Semua Bab Malam Terlarang Bersama Paman: Bab 31 - Bab 40
99 Bab
31. GROUNDBREAKING
“Bagaimana, Pak? Apakah Bapak mengizinkan?” tanya Nada pada atasannya.Setelah kemarin Adrian meminta Nada untuk ikut dalam perjalanan dinas ke Kalimantan, Nada berpikir semalaman. Dia mencoba untuk meneguhkan hatinya. Akhirnya, Nada pun bertekad bulat, kali ini dia akan hadir dalam acara perusahaannya.Darell hanya menarik napas, lalu dia menarik gagang telepon di atas meja kerjanya. Jari telunjuk Darell langsung menekan tombol nomor 2 pada deretan angka pada telepon kantornya.“Nicko, bisakah kamu datang ke ruangan saya?” tanya Darell.Iris mata Nada masih menatap pada atasannya, terlihat Darell mengangguk dan langsung menutup panggilan tersebut. Suasana di sana hening untuk beberapa saat, sampai akhirnya Nicko datang ke ruang kerja Darell.“Permisi, ada apa, Pak?” tanya Nicko saat dirinya tiba di sana.“Nada meminta izin cuti hari Kamis dan Jumat. Apa kamu bisa mengurus pekerjaannya selama dia tidak ada?” Darell balik bertanya. Bisa dibilang Nicko adalah orang kepercayaan Darell.M
Baca selengkapnya
32. VACATION
Nada tentu mengenal pria tua yang baru saja menyapanya. Dia adalah Calvin Winata salah satu komisaris di perusahaan Victory Grup. Selain itu beliau juga adalah junior dari kakeknya. Nada masih ingat cerita ayahnya, kalau Calvin ini—bisa dibilang orang kedua di Victory. Karena Calvin adalah orang yang membantu kakeknya ketika sedang merintis hotel pertama kali.Mendapat sapaan dari pria yang memiliki pengaruh atas perkembangan Victory, membuat Nada menarik kedua bibirnya ke atas.“Kabarku baik, Pak Calvin. Bagaimana dengan Anda?” tanya Nada.Calvin mengangguk seraya membalas senyuman Nada, “Kabarku juga baik.” Kemudian mata Calvin melirik ke arah anak laki-laki yang sedang memakai sepatunya, “itu siapa?” tanyanya.Tentu pertanyaan dari Calvin barusan membuat wajah Nada dan Adrian menegang. Nada melirik ke arah Deven, wajah polos anak itu membuat Nada tak tega untuk membuat beribu kebohongan pada orang lain.“Itu se—”“Anak saya, Pak!” Nada menyela ucapan Adrian. Dia sudah menduga Adria
Baca selengkapnya
33. MENYELAM
Adrian baru saja merapikan barangnya, lalu segera mengganti pakaian dengan stelan pantai. Dia kini mengenakan kaos berwarna putih, lalu dia kembali memakai kemeja pantai berwarna cerah dan bercorak, sebagai outer. Tak lupa dengan celana selutut.Di luar sana, Adrian melihat sosok Nada yang sedang berada di pantai. Terlihat Deven melompat kegirangan dan itu membuat Adrian tersenyum simpul. Kemudian dia pun keluar dari kamarnya, dan segera menghampiri mereka.“Cantik sekali,” gumam Adrian.Mata hitamnya itu kini menangkap sebuah objek yang sudah lama tidak ia lihat. Wajah samping Nada yang terlihat sangat cantik dan dewasa. Selain itu Adrian mendapatkan sebuah momen langka, setelah enam tahun berlalu. Dia melihat Nada tertawa dan tersenyum lepas. Hal itu kembali membuat hatinya menghangat.“Nada, Deven!” seru Adrian, yang kemudian melangkah mendekat ke arah mereka berdua.Sontak sang pemilik nama langsung menoleh ke arah Adria
Baca selengkapnya
34. JAMUAN MAKAN MALAM
Telinga Adrian menangkap suara Nada yang terdengar meminta tolong. Dengan cepat, Adrian berbalik dan melihat kalau Nada sudah terhuyung dan hanyut terSERET ombak.“Nada!” seru Adrian, dia langsung berlari kembali pada Nada.“Mama!” Sang anak tak kalah khawatir, karena dengan jelas melihat ibunya hanyut. Dia pun ikut berlari.“Deven, kamu diam di sana!” perintah Adrian dengan tatapan yang tajam. Seketika Deven menghentikkan langkahnya. Air mata anak itu kini mulai menggenang dan lolos membasahi pipinya.Adrian berlari sekuat yang dia bisa. Kini jaraknya sudah dekat dengan Nada. Dia bisa melihat keponakannya yang tidak berdaya . Dengan secepat kilat Adrian meraih tangan Nada dan menarik dia kepelukannya.Ternyata Nada sudah tidak sadarkan diri. Maka dengan menahan rasa panik, Adrian mencoba menggendong Nada menuju ke tepian. Kemudian dia membaringkan Nada di sana.“Nada, bangun!” panggil Adrian sambil menepuk pipi keponakannya.Kini beberapa orang di pantai itu mendekat ke arah Nada dan
Baca selengkapnya
35. KARMA
Adrian sudah merasa tidak nyaman. Walau katanya aroma dari bau buah durian di daerah ini tidak terlalu menyengat. Namun, bagi Adrian semua bau si raja buah sama saja. Dengan hanya menghirup aromanya saja reaksi alergi akan muncul, apalagi jika Adrian sampai memakannya.“Pak Levi, mohon maaf, sepertinya saya harus kembali ke kamar,” kata Adrian berpamitan. Kepalanya limbung dan beberapa bagian tubuhnya sudah terasa gatal.“Oh, silakan. Selamat beristirahat, Mas,” balas Levi.Adrian pun langsung bangkit dengan sisa tenaga yang dimilikinya. Dia harus segera sampai ke kamar dan segera meminum obat agar alerginya tidak semakin parah. Ya, Adrian alergi dengan buah durian. Aroma dan rasanya yang menyengat, membuat tubuhnya tidak bisa mentoleransi hal tersebut.Saat Adrian berjalan di tengah pandangan yang mulai mengabur, Adrian bisa melihat dengan jelas sosok Nada yang berlari ke arahnya.“Nada,” ucap Adrian dengan suara yang sangat serak. Tenggorokannya kini terasa kering dan seolah terceki
Baca selengkapnya
36. TOLONG BANTU JODOHKAN MAMA
“Selama kami tinggal di Amerika, Mama sibuk bekerja. Terkadang aku selalu merasa kesepian, karena setiap hari harus menghabiskan waktu dengan Mbak Ratna. Namun begitu, Mama selalu menyempatkan waktunya di akhir pekan untuk bersamaku.”Deven mulai menceritakan bagaimana ibunya. Sedangkan Adrian mendengarkan dengan saksama.“Aku tahu kalau Mama itu sangat sayang padaku. Walau dia sibuk bekerja, tapi Mama selalu menomorsatukan aku. Mama juga sebenarnya tidak pernah marah. Mama sering marah itu ketika di sini, Om,” terang Deven.“Mamamu memang orang yang baik, Dev. Lembut dan penuh perhatian.” Adrian pun menimpal, “biasanya kalau mamamu sedang marah, hal itu tidak akan berlangsung lama,” imbuhnya.Deven mengangguk, “Tapi terkadang aku kasihan pada mama. Aku tahu mama selalu menyembunyikan rasa sedihnya. Mungkin mama tidak ingin aku melihatnya menangis.”“Memangnya mamamu sering menangis?” tanya Adrian lagi.“Terkadang mama menangis setiap malam. Apalagi saat berada di sini, aku merasa mam
Baca selengkapnya
37. TIDAK INGIN KEHILANGAN
Sudah beberapa hari ini Nicko berusaha menghindar dari Nada. Percakapan antara Nada dan Elaine masih membekas di dalam pikirannya. Apakah Nicko masih memiliki cinta sepihak, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu?Lamunannya buyar, ketika seseorang tiba-tiba datang menghampiri meja kerjanya. Seketika Nicko tersentak saat mengetahui bahwa Nada lah yang kini ada di hadapannta“Pak Nicko. Ini berkas yang tadi,” kata Nada sembari meyodorkan sebuah dokumen pada Nicko.“Oh, iya.”Nicko langsung menerima dokumen tersebut, lalu dia kembali fokus pada layar komputer. Akan tetapi, sesuatu mengusik pikirannya, karena Nada tidak kunjung pergi dari hadapannya. “Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Nicko pada Nada.“Tidak, tapi aku hanya ingin bertanya. Apa nanti malam kamu senggang? Aku ingin mengajakmu makan malam,” jawab Nada.Biasanya Nicko akan merasa senang jika Nada mengajaknya jalan. Hany
Baca selengkapnya
38. KURANGMU ITU BANYAK
Adrian sedang membaca laporan dari masing-masing departemen di perusahaannya. Sebelum nantinya dia akan melakukan rapat dengan para staff.Di saat Adrian sedang fokus dengan hal itu. Tiba-tiba saja pintu ruangannya di ketuk dua kali. Adrian mendengar, tapi dia tak ingin diganggu terlebih dahulu. Sampai pada akhirnya orang di balik pintu itu tak sabar dan memaksa masuk.“Mas, kenapa lama sekali, sih? Apa kamu tidak mendengar kalau sekretarismu itu mengetuk pintu berkali-kali?” ucap seorang perempuan yang ternyata itu adalah Sindy.Mendengar suara khas milik kekasihnya, Adrian sontak menoleh. Dia melihat Vivian berdiri di ambang pintu, sedangkan Sindy sudah masuk dan duduk di sofa ruang kerjanya.“Maaf, Pak, saya permisi,” kata Vivian, terlihat perempuan itu merasa tidak enak hati. Adrian hanya mengangguk, dan mempersilakan Vivian pergi.“Kamu sedang apa? Sesibuk itu, kah? Dua kali aku telepon dan selalu kamu abaikan. Terus sekarang, aku sudah ada di sini pun kamu masih mengabaikanku?”
Baca selengkapnya
39. HANYA UMPAN
Penolakan dan ancaman Eva barusan sudah merupakan ultimatum yang tidak dapat diganggu gugat. Sindy sudah memohon, bahkan sambil bersimpuh, tapi restu tak kunjung didapat. Malas dengan situasi ini, Sindy meminta Adrian untuk segera meninggalkan tempat tersebut. “Om tunggu!” seru Nada pada pamannya yang hendak pergi, “ada yang perlu kita bicarakan sebentar!” Namun, Sindy langsung melingkarkan tangan pada lengan Adrian.“Aku mohon, sebentar saja. Aku janji tidak akan lama.” Melihat Sindy seolah menahan Adrian untuk tidak berbicara dengannya, Nada pun meminta dengan cara memohon. “Sebentar, Sin, aku harus berbicara dengan Nada.” Adrian melepaskan tangan Sindy.“Oh, jadi kamu lebih memilih Nada?” sentak Sindy yang mendadak kesal. Adrian mendesah, ketika mendapatkan tuduhan seperti itu, “Apa lagi, Sin? Nada hanya ingin bicara sebentar.” Mata Sindy memicing menatap Adrian, “Tidak aku izinkan. Aku tahu pasti keponakanmu itu akan menghasutmu. Dia pasti ada di kubu ibumu!”“Sindy, jangan
Baca selengkapnya
40. GANTI RUGI
Tekad Adrian sudah bulat, dia benar-benar meninggalkan Sindy. Semua hal yang sudah dipesan untuk acara pernikahannya, kini Adrian batalkan. Tak hanya itu Adrian pun menghubungi Titan dan meminta maaf pada pria tua itu. Dan, tentu saja Adrian mendapat hujatan dan makian dari ayah Sindy.“Masalah dengan Sindy selesai. Dan sekarang aku tinggal fokus dengan pekerjaanku!” gumam Adrian.Saat Adrian sedang fokus dengan dokumen yang sudah menumpuk di mejanya. Tiba-tiba saja pintu ruangannya di ketuk dua kali.“Masuk!” perintah Adrian.Tak lama kemudian Vivian pun masuk dengan sebuah dokumen—baru—di tangannya.“Pak, kita mendapatkan surat balasan dari pihak PH dan management Mbak Sindy,” kata Vivian memberikan dokumen tersebut pada Adrian.Adrian menerima dan langsung membacanya.“Apa-apaan orang gila ini!” pekik Adrian yang terkejut dengan surat balasan dari pihak Sindy.Vivian yang sudah membaca surat tersebut gelagapan. Dia juga tidak menyangka kalau pihak Sindy meminta ganti rugi sebanyak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status