Lahat ng Kabanata ng Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan: Kabanata 31 - Kabanata 40
81 Kabanata
Pertanyaan Sederhana
Tidak mudah bagi Ivy untuk sekadar mengenyam pendidikan. Setiap pagi, dia harus pintar-pintar memilih waktu untuk menghilang. Jika Lake tahu kalau Ivy hendak pergi, bocah itu akan tantrum. Sepulang dari kampus, Ivy harus turun dari halte bus lebih dahulu daripada Charlotte. Karena Ivy harus membeli cake buah kesukaan Lake, sebagai permintaan maaf.Ivy kembali menunggu bus rute terakhir menuju jalan raya sebelum mansion milik Jacob. Senyumnya mengembang sepanjang berjalan kaki memasuki komplek mansion itu. Benar saja, Lake sudah menunggu kepulangan Ivy dengan wajah yang ditekuk masam. Ivy mengulum senyum. Di satu sisi, dia merasa dirindukan. Walau di sisi lain, ada rasa takut memantik kecemburuan Marion."Hai, Lake. Maaf, aku pulang terlambat." Ivy meletakkan kotak kue di atas meja.Lake duduk di sofa di ruang tamu. Bocah tampan itu sempat melirik sepintas ke arah kotak kue yang diletakkan Ivy."Ayo, kita makan kue. Ini kue buah kesukaanmu. Dengan buah strawberry dan kiwi." Ivy menco
Magbasa pa
Terlambat ke Kampus
Cukup sulit bagi Ivy untuk membujuk Lake ketika hendak pergi kuliah. Karena Jacob dan Marion tidak pulang, Ivy dipaksa untuk tidur di kamar Lake.Bocah tampan itu menatap sendu. Matanya bengkak karena terus menangis. Ivy sudah kehabisan akal untuk membujuknya. "Sayang, jangan menangis lagi. Matamu sudah sebesar bola pingpong." Ivy mengusap wajah tampan itu. "Aku sudah membuatkan roti isi daging untukmu. Ada sosis juga di dalamnya."Charlotte sudah berangkat lebih dahulu karena Ivy yang memintanya. Ivy tak enak hati kalau temannya itu sampai datang terlambat ke kampus. "Aku tidak lapar, Bibi. Aku mau ditemani bermain." Lake menatap dengan berlinang air mata.Ivy menghela napas panjang. Tidak tega melihat bocah tampan itu terus menangis. "Ya sudah, aku tidak akan pergi kuliah hari ini. Tapi janji, jangan menangis lagi dan sarapan dahulu."Ajaib. Lake langsung menghapus air matanya, lalu tersenyum lebar. "Aku mau disuapi."Ivy mengacak rambut bocah itu sambil tertawa kecil. "Kau memang
Magbasa pa
Lelaki Menyebalkan
Mata sebiru lautan itu menatap tajam pada gadis yang terus saja menundukkan pandangan. Ada debar yang terasa aneh ketika mengingat bagaimana semesta pertama kali mempertemukan keduanya.'Sebenarnya siapa gadis ini? Dahulu, aku melihatnya di acara bayinya Jacob. Sekarang dia malah menjadi mahasiswi di kampus milik keluarga Alexavier.' Ocean masih terus menatap dengan tanya yang tak berkesudahan.Tak tahan dengan keheningan di antara keduanya, Ocean berdeham. "Siapa namamu?""Ivy Aurora, Tuan," jawab Ivy tanpa mengangkat wajah.Sesaat, Ocean terpana mendengar nama sebenarnya si gadis seratus dollar. 'Namanya secantik rupanya.' Tanpa bisa dicegah, batin Ocean memuji. Kenangan tentang malam paling indah dalam hidupnya kembali muncul di pelupuk mata."Apa kau hanya berstatus sebagai mahasiswi saja?" Ocean kembali melontarkan pertanyaan.Ivy merasa heran dengan pertanyaan itu. Namun, dia tetap harus menjawabnya, kan? "Saya ... bekerja sebagai baby sitter."Ocean diam. Begitu banyak yang
Magbasa pa
Sebuah Ancaman
Ivy sudah biasa mendapatkan tatapan sinis, meremehkan juga cemooh dari orang lain. Hanya saja, tuduhan merebut calon suami orang, itu sungguh tak masuk akal.Ivy masih cukup waras untuk mengingat kalau calon suaminya yang pernah direbut oleh adik tirinya. Lalu setelah itu, Ivy tak pernah sekali pun terlibat hubungan asmara dengan laki-laki lain.Charlotte yang kembali keluar dari kantin karena menyadari Ivy tak ada di sebelahnya, pun mengernyitkan dahi. Apalagi menimbang sosok wanita nyaris sempurna yang ada di depan mereka. Harum parfum yang mengesankan mewah juga seksi itu saja tak akan mampu menandingi aroma Ivy. Apalagi setelah harus berlarian di area kampus. Bukan tubuh Ivy berbau tak sedap, tetapi tidak harum saja."Aku tak menyangka kalau gadis seperti ini, punya tingkat kepercayaan diri terlalu tinggi untuk menggoda calon suamiku." "Maaf, Nona. Apa Anda tidak salah mengenali orang?" Charlotte menatap bingung.Wanita cantik berkuku lentik itu menatap tajam, bergantian antara
Magbasa pa
Sebuah Penawaran
Ivy hanya bisa pasrah ketika petinggi kampus itu memerintahkannya untuk masuk ke mobil. Apalagi ketika melihat tatapan mata Charlotte yang kebingungan.Sudah pasti rekan kerjanya itu akan diberi banyak pertanyaan kenapa Ivy tidak pulang sesuai jadwal. Dan Ivy hanya bisa mengucap kata maaf ke Charlotte tanpa suara.Mobil masih belum melaju. Ivy menoleh dengan tatapan penuh tanya. "Ck! Merepotkan saja!" Ocean lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Ivy.Sepotong ingatan muncul ketika Ocean mendekat persis di depan tubuh Ivy. Aroma parfum itu membuat Ivy seperti terlempar pada adegan panas dari masa lalunya yang kelam."Kau sangat mempesona, Sayang."Sekujur tubuh Ivy terasa membeku. Kalimat itu terngiang-ngiang di telinganya. Ivy bahkan kesusahan, walau hanya untuk sekadar menelan ludah. Ocean memang tidak melampaui batas. Ia hanya memasangkan sabuk pengaman saja. Walau ketika melihat wajah Ivy, ada keinginan lain yang muncul. Bibir milik Ivy tampak menggoda untuk dikecup.'Jangan gila, O
Magbasa pa
Sepotong Ingatan
Ivy menolak dengan tegas. Bukan masalah gaji semata. Akan tetapi, dia sudah terlanjur terikat dan sayang ke Lake. Apalagi sekarang, yang diasuhnya sejak bayi merah itu, mulai posesif. Ivy pulang sangat terlambat saja, Lake yang menyambut dengan wajah ditekuk masam.Untung saja, Ivy sudah membeli kue jahe kesukaan Lake. Sehingga aksi merajuk dan protes itu tidak bertahan lama. Hanya Ivy yang mampu meredam semua kekesalan Lake.Sayangnya, hal itu tidak berlaku ke Jacob. Majikannya itu menatap tajam. "Bawa Lake ke ruang bermain. Minta Charlotte menemani. Lalu kau ke ruanganku.""Ba-baik, Tuan." Cepat-cepat Ivy membawa Lake ke ruang bermain. Lalu menuruti perintah majikannya itu.Tergopoh-gopoh Ivy mencari Charlotte dan menjelaskan secara singkat. Jemari tangannya gemetar ketika sudah berada di depan ruang kerja Jacob. Tuannya yang baik hati itu, apakah akan memberi hukuman karena Ivy sangat terlambat kembali dari kampus, hari ini?Ivy mengetuk pintu dengan sisa-sisa keberanian yang sus
Magbasa pa
Rindu Lake
Ivy tak habis pikir. Bagaimana mungkin petinggi kampus itu yang sudah menghabiskan malam bersamanya? Lelaki itu tampak sangat sombong. Berbeda dengan malam saat semuanya terjadi. Lelaki yang ada bersamanya cukup lembut dan hangat. 'Kenapa kepalaku sakit setiap kali mencoba untuk mengingat seperti apa kejadian malam itu? Aku hanya ingat beberapa hal saja. Seperti kepingan puzzle.' Ivy mengaduk-aduk minuman di gelas.Ivy masih sibuk dengan upayanya mengingat semua yang terjadi di malam itu. 'Aku hanya ingat tatonya saja. Tak mungkin memaksa lelaki itu buka baju, kan?'Charlotte mengernyit. "Kau kenapa?"Ivy tergagap. "Hah? Kenapa?"Gadis yang menjadi sahabatnya itu malah tersenyum masam. "Kau sudah terkena sihir si Tampan itu, ya?"Ivy langsung mendengkus keras. "Jangan mulai! Kau tak sadar kita sedang ada di mana? Mau di-bully?"Charlotte malah terkikik pelan. "Tapi akui saja. Sejak awal mata kuliah, kau tak begitu fokus. Apa wajah tampan itu menari-nari di pelupuk matamu, Nona Ivy?"
Magbasa pa
Dipecat
Jacob membawa pergi Lake dan Marion. Ada urusan pekerjaan yang ditugaskan Kakek Alexavier. Hidup Ivy benar-benar hampa. Gadis itu sering kedapatan melamun di depan kamar Lake. Tak hanya itu, Ivy sampai membawa selimut bayi yang masih dipakai Lake sampai sekarang, ke kamarnya. Hanya bermodalkan selimut bayi itu, Ivy bisa sejenak memejamkan mata. Walau di tengah malam, Ivy bisa sesekali tersentak, mencari keberadaan Lake. Setiap hari, Ivy menatap hampa ke arah ponsel. Berharap ada panggilan masuk atau video call dari Lake, si Tuan Muda kesayangannya itu. Sayangnya, nihil. Ivy rindu. Bahkan lebih parah ketimbang dahulu dia pernah berjauhan dengan mantan pacar. Charlotte sampai tak tega melihat lingkar hitam di bawah mata Ivy."Kau tidak bisa tidur nyenyak lagi?" Charlotte mencangklong ranselnya. "Begitulah. Aku selalu tersentak dan mencari keberadaan Lake. Astaga, Charlotte, kapan mereka pulang?" Ivy nyaris menangis.Charlotte mengedikkan bahu, sambil menatap iba. Jacob tidak mengat
Magbasa pa
Mau ke Mana
Ivy sudah selesai mengepak barang pribadinya. Tidak banyak. Hanya satu koper penuh. Karena dia bukan tipe orang yang gemar mengoleksi sesuatu. Ivy yang sudah terbiasa hidup prihatin lebih pintar menyimpan uang ketimbang dahulu. Charlotte menghapus air mata. "Rasanya seperti mimpi."Ivy mengusap lembut seprai yang terpasang rapi. "Di kamar ini banyak sekali kenangan manis. Aku sering diam-diam membawa Lake tidur di sini. Apalagi saat dia masih bayi merah.""Kau Ibu yang baik, Ivy. Bukan salahmu kalau bayi dalam kandungan tidak bisa diselamatkan." Charlotte menggenggam jemari Ivy."Ya. Kau benar. Kalau dia hidup, pasti akan sangat tersiksa karena kondisi kami saat itu." Ivy sudah lama mengikhlaskan kepergian bayinya. Mungkin juga karena ada Lake di sisinya. Ada perasaan yang tak bisa Ivy terjemahkan saat pertama kali memeluk dan menyusui Lake. Seperti bayinya hidup kembali. "Aku ... patah hati, Charlotte," keluh Ivy di antara lelehan air matanya.Charlotte memeluk Ivy. "Oh, Sayang. A
Magbasa pa
Penthouse Milik Ocean
Ocean menyalakan pemanas ruangan. Setelah melakukan itu, ia menoleh ke arah Ivy yang masih berdiri bingung di area foyer. "Masuklah. Atau aku perlu menggendongmu?"Ivy tersentak lalu memasang wajah masam. "Aku ... kenapa Tuan membawaku ke sini?""Karena kau akan tinggal di sini." Ocean berjalan ke arah kitchen island sambil menggulung lengan kemejanya. Dengan cekatan lelaki bermata sebiru lautan itu membuat dua cangkir teh. Lalu dibawanya kembali ke ruang tamu. Ada senyum tipis yang disembunyikannya karena berhasil memboyong pulang si gadis seratus dollar.Tidak mudah bagi Ocean untuk membujuk Jacob. Karena selama ini hubungan di antara keduanya bisa dikatakan tidak begitu akrab, Ocean terpaksa menggunakan metode lain agar niatnya terlaksana."Minumlah. Aku pikir sepertinya kau cukup lama berada di halte dalam kondisi kedinginan." Ivy melepas jas yang dipinjamkan Ocean. "Jasnya biar aku cuci saja, Tuan."Alis mata Ocean naik sebelah. "Tak perlu. Aku punya pelayan khusus yang menguru
Magbasa pa
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status