini, Sanjaya mulai terlihat agresif dan posesif. Alena yang sempat baper mendadak menjadi sedikit khawatir karena sudah tahu watak Sanjaya dari Zahera. 'Sekali buaya, tetap aja buaya. Bego banget aku sempat pikir dia tulus dan sayang beneran. Ternyata tetap saja nafsunya yang dinomorsatukan.'Menggunakan lift, Sanjaya membawa Alena menuju kamar dimana mereka akan menginap. Sebuah kamar hotel dengan fasilitas yang lengkap menyambut keduanya. Level waspada Alena meningkat setelah mereka berada di kamar hotel dengan pintu yang sudah dikunci oleh Sanjaya. Alena memutar kepalanya melakukan identifikasi pada ruangan mewah tersebut. Ada sebuah dispenser dengan perlengkapan membuat minuman seperti kopi, teh dan susu. Alena menjadi teringat akan obat yang dibe
Baca selengkapnya
Bab 25. Tanda Merah
Alena berjalan mondar mandir seperti setrikaan setelah bertelepon dengan Zahera barusan. Dia menjadi tidak tenang lagi karena usulan Zahera yang jelas menggelikan untuk dilakukannya. "Ya kali aku harus bikin tanda merah di badan Mas Jaya," erang Alena dengan suara lirih. "Tapi bener juga kata Mbak Zahera, kalau gak ada bekas apa-apa, gimana Mas Jaya percaya kalau semalam aku tidur sama dia." Alena memukuli kepalanya sendiri meski tidak sampai membuat kepalanya sakit. Itu dilakukan untuk menghalau rasa khawatir juga berharap dengan begitu kepalanya bisa memunculkan ide lain yang lebih ramah lingkungan. "Kalau tanda merahnya aku bikin dari make up, pasti bakalan ketahuan. Lagian pasti akan hilang kan waktu dibuat mandi." Entah dimana bagian otaknya yang biasanya sangat kritis dan kreatif. Alena yang biasanya cerdas dan cepat tanggap merasa bodoh untuk hal semacam ini.Suara ketukan di pintu kamarnya membuyarkan lamunan Alena. Berdiam sejenak memperkirakan siapa yang datang ke kamarny
Baca selengkapnya
Bab 26. Terluka
Alena berdiri di depan cermin besar yang ada di kamar hotel Alvino. Ya. Setelah kejadian menyebalkan beberapa saat yang lalu, Alvino menariknya ke dalam kamar sebelah untuk bertukar tempat. Alena diminta tidur di kamar yang dia sewa, sedangkan Alvino sekamar dengan Sanjaya. "Arrrgh, Vino rese!" raungnya lagi. Jari Alena masih sibuk menyentuh satu persatu tanda merah yang dibuat Alvino di sekitar lehernya. Rasa gelenyar yang ditinggalkan pria dingin tersebut juga masih bertalu-talu di dalam dadanya. Ah, benarkah Alvino masih pria yang dingin itu? Setelah beberapa saat yang lalu sukses membuat panas seluruh saraf tubuh Alena. Alena jadi meragukan Alvino masih seperti Alvino yang dulu. Apalagi mengingat sebrutal apa saat Alvino mencumbunya tadi.Alena kembali memijat dahinya dan berjalan mundur hingga terduduk di tepi ranjang. Alena masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Alvino lakukan padanya. Lebih tidak percaya lagi pada dirinya sendiri yang justru tidak menolak keberadaan A
Baca selengkapnya
Bab 27. Perubahan Alvino
Alena terjaga saat tangannya terasa kebas. Salah, bukan hanya kebas, tapi juga terasa basah. Alena membuka matanya yang terasa agak berat karena sebenarnya masih mengantuk. Dan pertama kali yang dilihatnya saat membuka mata adalah wajah Alvino yang tertidur berbantalkan telapak tangannya yang berada di dalam genggaman pria tersebut. Dahi Alena mengernyit. Dia tidak berani bergerak karena takut Alvino terbangun. Meski rasa kebas dan kesemutan sudah menjalar hingga bahu di kedua tangannya. 'Dia ngapain tidur di sini? Pakai bantalan tangan aku pula. Dan lagi sejak kapan juga dia ke sininya?' Alena melirik jam tangan yang dipakai Alvino. Dia teringat jam tangan itu adalah jam tangan yang pernah diberikan Alena sepuluh tahun yang lalu saat Alvino ulang tahun. Sedikit terkejut karena tidak menyangka Alvino masih memakainya. Apalagi saat itu Alvino terlihat cuek saja, seakan tidak menghargai pemberian darinya. Siapa sangka jika Alvino justru memakainya hingga sekarang. 'Kamu gak semiskin
Baca selengkapnya
Bab 28. Taruhan dengan Ibu Mertua
"Papa kok dari kemarin sore gak telpon rumah sama sekali? Gak biasa-biasanya deh. Mana tadi pagi juga gak langsung angkat telepon dari aku." "Maaf ya, Ma. Kemarin habis makan malam, aku ketiduran sampai bangun kesiangan. Gak tau juga tumben nyenyak banget aku tidurnya, Ma. Maaf banget ya." 'Gimana gak nyenyak, orang kamu dikasih obat tidur sama Alena. Ah, pasti sekarang kamu justru berpikir nyenyaknya tidur semalam karena habis dilayani daun muda seperti Alena. Dasar suami gak ada akhlak!'Zahera kembali memainkan peran seakan tidak tahu apa yang sedang dilakukan suaminya di pulau seberang. Dia sudah meneror suaminya dengan spam call sejak pagi. Dan baru sekarang suaminya menelpon balik. Zahera melihat suaminya sedang berada di dalam mobil. Dia yakin Sanjaya sengaja menelponnya saat sudah keluar dari kamar hotel supaya Zahera tidak curiga karena mereka pasti akan melakukan panggilan video. "Kok diam aja, Ma? Jangan marah dong, Ma. Kan aku gak sengaja. Kalau aku gak ketiduran, aku
Baca selengkapnya
Bab 29. Menyimpan Rahasia
"Maaf." Sanjaya menggenggam tangan kanan Alena yang berada di atas pahanya. Mereka masih berada di dalam mobil setelah Sanjaya meminta ijin untuk menghubungi istrinya. Alena terpaksa harus mendengarkan obrolan Sanjaya dengan Zahera di telepon, dengan menahan mual karena kebohongan yang dibuat Sanjaya. Baru kali ini Alena merasa sangat jijik dengan perbuatan Sanjaya. Stigma tukang selingkuh yang sempat diragukannya sekarang terlihat dengan sangat jelas.Sanjaya menatap lekat-lekat pada Alena seperti menunggu gadis itu memberikan tanggapan atas permintaan maafnya barusan."Aku merasa bersalah, Mas. Aku sebenarnya gak mau jadi pelakor. Aku gak mau rusak kebahagiaan rumah tangga Mas Jaya. Tapi semalam kita justru…" Alena tidak melanjutkan kalimatnya. Membiarkan Sanjaya berasumsi sendiri dengan kalimat lanjutannya. 'Padahal semalam aku gak ngapa-ngapain sama dia. Justru aku yang diapa-apain sama si Vino,' lanjutnya dalam hati. "Kamu gak salah, Baby. Aku yang salah. Aku akan pikirkan
Baca selengkapnya
Bab 30. Menang Taruhan
"Aku udah enakan, Ma. Gak usah dibawa ke sini makan malamnya. Biar aku ikut makan malam di meja makan sama mama dan Abi." "Jangan dipaksain, Za. Kalau cuma pengen makan sama mama dan Abi, kita bisa kok bawa semua makanannya ke sini. Jadi kita sama-sama makan di kamar kamu aja." Zahera tertawa dengan paksaan ibu mertuanya. Bahkan sampai membuat ide dengan kerelaan makan bersama di kamar, hanya demi Zahera tetap istirahat di sana. Padahal biasanya, Mama Anita paling anti kalau ada yang makan di dalam kamar kecuali memang sedang sangat sakit. "Tapi aku sungguh sudah sehat, Ma. Nih, suhu tubuh aku sudah normal. Tadi dicek tekanan darahnya sama mama juga udah naik kan? Gak ngedrop lagi. Aku capek lho, Ma. Rebahan dari pagi. Pengen lenturin otot-otot juga." "Huh, kamu tuh selalu aja keras kepala. Susah banget dibilanginnya," keluh Mama Anita yang kemudian menurut dan membantu Zahera berjalan menuju ruang makan. "Perempuan kan gak boleh sakit lama-lama, Ma." "Kamu lagi nyindir mama ya?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status