Semua Bab Dikejar-kejar Brondong: Bab 21 - Bab 30
46 Bab
Bab 21 Sepatu Melayang
Matahari perlahan tenggelam, membuat cahaya terangnya menyurut. Langit biru telah menjadi kemerah-merahan dan perlahan mulai kehilangan cahayanya, layaknya hati Sofie yang kelabu.Mood Sofie kembali tidak karuan setelah kunjungannya ke Bank of Todayo Matsuno. Betapa tidak, Rakha yang baru saja diterima bekerja sebagai asistennya, tampak lebih memimpin dan dihormati saat berada di BOTM.Siapakah Rakha sebenarnya? Itupun telah menjadi tanda tanya besar dalam hati Sofie. Percuma nanya langsung ke Rakha, dia nggak bakalan jawab. Kalau memang dia bekerja di Chokusen tidak menggunakan identitas aslinya, itu urusannya dia dengan perusahaan. Yang penting urusan proyek lancar tanpa kendala, batin Sofie sambil memainkan pulpennya."Mbak, kok diam aja dari tadi?" tanya Rakha yang membuyarkan lamunan Sofie."Hmm lagi males ngomong aja. Oiya, hasil pendataan tadi sudah kamu masukin ke komputer?" "Sudah, Mbak. Barusan aku kirim ke e-mailnya Mbak Sofie," jawab Rakha."Makasih, nanti aku cek.""Kh
Baca selengkapnya
Bab 22 Kebut-kebutan Ala Rakha
Keesokan paginya, aktivitas para desainer Chokusen telah dimulai seperti biasa. Semua sibuk di depan layar monitor masing-masing. Tidak terkecuali, Sofie dan Rakha yang tampak serius di depan gambar desain mereka. Tetapi, ditengah-tengah kesibukannya, beberapa kali Rakha terciduk mencuri pandang ke arah Sofie oleh Felix, yang membuat kecurigaannya akan asisten baru ini. "Kha, sini sebentar," panggil Felix setengah berbisik. "Ada apa, Koh?""Udah sini dulu," jawab Felix sambil terus memanggil Rakha dengan gestur tangannya. Rakha pun mendekat dengan meluncur menggunakan kursi kerjanya. "Ada apa, Koh?""Kamu mulai kepincut Sofie?" bisik Felix yang membuat Rakha mengernyitkan dahinya. "Apaan kepincut?""Suka, kamu mulai suka Sofie?" tanya Felix lagi. "KOH! Pertanyaan macam apa itu?!" protes Rakha. Tetapi, rasa penasaran Felix membuatnya terus bertanya, "Tinggal jawab aja, sih?""Nggak lah! Mana berani!" sanggah Rakha dengan cepatnya. Tetapi telinga Sofie dan para desainer terlalu
Baca selengkapnya
Bab 23 Gerakan Pertama
Matahari mulai tenggelam, langit biru berganti dengan semburat jingga dan merah. Kepadatan lalulintas ibukota kembali bergeliat dengan kumpulan manusia yang berusaha kembali ke peraduannya.Tetapi, seperti biasa, hal tersebut tidak terjadi pada staf Chokusen yang masih sibuk di depan layar komputernya masing-masing. Begitu juga dengan Sofie yang masih berjibaku dengan rancangan proyeknya. Melihat Sofie yang sangat fokus pada pekerjaannya, membuat Rakha berinisiatif untuk membawakan kopi dan panganan kecil, yang selalu tersedia di snack area di dekat pantry."Mbak, istirahat sebentar, minum dulu.""Hmm makasih, taruh aja di meja," ucap Sofie tanpa sedikitpun melihat ke arah Rakha ataupun yang dibawakannya.Rakha pun mendengus kasar dan berucap, "Kopinya kalau dingin, nggak enak. Ini sandwich croissant juga segera dimakan, jangan dianggurin kayak aku."Dengan memutar kursinya ke arah Rakha, Sophie merespon, "Trus kamu maunya diapain? Kalau nggak mau dianggurin, apakah kamu mau diapelin?
Baca selengkapnya
Bab 24 Let Me Heal Your Heart, Mbak
"Why?" tanya Rakha dengan penuh keseriusan.Tanpa membuka matanya dan tetap dalam posisinya, Sofie menjawab, "I''m older ...""Itu nggak pernah menjadi masalah buatku, Mbak," potong Rakha."I'm not finished, just listen. I'm older and a widow with a son. Aku tahu, kamu tahu itu, but my life is not like what you think it is," ucap Sofie."Aku butuh laki-laki yang bisa menjadi apa yang aku butuhkan dan kamu masih terlalu muda untuk memahaminya.""Look, trauma itu akan selalu membekas di hati. Kamu nggak tahu seberapa besar luka yang Arga torehkan, luka itu sangat besar dan menganga, aku membutuhkan banyak waktu untuk menyembuhkannya.""Mbak, let me to help you. Let me heal your heart, just give me a chance," pinta Rakha dengan lembut dan dalam."Nggak Kha, my life sudah cukup complicated. Aku nggak mau menambah...""Aku tidak berniat menambah kehidupan Mbak menjadi lebih rumit. Mbak, aku sudah menaruh perhatian semenjak pertemuan kita di danau itu. I think you know it," potong Rakha yan
Baca selengkapnya
Bab 25 Hati yang Bergetar
"Why?" tanya Rakha dengan penuh keseriusan.Tanpa membuka matanya dan tetap dalam posisinya, Sofie menjawab, "I''m older ...""Itu nggak pernah menjadi masalah buatku, Mbak," potong Rakha."I'm not finished, just listen. I'm older and a widow with a son. Aku tahu, kamu tahu itu, but my life is not like what you think it is," ucap Sofie."Aku butuh laki-laki yang bisa menjadi apa yang aku butuhkan dan kamu masih terlalu muda untuk memahaminya.""Look, trauma itu akan selalu membekas di hati. Kamu nggak tahu seberapa besar luka yang Arga torehkan, luka itu sangat besar dan menganga, aku membutuhkan banyak waktu untuk menyembuhkannya.""Mbak, let me to help you. Let me heal your heart, just give me a chance," pinta Rakha dengan lembut dan dalam."Nggak Kha, my life sudah cukup complicated. Aku nggak mau menambah...""Aku tidak berniat menambah kehidupan Mbak menjadi lebih rumit. Mbak, aku sudah menaruh perhatian semenjak pertemuan kita di danau itu. I think you know it," potong Rakha yan
Baca selengkapnya
Bab 26 Rakha The Driver
Gimana ini?! Aku harus tidur! gumam Rakha.Ia pun mengambil salah satu buku ensiklopedia yang terletak di rak buku di samping tempat tidurnya."Semoga kamu menjadi obat tidur yang paling ampuh!" serunya dan benar saja, tidak membutuhkan waktu lama, Rakha akhirnya terlelap.Mimpi indah yang diinginkan oleh Rakha ternyata tidak berbuah manis, karena di dalam bunga tidurnya, ia harus bertarung dengan pria-pria berjas hitam dan bukan itu saja, ia harus mengalami penyekapan di dalam sebuah gudang yang gelap."Tasukete!" teriak Rakha untuk meminta tolong berulang-ulang.Tetapi, teriakannya selalu menghilang terbawa angin. Hingga muncul seorang pria yang serupa dengannya dan mulai berbicara dalam bahasa Jepang, "Sampai kapan kamu bersembunyi? Oh salah, maksudnya sampai kapan kamu akan menyembunyikan aku?"Dengan mata tajam dan intonasi yang dalam, Rakha pun menjawabnya, "Kita berdua sudah tahu, kapan saatnya kamu akan keluar. Tunggu saja, saat itu akan tiba. Kamu hanya harus bersabar.""Hmm
Baca selengkapnya
Bab 27 Siapakah Rakha?
Sepotong croissant dengan segelas capuccino panas, telah tersaji di depan Sofie, tetapi ia belum menyentuhnya sedikitpun. Sementara, Rakha tengah asyik menyeruput espreso panasnya sambil melirik ke arah Sofie, yang memandang tajam ke arahnya."Mbak, jangan ngeliatin aku begitu, nanti bisa bikin aku lama-lama jadi suka," canda Rakha."Eh bukan, kalau suka itu sih sudah dari awal, tapi takutnya jadi jatuh ...""Kalau jatuh, ya berdiri lagi," potong Sofie dengan nada dingin."Kha, jujurly, aku nggak ngerti sama kamu, eh bukan tapi kamu tuh seperti kotak misteri, yang selalu ada kejutan di setiap kotak itu terbuka," lanjut Sofie."Hmm aku nggak ...""But I don't like surprise, Kha.""Kha, tadi malam aku bermimpi dan seingatku mimpinya nggak enak.""Mimpi apa, Mbak?" tanya Rakha."Entahlah, yang jelas aku seperti sedang diinterogasi dan ini semua berhubungan dengan kamu," jawab Sofie.Rakha pun mengernyitkan dahinya dan menajamkan pandangannya, lalu bertanya, "Berhubungan dengan aku? Tenta
Baca selengkapnya
Bab 28 Mencoba Mengulik Tentang Rakha
Matahari mulai meredup, semburat jingga di lembayung senja, menenangkan hati bagi penikmatnya. Tetapi sedikit berbeda dengan suasana di divisi desain Chokusen, yang sepertinya belum menunjukkan akan berakhirnya masa kerja mereka hari itu.Sofie masih berjibaku dengan deadline proyek Mitsuno, yang harus ia selesaikan dalam waktu kurang dari sepuluh hari untuk presentasi awal. Ia pun mengalami leher yang kaku, setelah berjam-jam menatap layar komputernya.Ia pun melemaskan otot-otot lehernya dengan menggerakkannya ke segala arah dan tiba-tiba, ia merasakan ada sebuah benda hangat di pundaknya. "Eh, apa ini?" tanya Sofie sambil menarik sebuah penghangat silikon seukuran telapak tangannya."Pakai aja, Mbak. Sekalian istirahat sebentar, ini kopi sama sandwich," ucap Rakha yang tiba-tiba muncul."Eh, makasih Kha. It's very nice of you," sahut Sofie dengan tersenyum.Setelah Rakha kembali ke mejanya, Sofie pun mengajaknya berbincang."Kha, nggak sekalian makan?""Sudah Mbak, silakan aja," ja
Baca selengkapnya
Bab 29 Menyambut Kedatangan Haruka
Malam hari disaat Rakha bersiap untuk memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar suara dering gawainya. Ia pun bergegas mengangkatnya setelah membaca nama penelponnya."Rakhaaaa! I'm coming!" teriak seorang wanita dari ujung telepon."Onisan?! Eh itsu?" tanya Rakha."Tunggu aja, pokoknya nanti aku akan datang menemuimu secara tiba-tiba! Matte ne!" seru Haruka yang kemudian segera menutup sambungan teleponnya."Hee, chotto matte! Onisan?! Onisan!" panggil Rakha berulang."Nande kore? Kebiasaan banget! Tiba-tiba nelpon, tiba-tiba langsung dimatiin! Aah onisan, aitai!" seru Rakha.Kerinduan akan pertemuan dengan Haruka tiba-tiba menjalar di seluruh tubuhnya. Enam bulan sudah ia tidak bertemu dengan Haruka, saudara satu-satunya yang ia miliki.Tetapi, kedatangannya pun membuat Rakha harus mempersiapkan mentalnya karena Haruka bukanlah seorang kakak perempuan yang lembut baginya, melainkan sebaliknya.Ingatan betapa kerasnya Haruka, membuat Rakha memikirkan bagaimana cara agar ia selamat keti
Baca selengkapnya
Bab 30 Bertemu Haruka dan Kemunculan Ryuji
"Otouto!" panggil seorang wanita berhijab hitam, yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih kemerahan.Mata Rakha pun membesar, tak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya, sambil lirih bersuara, "Onisan?""Onisan! Arinai!" panggil Rakha dengan berteriak."Ta raa, surprise!" seru Haruka sambil memeluk Rakha dengan erat.Rakha yang masih tidak percaya akan kedatangan sang kakak, hanya dapat ternganga."Heh adik nggak sopan! Dipeluk sama kakaknya, malah matung!" protes Haruka."Eh gomennasai," ucap Rakha yang kemudian membalas pelukan Haruka."Nah, gitu dong adik manis!" "Onisan, stop memperlakukan aku seperti anak kecil," protes Rakha sambil melepaskan pelukannya."But you are my little otouto," sahut Haruka sambil mencubit kedua pipi Rakha.Sementara itu, Sofie menyaksikan adegan pertemuan Rakha dengan sang kakak sambil menyeruput kopi panasnya dan tersenyum geli.Tentu saja, Haruka memperhatikan keberadaan Sofie dan tanpa segan langsung menghampirinya dan mengajak b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status