All Chapters of Masak Daging Misterius: Chapter 21 - Chapter 30
100 Chapters
Batal Bertunangan
Satya tersentak setelah mendengar berita yang tersiar di televisi. Lelaki itu langsung melirik mesin pemutar waktu yang terletak tak jauh dari alat elektronik audio visual itu. Satya merasa bahwa dirinya masih sempat berkunjung ke rumah Widia saat itu juga karena belum terlalu larut malam. "Maaf, semuanya. Aku harus pergi," pamit Satya kepada orang-orang yang masih duduk di meja makan. "Satya! Kau ini nggak ada sopan-sopannya. Kita ini lagi bahas hal yang lebih penting dari pada berita itu!" cegah Mama Ami sambil ikut beranjak. Kelopak mata wanita itu terbuka lebar, ia begitu dibuat marah oleh putranya. Perempuan bernama Widia itu selalu menjadi pengacau bagi rencana Mama Ami. Terlebih membuat malu sampai ke ubun-ubun. "Maaf, Ma. Maaf ya, Tante, Om, Mita!" Satya melambaikan tangan sambil pergi terburu-buru meninggalkan mereka tanpa mendengar cekalan mamanya. "Astaga, anak itu. Dia benar-benar pergi." Mama Ami panik karena acara makan malamnya benar-benar kacau dengan akhir yang be
Read more
Terbebas Dari Satu Kasus
Namun, tatapan Widia memiliki arti lain terhadap Satya setelah menempelkan benda pipih itu pada indra pendengarannya. Widia berucap beberapa kata, tak lama dari itu Widia menutup telponnya. Ia bergegas melangkah ke dekat Satya. "Kenapa sih, Bang. Kamu bikin kecewa sahabatku, Mita? Bukannya kamu sering bilang kalo ada apa-apa, aku harus lapor sama kamu. Sekarang malam-malam gini kamu datang ke sini sampe ninggalin acara penting sama keluarga Mita? Aku kan gak lapor apa-apa sama kamu, Bang!" "Jadi, Mita cerita sama kamu?""Aku gak ngerti lagi gimana caranya buat kamu jauh-jauh dari kehidupanku, Bang?" "Udah tau kan, aku ini biang masalah. Sekarang, masih aja deket-deket," sambung Widia. "Wid, denger!" Satya menghentikan omelan Widia sambil memegangi kedua lengan wanita itu. "Apa, Bang? Gak usah pegang-pegang!" Widia melepaskan diri dari pria itu. "Oke, Dengar! Aku gak ada rasa sama Mita. Aku gak mau dijodohin sama dia. Lalu, kalo aku malah milih mengkhawatirkan kalian. Apa itu sal
Read more
Maafkan Aku
MDM 23"Kemana, Bu?" tanya seorang supir pribadi Mama Ami kepada wanita yang sudah duduk di belakang pengemudi. "Ikuti saja arahan saya!" Dengan berpakaian mantel hitam Mama Ami telah merias wajah dirinya dengan make up tegas yang dikombinasi oleh warna hitam pada bagian bibir, alis, hingga eye shadow supaya menambah kesan bengis dan ditakuti oleh targetnya. Mama Ami langsung mengarahkan seorang pria yang berpakaian dinas berwarna navy ke rumah Widia. Sekitar pukul 01.30 dini hari, Mama Ami start menuju kediaman Widia. Dulu, Mama Ami pernah menjemput Satya saat sedang bermain dengan almarhum Andy. Wanita itu bisa terbilang beberapa kali menjemput Satya dari sana. Tentu saja dia masih mengingat betul jalur ke rumah itu. Jalur pedesaan yang masih asri dengan lahan perkebunan bagi para petani di daerah setempat. Wanita itu memperhatikan area yang ia kira-kira itu lah tempat terjadinya bencana. Sebuah berita yang membuat Satya berani mengacaukan acara makan malamnya bersama tamu istime
Read more
Gertakan Mama Ami
"I-iya sebentar, Bu." Widia bergegas membuka pintu. Berdiri tegak seorang wanita dari kalangan orang berada di hadapan Widia. Belum apa-apa, wanita itu menatap tajam Widia, mulutnya sedikit bergerak karena beberapa kali rahang wanita itu mengetat karena emosi yang kian meletup-letup setelah melihat langsung wajah Widia. "A-ada apa, Bu?" "Ba, Bu, Ba, Bu! Jangan pura-pura gak tau ya kamu! Mana anak saya?" "Maksud, Ibu ... Bang Satya?""Ya iyaa! Tadi anak saya ke sini, kan?""I-iya, Bu," ucap Widia sambil sedikit menunduk karena panik melihat wajah bengis mamanya Satya. "Tapi, dia udah pulang, Bu." "Terus, kenapa dia belum juga pulang ke rumah saya?" "Saya benar-benar tidak tau, Bu. Maaf." "Heh, wanita ja*ang! Denger baik-baik ucapan saya! Jangan sampai kamu dekat-dekat lagi dengan anak saya! Kalau sampai saya melihat kalian berdua lagi, kau tanggung sendiri akibatnya! Saya tidak akan segan-segan memberimu pelajaran." "Ma, maksud Mama apa? Pelajaran seperti apa?" Dari belakang Ma
Read more
R.6 (Ruang 6)
"Bu, aku dapet kerjaan, Bu." Widia berteriak girang memburu sosok ibu yang masih berkutat dengan pekerjaannya. "Iya, kah?" "Iya, Bu. Sekarang juga, Widia disuruh langsung ke sana.""Wah, bagus dong. Kerja apa sih?" Tampak sedikit kerutan di dahi ibunya. "OG, Bu. Office Girl. Gampang kok, kerjanya. Kayak kita kerja di rumah aja. Cuma yang ini dapet bayaran." "Ya syukur lah," "Doain aku ya, Bu. Mudah-mudahan hari ini juga aku kerja." "Iya, Wid. Aamiin. Ibu juga mau musyawarah ini sama warga desa yang lain buat bicarain lahan yang kena imbas sama banjir bandang." "Bu, kalo bisa Ibu jangan ikut rapat, ah!" "Lho, kenapa? Lahan ibu kan termasuk paling luas di sana. Paling subur. Masa ibu gak hadir. Emangnya, kenapa, kok ibu jangan pergi." "Mm ...." Widia teringat dengan cemoohan yang ia dengar langsung sewaktu malam. Ia takut ibunya juga akan dapat cemoohan yang sama."Mm, maksud aku ibu suruh aja pekerja lahan ibu, nanti kalo ibu ikut rapat, bisa-bisa ibu sesak nafas lagi. Ibu pal
Read more
Kode SOS
Niat Widia yang semula ingin melarikan diri dari ruangan itu terhenti setelah tangan kekar menariknya masuk ke dalam ruangan berpetak berukuran 5 x 5 m². Kini, wanita itu sudah berada di dalam ruangan bersama seorang pria berpakaian formal. Celana bahan, dan kemeja abu yang dilapisi jas berwarna navy. "Silakan duduk," pinta pria itu sambil terlebih dahulu duduk di kursinya. Widia memindai ruangan tersebut. "Maaf, Pak. Kenapa tadi anda menarik saya ke sini? Ruangan yang harus saya tuju adalah ruangan enam." Widia enggan menuruti titah pria itu. Ia masih berdiri sambil mencari kesempatan untuk pergi dari tempat itu. "Tidak apa-apa, santai saja. Kami masih berkolaborasi, kok. Kamu bisa masuk ke ruangan mana saja. Mungkin, interview di ruangan enam masih belum selesai. Ayok, duduk, santai saja!" Pria yang duduk bersandar itu menatap Widia dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Meskipun penampilan Widia begitu sederhana, namun tetap saja Widia terlihat begitu menawan. Dari sana, wanita
Read more
Seorang Pembunuh Bayaran
Widia masih memeras otaknya untuk bisa melakukan sesuatu, ingin sekali ia berteriak kepada pria yang masih berkendara sejajar dengan mobil penculik. Widia dapat melihat raut cemas pada wajah Satya meski terhalang helm hitam. Detik selanjutnya mobil mercedes hitam itu melesat meninggalkan motor Satya. Widia memejamkan kedua matanya karena laju mobil begitu cepat, ternyata supir itu memilih jalur tol. Hanya ada satu cara, yaitu share lokasi. Sedari tadi pria yang membungkam mulut Widia tak sadar jika Widia masih memiliki upaya untuk itu. Widia mencari cara supaya ia bisa menghubungi Satya. Sementara ponselnya Widia terlempar dan kini berada di bawah kolong kursi jok mobil yaang ia tumpangi."Aku hanya perlu menunggu pria ini lengah," gumamnya dalam hati. Pria jahat di samping Widia sudah mulai memainkan tangan-tangan nakalnya. Ia membelai rambut Widia serta menciumi pipi dekat telinga. Widia terus berontak, sampai sengaja menyundul pria itu dengan dahinya sampai pria itu terjungkal k
Read more
Pertemuan Tak Disengaja
Satya mengehela napas panjang. "Oke, sudah lama juga aku tidak menghajar orang." Satya menekan sendi-sendi pada 10 jarinya dan melangkah tegas tanpa menunggu penampakan mereka. Rahangnya mulai mengetat, emosi dalam dirinya tak akan pernah padam sebelum pria itu memberi ganjaran yang setimpal seperti yang telah mereka lakukan kepada wanita tercintanya. Akhirnya, mereka berpapasan. Tiga orang pria bertubuh besar itu tersentak kaget mendapati Satya berdiri tak jauh dari kamar kedua di lantai tersebut, yakni tempat tawanan sang majikan disekap. "Siapa kamu? Sejak kapan kamu di sini?" bentak salah satu dari mereka sambil menatap ke arah Satya. Tubuh atletis Satya sempat mengecohkan mereka. Sementara Satya semakin sengaja memperlihatkan otot dengan membuka kemejanya. Dengan hanya mengenakan kaos dalam saja, otot-otot Satya mulai terlihat, urat-urat yang berwarna kebiruan tampak di balik kulitnya semakin menambah kharisma pria kuat."Dia mau bawa cewe itu kabur...wow kayanya dia bukan pria
Read more
Panggil Gua, Dex!
"Hebat kalian ... dalam kondisi gua sekarang kalian malah asik-asikan berkencan. Benar-benar istri kurang ajar! Lihat saja, gua akan beri perhitungan buat kalian!" gumam Danu di dalam hatinya. Rahangnya mengetat, sorot matanya tajam, ia tak memalingkan pandangan barang sebentar pun dari wanita yang pernah menjadi teman hidupnya itu. Danu masih teringat bagaimana persaingan ketatnya dahulu antara dirinya dengan pria yang kini membonceng istrinya itu. Bagaimana sulitnya ia berpura-pura menjadi orang baik demi mendapatkan perhatian dari sang kembang desa serta mengejar mati-matian restu dari ibundanya itu. Kini, semua bagaikan angin lalu yang tak pernah lagi kembali kepadanya. Semuanya direnggut oleh keegoan dan sifat tempramen yang tak pernah mampu ia sembunyikan dari istrinya. Sampai lambat laun, istrinya menyadari bahwa Danu sudah bukan pria hebat yang ia banggakan lagi. Bahkan, mungkin sekarang perasaan cintanya sudah kian terkikis dan tak tersisa lagi. Danu membuang nafas kasar.
Read more
Banyang-Bayangnya Menghantui
"Kita mampir dulu ke apotek ya." Satya menghentikan laju kendaraannya di depan apotik besar yang buka 24 jam.Widia turun dan menunggunya dengan tangan menopang pada jok motor. Kakinya terasa lemas, sementara perutnya terdengar bunyi keroncongan. Rasa sakit dibagian pergelangan kaki dan tangan pun kemudian mengecohkan pandangannya. Sehingga rasa lapar dan dahaganya hilang dalam sekejap. Widia terus memperhatikan luka lecet yang semakin memerah. Tak lama kemudian, Satya keluar dari toko obat tersebut."Ayok," ajak Satya. Pria berparas rupawan itu terengah karena sedari tadi ia tampak tergesa. "Nitip ini, ya." Pria itu juga memberikan satu kantong plastik kecil berwarna putih transaparan. Entah obat apa itu. Widia naik kembali ke posisi semula. Siap dibonceng lagi. Selain merasakan perih di pergelangan, sedari tadi wanita itu terus memikirkan Danu. Pria yang ia temui di antrian lampu merah. Ketakutan akan ancaman pria narapidana itu begitu mengganggu pikirannya. "Pegangan ya, sekarang
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status