Semua Bab Anak Sang Mafia yang Dirahasiakan: Bab 41 - Bab 50
81 Bab
Ocean yang Menyebalkan
Ivy tidak bisa menolak ketika Ocean menggedor pintu kamar, memaksa agar menghabiskan makanan. Apalagi Ivy sempat berada di luar rumah dalam keadaan hujan deras.Tanpa menunggu, Ocean langsung naik ke kamarnya sendiri. Sengaja memberi ruang untuk Ivy dan dirinya sendiri. Karena belum mengantuk, Ocean berbaring terlentang berbantalkan tangan, sambil menatap langit-langit kamar."Aku masih penasaran dengan semua teka-teki terkait malam itu. Kenapa Ivy sama sekali tidak seperti gadis seratus dollar yang nakal dan penuh energi? Dia malah tampak ringkih dan ketakutan." Ocean masih mencoba mengingat tentang masa lalu. Semua kenangan panas di malam itu, masih terekam jelas. Namun, tidak ada tanda khusus dari tubuh Ivy yang bisa dijadikan bukti apakah Ivy punya saudari kembar."Mungkin aku bisa langsung bertanya. Daripada penasaran seperti selama ini. Lagipula aku sudah menyimpulkan kalau Ivy ini gadis munafik." Ocean mendengkus. Dibawanya rasa kesal itu sampai akhirnya tertidur. Sementara d
Baca selengkapnya
Kantor Ocean
Dalam keadaan antara hidup dan mati, Charlotte muncul sebagai dewi penolong. Tanpa menghiraukan wajah seram yang ditampilkan oleh Valerie, ditariknya tangan Ivy menjauh dari dosen itu. Ivy seperti diberi kesempatan untuk menikmati kehidupan sebagai manusia. Walau tak tahu sampai kapan, karena Ivy pasti akan diburu setelah kelas berakhir. "Kenapa wajahmu pucat sekali? Seperti habis bertemu setan saja." Charlotte berbisik dengan tatapan masih ke arah papan tulis di depan mereka."Aku hampir mati tadi. Terima kasih, Bibi Charlotte." Seandainya bisa, Charlotte ingin mencubit pipi Ivy karena panggilan itu mengingatkannya kepada Lake tersayang mereka. "Aku tau kau rindu padanya."Suasana hati Ivy langsung berubah menjadi kelabu. Penyebab kenapa dia bangun terlambat ialah tersentak di tengah malam. Ivy mencari keberadaan Lake. Lalu kesulitan untuk kembali tidur."Apa Tuan tidak memberi kabar sama sekali?""Tidak. Suasana mansion benar-benar sepi. Mereka tampak seperti memakai topengnya ma
Baca selengkapnya
Saran dari Jarret
Ivy mencubit pelan lengan bagian dalamnya. Dia meringis pelan. Hanya untuk memastikan kalau ini semua bukanlah mimpi.Ivy menebak kalau kinerja otak Ocean agak bergeser karena bukan hanya menampungnya di penthouse, tetapi di kantor juga. Entah atas dasar apa lelaki asing itu begitu baik kepada Ivy. Jarret yang memberi petunjuk tentang apa saja yang harus Ivy lakukan sepulang dari kampus. Dan Ivy jauh merasa lebih menyenangkan berada di sebelah asisten pribadi Ocean itu, ketimbang bos mereka sendiri. Postur tubuh Jarret jauh lebih tinggi, besar dan berotot ketimbang Ocean. Kesan maskulin dan melindungi timbul ketika Ivy tanpa sengaja memperhatikan sosok Jarret. "Bisakah kau menjaga mata, Nona Ivy?" Ocean tiba-tiba muncul tepat di belakang bahu Ivy. Ada rasa tak suka ketika mendapati pandangan kagum dari gadis seratus dollar-nya itu.Ivy refleks menoleh, lalu limbung. Bibirnya langsung mendarat di dada Ocean. Karena lelaki yang merangkap sebagai bosnya itu, sigap menahan bobot tubuh
Baca selengkapnya
Nikah, Yuk
Ivy hanya bisa menatap bingung pada apa yang dilihatnya di depan mata. "Kita meeting di butik pakaian, Tuan?"Bukannya menjawab, Ocean malah melepaskan seat belt lalu keluar dari mobilnya. Ivy langsung mengomel pelan. "Dasar bos minim sopan santun! Aku lagi nanya, malah ditinggal begitu saja." Dengan menahan kesal, Ivy pun menyusul bosnya yang sudah masuk ke dalam butik. Baru tiga langkah, Ivy tertegun sejenak. "Jangan katakan kalau laki-laki ini hendak bertemu dengan Nona Muda yang sombong itu."Memikirkan kemungkinan itu, Ivy jadi malas untuk melangkah. Dia tetap berdiri dengan harapan Ocean lupa dan melanjutkan meeting berdua saja. Sementara di bagian butik yang memajang produk terbaru itu, Ocean sibuk mengamati. Matanya menyisir rak pajangan juga gantungan. Ia sibuk memikirkan yang sesuai dengan kepribadian Ivy. Mendadak, Ocean menatap ke belakang. "Di mana gadis itu?" Dua pramuniaga yang sejak awal sudah mendampingi Ocean, pun ikut mengekori calon pembeli mereka. Mata Ocean
Baca selengkapnya
Masih Berusaha
Ivy tertawa gugup. "Jangan bercanda, Tuan. Demi apa pun, ini sama sekali tidak lucu."Ocean tersenyum kecut. "Aku hanya ingin melindungimu."Hah, Ocean ingin sekali menampar wajahnya sendiri. Berkali-kali. Melindungi? Yang benar saja! Bukankah dirinya yang sudah merusak masa depan gadis itu? Sampai hamil dan bayinya meninggal?"Jangan mempermainkan pernikahan hanya karena rasa iba, Tuan. Aku hanya ingin hidup tenang. Anda ingin menikahi aku? Lupa kalau punya tunangan?" Ivy tak mampu menekan nada sinisnya.Ocean mengusap wajahnya dengan gusar. Ivy benar, Ocean sudah punya tunangan. Wanita itu dipilihkan oleh sang Kakek. Dengan tujuan kesepakatan bisnis yang saling menguntungkan.Hanya saja, Ocean tidak sedikit pun merasa tertarik. Bahkan saat mencoba untuk mencari satu saja titik yang bisa membuatnya jatuh hati, hasilnya nihil. Valerie sama seperti wanita kebanyakan.Di mata Ocean, Valerie seperti boneka barbie. Semua serba matching dan penuh kepalsuan. Saat mereka pergi berkencan, buk
Baca selengkapnya
Siapa Tahu Jodoh
Ivy merasa hidupnya akan semakin rumit karena dipaksa mengiyakan keinginan Ocean. Sepanjang perjalanan pulang, dan sampai keesokan paginya, dia seperti sedang tidak menapak bumi.Apalagi Ocean sepagi ini sudah menghadiahinya dengan sebuket bunga mawar merah dengan aroma semerbak. "Untuk calon istriku."Bagi Ivy, ini adalah sebuah permulaan yang aneh. Tanpa mengurangi kerut di dahinya, Ivy menatap bergantian antara buket bunga dan pemberinya. "Anda ... sudah sarapan?""Aku sudah memesan layanan antar. Mungkin sekitar setengah jam lagi akan sampai. Apa kau sudah sangat lapar?" Ocean malah balik bertanya. "Bukan aku, tapi Anda, Tuan. Aku pikir lapar adalah pemicu Anda membelikan bunga," jawab Ivy, sekenanya.Ocean tertawa. "Sayang, setahuku, kalau lapar, para gadis akan lebih suka dibelikan makanan, bukan bunga. Apa kau sejenis manusia pemakan bunga? Tidak, kan?"Lagi, Ivy merasa dejavu dengan panggilan sayang itu. Getarannya menyusup hingga ke relung hati paling gelap. Tempat di mana I
Baca selengkapnya
Kau Cantik
Satu hal yang membuat nyali Ivy menciut. Ketika hendak masuk ke kelas, tangannya malah ditarik paksa oleh Valerie."Nona, Anda mau membawaku ke mana?" Ivy berusaha melepaskan diri.Namun, cekalan tangan Valerie begitu kuat. Ivy malah menjadi bahan tontonan gratis sepagi itu di koridor kampus. Sampai mereka berakhir di depan ruang serbaguna yang kebetulan sedang tidak dipakai, barulah Valerie menghempaskan tangan Ivy. "Katakan, apa calon suamiku lagi-lagi mengantarmu pagi ini?"Ivy harus berkata apa? Berdusta? Tentu tidak menjadi jalan keluar terbaik. Mengingat kalau memang benar Ocean bahkan bukan hanya mengantar, tetapi juga mengajaknya tinggal bersama, membelikan sarapan, juga sebuket bunga mawar merah."Ini masih terlalu pagi untuk cemburu tanpa alasan!" Ivy terkesiap. Dia tak punya nyali untuk berbalik badan setelah mendengar suara maskulin dari belakangnya. "Sa-sayang, kenapa kau ada di sini?" Valerie tampak gugup. Sikap galaknya ke Ivy, lesap begitu saja. "Kenapa kau malah m
Baca selengkapnya
Menggendong Ivy
Ivy tak bisa lagi memandang semua hal dengan kacamata yang sama. Apalagi dengan sikap Ocean yang berubah begitu drastis. Kemarin, mereka menghabiskan waktu dengan pergi makan ke restoran Prancis. Ivy lagi-lagi dibuat melambung dan tersanjung. Walau begitu, Ivy tetap mewanti-wanti dirinya agar tidak terjebak dalam cinta semu. Laki-laki kaya raya seperti Ocean, bisa dengan mudah membuangnya. Seperti yang dilakukan oleh Brian dan Jacob. Ketika mereka tidak membutuhkan Ivy lagi, maka patah hati yang akan dituainya. Dan Ivy lelah. Jadi, Ivy harus ekstra keras untuk menjaga hatinya sendiri."Hari ini jadwal ke kampus setelah makan siang, kan?" tanya Ocean setelah selesai sarapan. "Ya." "Ikut aku ke kantor." "Oke."Ocean mengernyit. "Kenapa nada bicaramu datar sekali?"Ivy menatap sebentar. "Itu hanya perasaan Anda saja.""Aku serius, Ivy. Jangan memperlakukan aku seperti orang asing. Kita punya kesepakatan bersama." "Lalu aku harus bagaimana, Tuan?""Astaga, Tuan lagi. Sudah aku kata
Baca selengkapnya
Mengejar Restu
Tatapan mata lelaki berusia senja itu membuat nyali Ivy merosot tajam. Uban yang nyaris memenuhi kepala, membuat lelaki tua itu tampak kenyang akan asam garam dunia. "Katakan satu saja alasan kenapa kau memintaku mengganti Valerie dengan gadis ini?" Suara berat itu semakin memberangus mental Ivy.Ocean malah menyandarkan punggungnya santai. "Sederhana saja, Kakek. Aku jatuh cinta kepadanya, bukan boneka barbie pilihan Kakek."Ivy meremas ujung gaunnya. Kalimat itu terdengar aneh di telinganya karena takut ketahuan sedang berakting semata. Lelaki berumur di depan mereka ini pasti bisa membaca semua gelagat aneh dari cucunya, kan?Suasana yang tadinya hening mendadak berubah karena tawa dari bibir Ferdinand. "Seumur-umur baru kali ini aku mendengar kau mengatakan hal itu."Ocean mengedikkan bahu. "Karena memang aku baru sanggup mengucapkannya setelah mengenal dia.""Di mana kalian bertemu dan sudah berapa lama?" Ivy langsung gugup. Tak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya. Karena uc
Baca selengkapnya
Ketahuan
Ivy menatap Ocean yang sejak semalam terus saja tersenyum simpul. Tebakannya karena Kakek Ferdinand merestui hubungan mereka. Lagi-lagi Ivy diberi buket bunga mawar merah yang ukurannya lebih besar ketimbang sebelumnya. Ivy menghela napas panjang. "Kau hanya membuang-buang uang, Ocean."Ocean mengernyit heran. "Bukannya para gadis suka dihujani dengan buket bunga mawar merah?""Tidak setiap hari. Karena aku juga bingung di mana hendak diletakkan buket bunga ini." "Kau memang gadis yang aneh, Ivy." Ocean mengejeknya. "Lalu kenapa Anda mau menikahi aku?" "Karena aku memang ingin melakukannya." Ocean mengedikkan bahu. "Tak ada alasan spesifik."Kali ini Ivy agak merasa kecewa. Namun, dia langsung mengomel dalam hati. 'Kenapa harus kecewa? Memangnya kau berharap dia mengatakan apa? Jatuh cinta pada pandangan pertama? Itu bohong!'Ivy meraih dua tangkup roti panggang lalu mengunyah dengan cepat. Entah kenapa tiba-tiba muncul rasa kesal dalam hatinya. "Hari ini kau tak perlu ke kampus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status